Restorasi dan Kuota Demi Hidup Terumbu Karang di Nusa Penida Bali
SEMARAPURA, (ANTARA) - Pergerakan penumpang di Pelabuhan Sanur, Kota Denpasar, Bali, padat, terutama saat akhir pekan, dengan lalu lalang wisatawan menyeberang menuju Pulau Nusa Penida yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Klungkung.
Dampak Wisata
Tidak bisa dipungkiri, tingginya minat wisatawan berkunjung di Pulau Nusa Penida yang saat ini menjadi magnet di Bali melahirkan dampak lain, salah satunya kerusakan ekosistem bawah laut terumbu karang.
Yayasan independen dan nirlaba, Pusat Segitiga Karang (Coral Triangle Center/CTC) Denpasar, Bali melakukan pengumpulan data kondisi terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida sejak 2008-2024.
Penasehat Konservasi Kelautan CTC Marthen Welly mengungkapkan meski menyedot kunjungan wisata, dari hasil pengamatan selama 16 tahun itu tren kondisi terumbu karang di Nusa Penida cukup stabil atau dalam kondisi baik, dengan persentase rata-rata mencapai 60 persen, dengan perbandingan kesehatan karang untuk persentase 0-25 persen dinilai buruk, kemudian 25-50 persen merupakan tingkat sedang dan di atas 50 persen memiliki kategori baik.
Meskipun begitu, masih ada pekerjaan rumah untuk mempertahankan kondisi kesehatan terumbu karang dan menyelamatkan 40 persen sisa terumbu karang yang dalam kondisi rusak.
Penyebab kerusakan terumbu karang itu, di antaranya penempatan fasilitas wisata yang kurang tepat, misalnya ada beberapa ponton atau platform terapung yang memberi dampak terhadap ekosistem terumbu karang di bawahnya.
Kemudian, aktivitas penyelaman yang merusak terumbu karang, misalnya karena ulah usil oknum penyelam, hingga kecerobohan yang menyebabkan terumbu karang rusak.
Masyarakat tentu masih ingat dengan temuan terumbu karang dicoret-coret oleh penyelam pada sekitar tahun 2016 yang viral dan menyedot perhatian masyarakat nasional dan internasional.
Upaya Restorasi
Badan PBB untuk Program Lingkungan (UNEP) mengestimasi terumbu karang memiliki nilai yang signifikan, di antaranya untuk pariwisata, perikanan, perlindungan pesisir, hingga sumber untuk obat-obatan mencapai 2,7 triliun dolar AS per tahun.
Bahkan, terumbu karang yang sehat dapat menyerap karbon dioksida dari atmosfer, sehingga berperan terhadap upaya menekan dampak pemanasan global.
Hanya saja, aktivitas manusia cenderung mendorong degradasi terumbu karang, sehingga membutuhkan upaya pemulihan yang perlu melibatkan kerja sama banyak pihak.
Untuk itu, CTC melakukan restorasi terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, sejak tiga tahun lalu. Pemetaan dilakukan untuk program restorasi itu menyasar wilayah yang terumbu karangnya rusak.
Komentar