nusabali

Bermandi Api, Duta Kabupaten Bangli Tampilkan Tarian Sakral Janger Maborbor

  • www.nusabali.com-bermandi-api-duta-kabupaten-bangli-tampilkan-tarian-sakral-janger-maborbor

DENPASAR, NusaBali - Ada yang menarik dari rekasadana (pergelaran) Janger Maborbor atau Sanghyang Janger Maborbor ‘membara’ dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI, Sabtu (6/7).

Para pengunjung dari berbagai kalangan disuguhi atraksi seni berupa Tari Janger Maborbor (penari janger yang dibakar). Pentas seni itu mirip dengan atraksi akrobatik, sehingga pengunjung dari berbagai kalangan itu semakin mendekat ke arah panggung.

Tari Janger Maborbor ini ditampilkan oleh para seniman dari Banjar Bukti, Desa Yangapi, Kecamatan Tembuku, sebagai futa Kabupaten Bangli. Kesenian ini sesungguhynya dipentaskan di Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Provinsi Bali. Namun, atas permintaan sekaa janger, sehingga dipentaskan di halaman panggung tersebut atau di depan Panggung Terbuka Ardha Candra.

Pementasan kemudian diawali dengan sasolahan (pertunjukan) Tari Barong yang sebelumnya sudah dilakukan upacara. Kemudian berlanjut pada pementasan Janger. Kesenian yang identik dengan seni pergaulan, karena ditarikan perempuan (janger) dan laki-laki (kecak) dengan penuh kebersamaan. Setelah menari beberapa adegan, kemudian ada yang kerauhan (trance), lalu prosesi maborbor, para penari mandi dengan api yang ada di tempat pentas itu. 

Jero Mangku Wayan Geder, 59, mengatakan, Janger Maborbor ini merupakan kesenian yang disakralkan terutama oleh warga Banjar Bukti, Desa Yangapi. Janger Maborbor ini sudah ada sejak lama. Konon, kesenian ini diwarisi oleh para leluhur sejak zaman dahulu. “Kami tidak tahu pasti, kapan sesungguhnya tradisi ini dimulai. Kami hanya mewarisi dan meneruskan secara turun temurun,” kata Jero Mangku Geder.

Menurut cerita para orang tua zaman dahulu, jelas Jero Mangku Geder, makna dari Tari Sanghyang Janger ini sebagai upacara suci. Di daerah Desa Yangapi, sebelumnya terjadi wabah, bahkan sampai mengakibatkan kematian. “Masyarakat kemudian kumpul melakukan ngayu-ayu di ajeng Ida Bahtara (di hadapan Tuhan), maka terjadi kerauhan (trance) yang meminta untuk dibuatkan api. Api itu katanya untuk mandi untuk Ida Bhatara, sehingga juga disebut ‘makobok’,” katanya.

Kalau sudah proses makobok itu, penari janger menari dan trance, maka mereka sudah mendapat sebutan tapakan. Penari ataupun warga yang disebut tapakan itu sudah merupakan ‘les ketepak’, kerauhan karena sudah menyatu dengan bhatara. “Janger atau warga yang sudah kerauhan itu kemudian ‘makekobok’ atau maborbor sebuah prosesi mandi api,” ujarnya.

Lalu terkait dengan kesenian Janger Maborbor yang ditampilkan ada yang beda dengan aslinya, tetapi pada saat adegan maborbor itu sama dengan yang biasa dilakukan Desa Yangapi. Maborbor itu, tetap aslinya. “Kami meyakini ‘Sasuhunan’ yang berwujud Barong yang diiring itu menghendaki supaya ada Janger, sehingga Janger (Sanghyang) dan Barong selalu berkaitan dan beriringan,” papar Jero Mangku Geder.

Sedikit diceritakan terkait Janger Maborbor, dahulu kala di Banjar Bukti terjadi wabah penyakit menular yang menyebabkan banyak nyawa melayang sia-sia, hubungan sosial antara masyarakat menjadi renggang akibat prasangka buruk dan isu-isu yang berbau ilmu hitam berkembang.

Akibat kacaunya banjar pada saat itu, prajuru dan tetua banjar melakukan paruman secara mendadak dan disepakati untuk melakukan ritual nunas baos. Dalam ritual yang dilakukan di Pura Dukuh setempat turun sebuah pawisik melalui salah satu pemangku yang mengalami kerauhan, bahwasannya Manik Angkeran yang berstana di Gunung Agung menganugerahkan hewan peliharaannya berupa macan kepada Ide Betara Ratu Sakti Dukuh yang berstana di Banjar Bukti. Dan masyarakat Bukti diminta untuk membuatkan pralingga berbentuk Barong Macan.

Pawisik tersebut juga dibarengi dengan harus dibentuknya sebuah tari yang ditarikan oleh pemuda dan pemudi yang disebut dengan Tari Janger. Di mana tari akan dipentaskan ketika pujawali di Pura Dukuh sebagai tari tolak bala dan tari pergaulan yang mengungkapkan solah adung para pemuda dan pemudi Banjar Bukti. Tari ini menggunakan media api sebagai simbol untuk melebur mala atau penyakit yang ada di seluruh wilayah banjar. 7 a

Komentar