nusabali

SLB Gelar Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

  • www.nusabali.com-slb-gelar-masa-pengenalan-lingkungan-sekolah

DENPASAR, NusaBali - Sekolah Luar Biasa (SLB) di bawah naungan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bali mulai mengenalkan siswa berkebutuhan khusus dengan lingkungan pendidikan barunya melalui masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Disdikpora Bali Anak Agung Bagus Suryawan di Denpasar, Selasa (16/7), mengatakan MPLS ke siswa SLB berbeda dengan sekolah reguler.

“Pengenalan lingkungan sekolah bagi anak-anak SLB maksimal sampai pukul 11 siang. Karena kalau dipaksa terus dengan pola yang sama mereka jenuh, gurunya juga harus kombinasi ajak bermain, menggambar, apa hobinya digiring ke sana,” kata dia.

Suryawan menyebut pada tahun pendidikan ini muncul tren membeludaknya siswa tuna grahita atau keterbelakangan mental, sehingga peran orangtua diharapkan hadir di tengah-tengah siswa berkebutuhan khusus ini.

“Mereka dikenalkan situasi sekolah, metode pelajarannya seperti apa, bagaimana nanti yang diajarkan, diharapkan peran orang tua hadir. Begitu diajarkan di SLB, saat nanti di rumah tidak boleh lepas orangtuanya,” ujar Suryawan.

Salah satu yang dipantau Disdikpora Bali adalah SLB 2 Denpasar, di mana pada tahun ini mereka menerima 84 murid dengan 14 siswa di antaranya baru menginjak bangku sekolah dasar (SD).

Kepala SLB 2 Denpasar Ni Wayan Rapianti mengatakan di sekolahnya para siswa berkebutuhan khusus diajarkan ilmu pengetahuan umum dan spesifik sesuai ketunaannya, sehingga siswa diperkenalkan dahulu saat pengenalan lingkungan.

Pada hari pertama siswa SLB dari jenjang SMP dan SMA tampil memainkan angklung dan seni pantomim untuk menghibur siswa baru.

Rapianti melihat pada tahun ini ada tantangan baru yaitu banyaknya siswa tuna grahita, sementara mayoritas tenaga pendidik berkeahlian lebih untuk mengajar tuna rungu.

“Kami dapat murid tuna grahita, mau tidak mau guru harus belajar tentang tuna grahita. Kami ada kegiatan belajar bareng membahas tentang permasalahan-permasalahan sekolah, tapi untuk tuna grahita ini karena IQ-nya masih 60-80 jadi kesabaran tantangannya,” ujar Rapianti.

Selain menampilkan keahlian siswa kelas menengah, SLB 2 Denpasar mengajak siswa SD menari dengan didampingi orangtua sebagai upaya mengenal perilaku siswa. 7 ant

Komentar