Penjaga Kolam Lila Harsana Kerauhan
Warga dan pengendara yang melihat kejadian ini dibuat geger. Karena saat itu Sumadana menari dan berteriak.
Minta Palinggih Penyawangan Puri Agung Tidak Dibongkar
SEMARAPURA, NusaBali
Robohnya tembok panyengker Kolam Renang Lila Harsana, di Jalan Gunung Rinjani, Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, Rabu (9/8) dinihari sekitar pukul 00.30 Wita, belanjut ke aksi niskala, Kamis (10/9) pagi. Seorang penjaga kolam renang ini, I Komang Sumadana, tiba-tiba lari kerauhan.
Dia berlari dari kolam itu menuju Catus Pata Kota Semarapura, Klungkung, sekitar pukul 09.30 Wita. Warga dan pengendara yang melihat kejadian ini dibuat geger. Karena saat itu Sumadana menari dan berteriak. Dari Catus Pata Kota Semarapura, dia lari menuju Kantor Bupati Klungkung, dalam kondisi tak sadarkan diri. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, polisi yang berjaga di jalan raya langsung menjaga Sumadana agar tidak sampai terserempet sepeda motor maupun mobil.
Sumadana pun masuk ke area Obyek Wisata Kertha Gosa yang juga situs cagar budaya peninggalan zaman Kerajaan Klungkung. Kemudian dia menuju Pamedal Agung yang merupakan pintu gerbang Puri Agung Klungkung. Di depan Pamedal Agung, Sumadana tetap menari seraya meminta dua batu di areal Pamedal Agung, diletakkan lebih tinggi karena menurutnya itu merupakan perwujudan dari laki-laki dan perempuan (lingga-yoni).
Berselang beberapa menit, dalam kondisi kerauhan Komang Sumadana pergi menuju Puri Agung Klungkung. Dalam kondisi kerauhan dia, Sumadana mengaku sebagai Ratu Niang. Hanya saat itu panglingsir Puri Agung Klungkung tidak ada di puri. Sumadana terus berteriak meminta agar Palinggih Panyawangan Puri Agung Klungkung di areal Kolam Renang Lila Harsana tidak dibongkar.
Jika ada yang berani membongkar, akan kena malapetaka tiga hari setelah pembongkaran. Bahkan saat itu Sumadana juga mempertanyakan keberadaan Bupati Klungkung. “Bupati dije mangkin, sampunan pelinggih nika pugare (bupati di mana sekarang, jangan pelinggih itu dibongkar,” ujar Sumadana dalam kondisi kerauhan.
Dia juga meminta agar di Lila Harsana dibersihkan dan dibuatkan tempat pasiraman yang dibuat terpisah dengan lokasi kolam renang saat ini. Lokasi pesiraman itu agar dibuat di arah timur laut. Setelah itu Sumadana kembali ke Pamedal Agung, dan mulai sadarkan sesaat diperciki tirta oleh petugas. Namun kondisi tubuhnya nampak lemas dan dibawa kembali ke timpat messnya di areal Kolam Renang Lila Harsana.
Sekretaris Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung Gusti Ketut Kaler yang turut melihat langsung kejadian tersebut akan menyampaikan apa yang disampaikan kepada atasan. Atas apa yang disampaikan oleh Sumadana dalam kondisi kerauhan. “Nanti saya sampaikan ke pimpinan untuk diteruskan kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta,” katanya.
Tembok panyengker Kolam Renang Lila Harsana, milik Pemkab Klungkung, di Jalan Gunung Rinjani, Kelurahan Semapura Kangin, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, tiba-tiba ambrol, Rabu (9/8) dini hari. Diduga penyebab ambrol itu karena termakan usia, pasalnya sudah dibangun saat zaman Kerajaan Klungkung sekeligus saat penjajahan Belanda era 1930 silam. Saat tembok panyengker kolam itu ambrol terdengar suara seperti suara gemuruh kemudian diiringi sura anjing mengonggong. Pegawai penjaga kolam Lila Harasana yang notabene pasangan suami istri Komang Sumadana dan Ni Wayan Wisnawati, asal Buleleng. Setelah dicek tembok panyengker kolam di sisi utara dengan panjang 30 dan tinggi 2,5 meter itu sudah roboh dan menimpa dua buah Palinggih yakni Palinggih Padmasana dan Pelinggih Penyawangan Puri Agung Klungkung. Ajaibnya kedua Palinggih tersebut tidak sampai roboh pahadal ditimpa piang bangunan. *wa
1
Komentar