Festival Jatiluwih Angkat Kisah Tarian Burung Jatayu Jadi Ikon Desa
TABANAN, NusaBali - Festival Jatiluwih tahun 2024 V di Desa Jatiluwih, Tabanan, berlangsung semarak. Kegiatan yang berlangsung 2 hari, 6 - 7 Juli ini 90 persennya menonjolkan atraksi budaya yang menyangkut pertanian.
Kegiatan ini sesuai tema festival Swasti Bhuana yang artinya membahagiakan bumi. Atraksi budaya yang ditonjolkan bertujuan bukan semata untuk hiburan saja. Atraksi ini uga untuk memberikan pengetahuan dan gambaran terhadap wisatawan dan generasi muda bahwa pertanian adalah sumber kehidupan.
Pembukaan Festival Jatiluwih pada Sabtu (6/7) oleh Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya, didampingi Wakil Bupati Tabanan I Made Edi Wirawan. Berbagai atraksi pertanian diisi saat pembukaan festival tersebut. Salah satunya yang menarik atraksi nebuk lesung hingga penampilan tarian Burung Jatayu sebagau ikon tarian Desa Jatiluwih.
Dari pantauan gerakan tarian Burung Jatayu ini dinamis dan energik. Tarian ini dibawakan oleh dua penari dengan atribut berpakaian burung, menggunakan topeng burung paksi lengkap dengan gelungan. Sayap burung terbuat dari kain. Tarian ini diiringi dengan gambelan gong kebyar.
Manager DTW Jatiluwih I Ketut Purna menegaskan tarin Burung Jatayu ini adalah ikon Desa Jatiluwih. Sebab keberadaan burung ini berkaitan dengan sejarah nama Desa Jatiluwih. Sesuai cerita para tetua, kata Purna, konon zaman dulu di tengah desa terdapat kuburan binatang purba yaitu seekor Burung Jatayu.
Jelas Purna, lama kelamaan kata Jatayu ini mengalami perubahan bunyi menjadi Jaton Ayu yang berarti luwih dan bagus. "Karena itulah tarian Burung Jatayu atau yang sering dikenal burung paksi ini ditampilkan," jelasnya usai acara.
Kemudian, lanjut dia, dari cerita lain juga menyatakan, bahwa nama Jatiluwih berasal dari kata Jaton dan Luwih. Jaton artinya jimat dan luwih artinya bagus. "Bertolak dari itu maka Jatiluwih artinya sebuah desa yang memiliki jimat yang benar-benar bagus dan berwasiat," jelasnya.
Tentang festival, jelansya, 90 persen melibatkan warga lokal dan atraksi budaya pertanian. Sengaja warga lokal dilibatkan supaya bisa ikut merasakan festival yang dilaksanakan. "Dengan adanya festival ini kami yakin kunjungan bakal meningkat. Sebab dari tahun 2023, hingga pertengahan tahun 2024 kunjungan sudah meningkat. Hingga akhir tahun kami optimis bisa meningkat 70 persen dari tahun lalu," kata Purna.
Disebutkan, selama festival budaya berbagai atraksi budaya dan seni terkait pertanian ditampilkan. Terutama dalam pengolahan sawah mulai dari matekap, majukut, hingga menanam padi dipertontonkan kepada wisatawan. "Kami juga suguhkan kuliner khas olahan dari beras merah. Ada laklak, kerupuk, bubur, teh beras merah hingga kuliner lokal," tandasnya.
Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya mengapresiasi festival yang dilaksanakan di Desa Jatiluwih. Harapanya dengan festival ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang belum berkunjung. "Potensi Jatiluwih sangat luar biasa. Ke depan Objek Wisata Jatiluwih ini akan ditata kembali lagi terutama dalam hal perparkiran," katanya. 7des
1
Komentar