nusabali

Revitalisasi Kesenian Klasik, Sanggar Seni Majalanggu Badung Tampilkan ‘Arja Cupak’

  • www.nusabali.com-revitalisasi-kesenian-klasik-sanggar-seni-majalanggu-badung-tampilkan-arja-cupak
  • www.nusabali.com-revitalisasi-kesenian-klasik-sanggar-seni-majalanggu-badung-tampilkan-arja-cupak

DENPASAR, NusaBali.com - Duta Kabupaten Badung yang diwakili oleh Sanggar Seni Majalanggu, Banjar Padang Kerobokan, Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara mempersembahkan kesenian ‘Arja Cupak’ dalam pergelaran revitalisasi kesenian klasik serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali (Art Center) pada Sabtu (6/7).

Penampilan yang disiapkan dengan matang tersebut menarik perhatian penonton. Pasalnya, ada atraksi tokoh Cupak yang memiliki karakter rakus makan.

Pergelaran ‘Arja Cupak’ mengacu para tema PKB tahun ini yaitu manusia unggul. Kisah yang diambil yakni Cupak akan memerangi Garuda Agung di Kerajaan Gobag Wesi, yang mana secara filosofi Cupak itu mengalahkan kesombongannya.  

Garuda itu simbol kesombongan sehingga nanti setelah Cupak itu berhasil mengalahkan Garuda di sanalah disebut Cupak itu Cupak Jayeng Rana. Yang artinya Cupak itu menang di dalam peperangan, bukan semata-mata perang melawan musuh tetapi perang melawan dirinya sendiri, kebodohannya, kesombongannya.

Ketua Sanggar Seni Majalanggu, I Made Agus Adi Santika Yasa mengungkapkan, penampilan Arja Cupak ini sarat akan pesan moral selaras dengan tema PKB tahun ini yakni ‘Jana Kerthi Paramaguna Wikrama’ yang berarti harkat martabat manusia unggul.  “Arja Cupak ini menggambarkan proses dari Cupak di dalam mencapai kesadaran dirinya untuk menjadi yang lebih baik,” ujarnya.

Pria yang kerap memerankan karakter Cupak hingga akrab dipanggil Agus Cupak ini menambahkan, setelah ditunjuk menjadi duta Kabupaten Badung pihaknya mematangkan persiapan selama kurang lebih tiga bulan dengan melibatkan penabuh 27 orang dan pemain 10 orang. 

Agus Cupak pun menyampaikan apresiasi kepada pemerintah karena sebagai seniman, pihaknya terus diberikan ruang dan wadah berkesenian di ajang PKB, apalagi antusias masyarakat Bali untuk menyaksikan pementasan sangat luar biasa sehingga menjadi semangat bagi para seniman. “Kami apresiasi sekali. Semoga ke depannya sinergi antara seniman dan pemerintah tetap bisa terjaga,” ucapnya. 

Selanjutnya, Agus Cupak berharap dalam PKB berikutnya pemerintah bisa lebih memperhatikan tempat rias yang disediakan di Taman Budaya, agar lebih representatif. Menurutnya, ruang rias yang digunakan sekarang dirasa terlalu kecil dan kurang memadai. “Mungkin ke depannya bisa diperbaiki, bagaimana biar seniman juga nyaman melakukan kegiatannya dan keadaan juga bisa nyaman. Ke depannya saya juga berharap di dalam Pesta Kesenian Bali ini selalu menampilkan kesenian-kesenian klasik tradisi, supaya tidak serta-merta nanti dilupakan oleh masyarakat, yang mana arus globalisasi begitu kencang menerpa kita,” harapnya.


Sementara dalam mengiringi pementasan Arja Cupak, Sanggar Seni Majalanggu memilih Tabuh Solo. Tabuh ini berpijak dari sebuah hasrat dengan tekad yang imajinatif, maestro I Wayan Lotring melahirkan berbagai karya yang monumental, salah satu karya seni karawitan yang diciptakan oleh sang maestro merupakan bentuk sajian komposisi musik baru yaitu Tabuh Solo. 

Mencoba menawarkan formulasi sajian musik baru, di luar norma dari Gamelan Palegongan yang berlaku pada zamanya, karya ini terinspirasi ketika pada tahun 1926 sekaa palegongan Kuta diundang ke Keraton Solo untuk mementaskan sebuah pertunjukan.

Sepulangnya dari Solo, I Wayan Lotring tertarik pada gaya menabuh orang Jawa di Keraton. Hal tersebut menjadi landasan utama terciptanya karya seni karawitan Tabuh Solo ini. Ornamenasi yang terbalut padu padan pola ritme, dengan kelincahan melodi, dan bentuk permainan Keklenyongan Gamelan Jawa yang dimasukkan ke dalam Gamelan Palegongan menjadikan ciri khas karakter karya I Wayan Lotring yang berjudul Solo. 

“Karya ini kami revitalisasi kembali sebagai bentuk pelestarian kesenian klasik, dari pengabdiannya melalui berkesenian patut kita teladani, kejeniusannya patut kita segani, agar terciptanya generasi yang unggul dalam harkat martabat dan berbudaya,” pungkas Agus Cupak. @ind

Komentar