nusabali

Suguhkan Gamelan Inovatif di PKB XLVI, Duta Badung Kisahkan Perjalanan Hidup Manusia

  • www.nusabali.com-suguhkan-gamelan-inovatif-di-pkb-xlvi-duta-badung-kisahkan-perjalanan-hidup-manusia
  • www.nusabali.com-suguhkan-gamelan-inovatif-di-pkb-xlvi-duta-badung-kisahkan-perjalanan-hidup-manusia
  • www.nusabali.com-suguhkan-gamelan-inovatif-di-pkb-xlvi-duta-badung-kisahkan-perjalanan-hidup-manusia
  • www.nusabali.com-suguhkan-gamelan-inovatif-di-pkb-xlvi-duta-badung-kisahkan-perjalanan-hidup-manusia

DENPASAR, NusaBali.com - Duta Kabupaten Badung yang diwakili oleh Sanggar Seni Bade Mas, Banjar Baler Pasar, Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal menyuguhkan Pagelaran Gamelan Inovatif serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali (Art Center) pada Minggu (7/7). Sebanyak empat garapan ditampilkan yang mengundang decak kagum penonton.

Keempat garapan tersebut antara lain penampilan pertama dengan judul  ‘Jiwa Mukti’ yang menggambarkan perjalanan hidup manusia bagai segara tanpa tepi, tanpa batas waktu, hembusan nafas di setiap detik mengandung arti kemandirian dalam sebuah kehidupan. 

Kata salah satu konseptor, I Made Adi Suyoga Adnyana, ‘Jiwa Mukti’ ini mengangkat proses tujuan hidup manusia yaitu moksha dengan konseptor I Wayan Mulyadi atau dikenal dengan nama Pakyan Mul.

Garapan kedua yakni berjudul ‘Gema Abyakta Dakara’ yang dalam proses kreatifnya berpijak pada intelektual seniman karawitan pendahulu dalam menciptakan karya. Dengan menawarkan beberapa konsep yang tercetus dalam pemikiran unggul pendahulu, memberikan acuan dasar untuk mengembangkan konsep konsep gegebug yang diaplikasikan. 

“Perpaduan gegebug selonding dan pola kekendangan palegongan yang sudah tercipta menjadi sebuah inti sari refrensi dalam acuan pengembangan pada penggarapan karya ini, sehingga menjadi sebuah formulasi kompleks dalam karya gamelan inovatif yang berjudul Gema Abyakta Dakara,” tambah Suyoga.

Selanjutnya pada suguhan ketiga ditampilkan garapan ‘Sundih Asih’ oleh komposer Putu Diky Wahyu Arjaya. Garapan ini ingin mengajak semua pendengar karya ini untuk ikut larut dalam nuansa yang ingin dibangun tentang bagaimana orang tua yang membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang.

“Garapan ini berisi untaian melodi yang dijalin sedemikian rupa demi menggambarkan bagaimana lembutnya kasih sayang seorang ibu, kemudian bagaimana ketegasan seorang ayah digambarkan lewat hentakan ritme yang diatur sedemikian rupa. Serta tidak lupa pula dinamika yang dibangun sebagai pengejawantahan rasa terimakasih sang anak kepada orang tuanya,” jelas Diky.

Sebagai pamungkas, ditampilkan garapan ‘Kenang Kunang’ di mana kenang berarti tempat yang tepat dan kunang adalah kunang-kunang sebagai gambaran manusia. Setiap kunang-kunang memiliki cahayanya sendiri begitupun manusia yang mempunyai keunggulannya tersendiri. Jadi Kenang Kunang diartikan manusia unggul yang berada di tempat yang tepat untuk mendapatkan harkat martabatnya dan berguna di dalam masyarakat atau lingkungannya.

“Kenang Kunang disini menceritakan bagaimana seseorang bisa memberikan rasa hormat kepada orang lain. Dari sanalah timbul garapan Kenang Kunang ini bagaimana menghormati seseorang,” beber sang komposer, I Wayan Eka Widiadi Sucipta.

Sementara itu Ketua Sanggar Bade Mas, Made Suanta mengungkapkan, untuk tampil di PKB XLVI, keseluruhan garapan tersebut sudah disiapkan kurang lebih 3 dengan melibatkan sebanyak 21 orang personel, terdiri 2 gerong sisanya penabuh. “Semoga nanti ke depannya pemerintah tetap menyediakan ruang buat anak-anak muda untuk melestarikan dan berinovasi terhadap kesenian yang ada di Bali,” tutup Suanta. @ind

Komentar