nusabali

Kesenian Dayak Tampil Memukau di PKB

  • www.nusabali.com-kesenian-dayak-tampil-memukau-di-pkb

DENPASAR, NusaBali - Tim Kesenian Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN), Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, menyajikan seni tari dan musik khas Suku Dayak Ngaju Katingan, di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, Denpasar, Senin (8/7).

Duta seni Borneo itu tampil memikat dengan lantunan lagu khas Dayak lengkap dengan iringan gamelan atau musik dayak, seperti gitar sape, gong, dengan  mengusung tema ‘Pambelum Utus Betang Panjang Palantaran Lumbah’ atau kehidupan masyarakat dayak penghuni rumah panjang (Betang) di wilayah Kalimantan yang luas. 

Tampak pementasan kesenian khas suku Dayak itu mendapat perhatian antusias dari pengunjung yang memadati Kalangan Angsoka.

Winda Natalia selaku Koordinator KSBN mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Bali yang telah memberikan kesempatan tampil pertama kalinya di panggung Pesta Kesenian Bali.

“Terima kasih kami diberikan kesempatan tampil di panggung PKB ini,” kata Natalia. 

Tim kesenian KSBN membawa 5 garapan baik tarian maupun garapan musik. Penampilan awal menyajikan musik Karungut dan Sansana, garapan seni ini melantunkan sastra tutur Dayak untuk menyampaikan doa kepada Tuhan serta roh Leluhur. Garapan ini berisi tutur pesan moral nasihat serta cerita kehidupan leluhur masa lampau yang perlu diteladani. 

Sajian berikutnya menampilkan kesenian Kuntau, suatu keterampilan seni pencak silat tradisional yang menggambarkan kegagahan kemampuan bela diri pemuda suku Dayak. Dilanjutkan Tari Manaring Upun Benyi, tarian yang  menggambarkan ritual adat untuk mendoakan memuliakan benih padi agar secara spiritual direstui oleh alam. 

Berikutnya disajikan lagu berjudul ‘Tetek Tatum Jaman Kayau’. Lagu ini mengisahkan nenek moyang kehidupan suku Dayak di Kalimantan di zaman ratap tangis perang kayau atau saling serang dan memotong kepala. Lagu ini dinyanyikan langsung oleh gadis suku Dayak asli, dr Thea Arabella Saconk.

Tarian berikutnya dibawakan Tari Bawi Kuwu, yang berarti perempuan pingitan. Tarian ini menyiratkan pembahasan ‘memingit’ bagi seorang gadis remaja saat memasuki usia dewasa. Pada saat dipingit itu sang Bawi Kuwu diberikan bekal dan dijaga ketat oleh para kerabatnya sampai kembali ke rumah panjang dengan diusung di atas gong. 

Terakhir dipersembahkan Tari Manasai, sebagai rangkaian penutup pertunjukan, duta kesenian asal Borneo ini mengajak penonton yang hadir untuk manasai atau menari bersama di atas panggung. 

Natalia berharap dengan hadirnya Tim Kesenian KSBN di panggung PKB ini dapat lebih mengenalkan kesenian Dayak kepada masyarakat Bali. Bahkan, karena Bali sebagai destinasi internasional, kesenian Dayak dapat dikenal oleh wisatawan mancanegara. 

“Pada intinya kegiatan kesenian suku Dayak Katingan lebih dikenal lagi di Bali bahkan internasional,” ujarnya. 7 a 

Komentar