nusabali

Perumda Tirta Hita Upayakan Optimalisasi Air Permukaan

Ancaman Krisis Air di Bali 2050

  • www.nusabali.com-perumda-tirta-hita-upayakan-optimalisasi-air-permukaan

SINGARAJA, NusaBali - Isu krisis air bersih yang akan dialami dunia termasuk Bali pada tahun 2050 mendatang menjadi perhatian khusus Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng.

Meski kondisi air baku di Bali 10-20 tahun kedepan masih aman, namun tetap harus dilakukan langkah antisipasi.
 
Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Hita Buleleng, I Made Lestariana, belum lama ini mengatakan, isu krisis air bersih itu tentu tidak bisa diabaikan. Namun secara umum ketersediaan air di Bali dan Buleleng pada khususnya masih mencukupi.
 
“Bali punya 4 danau. Di wilayah Buleleng saja ada dua danau dan banyak pegunungan sebagai daerah resapan air. Semakin lama memang ada kecenderungan penurunan debit air dan daerah resapan di daerah perkotaan semakin sedikit, tetapi mudah-mudahan ketersediaan air masih bisa diatasi,” terang Lestariana.
 
Pejabat asal Kelurahan/Kecamatan Sukasada ini mengatakan, upaya yang bisa dilakukan saat ini dan kedepannya, dengan mengoptimalisasi air permukaan. Di Buleleng, sudah dibangun dua sarana untuk mengoptimalisasi air permukaan. Yakni Bendungan Titab-Ularan dan Bendungan Tamblang yang baru diresmikan tahun lalu.
 
Air sungai dan air hujan dengan adanya bendungan dapat ditampung semaksimal mungkin. Tampungan air itu pun bisa diatur untuk kebutuhan air di musim kemarau. Upaya lain yang masih memungkinkan disebut Lestariana membendung hilir sungai, untuk airnya dimanfaatkan dan dikelola menjadi air baku. Sehingga air tidak terbuang sia-sia ke laut.
 
“Seluruh komponen menjaga kelestarian daerah resapan air dengan penanaman pohon dan tidak melakukan perambahan hutan dan juga bijak serta efektif dalam menggunakan air,” kata Lestariana.
 
Sementara itu memasuki awal musim kemarau, kondisi ketersediaan air dan layanan air bersih yang dinaungi Perumda Tirta Hita Buleleng masih aman. Menurutnya  belum ada penurunan debit air yang signifikan. Meskipun ada gangguan di puncak layanan yakni di pagi dan sore hari, namun secara standar pelayanan minimal masih memenuhi 17 jam.
 
“Kami juga bekerjasama dengan BPBD Buleleng membantu daerah yang mengalami krisis air setiap musim kemarau. Sejauh ini masih aman, belum ada permohonan untuk suplai air bersih,” ungkap Lestariana.7 k23

Komentar