Mahayastra: Tidak Krusialkan Paket Aman
Cok Ace mengaku tak sanggup menjaminkan sameton atau tokoh Puri Agung Ubud lainnya, secara keseluruhan, tak maju Pilkada Gianyar
Cok Ibah Direstui Puri Agung Ubud
GIANYAR, NusaBali
Ketua DPC PDIP Gianyar Made Agus Mahayastra menilai, majunya salah seorang tokoh Puri Agung Ubud, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, sebagai Cabup pada Pilkada Gianyar 2018, merupakan hal biasa bagi dirinya. Majunya Cok Ibah juga tak akan membuat krusial bagi PDIP dan Paket Aman (Made Agus Mahayastra-AA Gde Mayun) dalam pertarungan di Pilkada Gianyar, 27 Juni 2018.
“PDIP dan Paket Aman tak pernah mempersoalkan dan menargetkan ‘tak ada tokoh Puri Agung Ubud yang maju’ untuk Pilkada Gianyar tahun 2018,’’ jelasnya kepada NusaBali, Selasa (8/8).
Pernyataan politisi asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar ini sekaligus meluruskan anggapan banyak pihak di Gianyar, bahwa jajaran PDIP sangat ingin Cok Ace (tokoh Puri Agung Ubud lainnya, Red) digandeng Wayan Koster untuk maju di Pilgub Bali 2018. Dengan tandem ini, Puri Agung Ubud akan bulat dan hanya mengusung satu tokohnya, yakni Cok Ace di Pilgub Bali, serta tak ada tokoh Puri Agung Ubud lainnya maju di Pilkada Gianyar.
Mahayastra yang Wakil Bupati Gianyar (2013-2018), membantah asumsi politik itu, yakni dengan memakai Cok Ace di Pilgub Bali 2018, maka Cok Ace bisa mencegah tokoh Puri Agung Ubud lainnya tak maju di Pilkada Gianyar. “Dari PDIP, tak pernah menargetkan agar Cok Ace mengerem saudaranya di Puri Ubud agar tak maju di Pilkada Gianyar. Dari awal pun, kami di PDIP dengan Cok Ace, tak pernah ada pembicaraan seperti itu,’’ jelasnya.
Menurut Mahayastra, Wayan Koster, bakal cagub Bali yang didukung mayoritas PAC dan DPC se-Bali, sangat mengharapkan Cok Ace jadi tandemnya dengan mempertimbangkan banyak hal. Antara lain, Bali adalah daerah pariwisata, sehingga Koster yang akan memimpin Bali ke depan, perlu didukung oleh komponen pariwisata. Koster juga mencari tokoh yang memahami budaya Bali, dan jantung seni budaya Bali ada di Kabupaten Gianyar. Tokoh sesuai kriteria itu dan kebetulan berasal dari Gianyar adalah Cok Ace. Cok Ace, lanjut dia, salah seorang dosen di Fakultas Teknik Unud, dan mantan Bupati Gianyar (2003-2008) bergelar doktor Kajian Budaya. “Dari pertimbangan itu, Pak Koster inginkan didampingi Cok Ace, tanpa mengkebiri hak-hak politik keluarga Cok Ace yang lain,’’ jelasnya.
Mahayastra menegaskan, PDIP tak pernah memakai Cok Ace sebagai alat untuk menekan hak-hak politik keluarga Puri Agung Ubud. Lebih-lebih, lanjut dia, Cok Ibah yang akan maju pada Pilkada Gianyar nanti, meniti karier politik (di Golkar) sejak lama. “Membungkus Puri Ubud agar maju satu tokoh (di Pilgub atau Pilkada Gianyar, Red) kan tak boleh,’’ ujarnya.
Mahayastra mengakui dirinya politisi yang sudah lama berjuang di PDIP. Untuk memenangkan Paket Aman, jelas dia, dirinya tak perlu melihat pihak lain. ‘’Saya harus berani berdiri sendiri. Saya harus maju, tanpa harus melihat ke belakang dan kesamping atau siapa yang saya lawan,’’ jelasnya.
Oleh karena itu, Mahayastra mengakui tak akan ada pengaruhnya bagi Paket Aman, antara Cok Ace direkomendasi PDIP untuk mendampingi Wayan Koster, atau tidak direkomendasi. Mahayastra meyakini, masyarakat menilai wajar dirinya meningkatkan karier politik ke jenjang bupati. Karena dirinya merintis karier di politik sejak jadi kader PDIP, menjabat Ketua DPC PDIP, jadi anggota DPRD Gianyar, Ketua DPRD Gianyar 2004-2009 dan 2009-2013, lanjut Wakil Bupati Gianyar (2013-2018).
Dihubungi terpisah, tokoh Puri Agung Ubud Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace, mengakui saat adiknya, Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De digadang-gadang KGB (Koalisi Gianyar Bangkit) maju jadi cabup untuk Pilkada Gianyar 20018, dirinya dengan tegas menyatakan Puri Agung Ubud tak ingin menyakiti jajaran PDIP. ‘Tak menyakiti jajaran PDIP’ dimaksud adalah, jelas dia, Cok De tak akan maju di Pilkada Gianyar jika dirinya direkomendasi PDIP. Cok Ace mengaku tak sanggup menjaminkan sameton atau tokoh Puri Agung Ubud lainnya, secara keseluruhan, tak maju Pilkada Gianyar. “Apalagi, Cok Ibah mengaku bukan mencalonkan diri, tapi jadi calon bupati karena ditugaskan oleh partai (Golkar,Red). Kan, tak bisa seorang ksatria makelid (menghindar, Red) jika disuruh untuk berperang. Mungkin ini filosofi yang dianut Cok Ibah,’’jelasnya.
Jelas Cok Ace, jika dirinya dipakai PDIP bertandem dengan Wayan Koster, pasti akan meraih dukungan sameton puri dan masyarakat di Ubud. “Karena kartu atau surat suara kan ada dua (untuk Pilgub dan Pilkada Gianyar). Saya kira tak ada intervensi (antara Cok Ace dan Cok Ibah), meskipun dalam pemilihannya bersamaan. Tiyang (saya), yakin sameton Puri Agung Ubud tak mempersoalkan hal itu,’ jelasnya.
Dalam sebuah percakapannya dengan Cok Ibah, Cok Ace mengaku, dirinya dan Cok Ibah tetap menjaga persaudaraan meski masing-masing dapat penugasan oleh partai berbeda.
Sebagaimana diketahui, pada 19 Desember 2016, jajaran PDIP Gianyar dan Bali di Wantilan Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, mendeklarasikan Paket KBS-Cok Ace untuk Pilgub Bali 2018 dan Paket Aman (Made Mahayastra-AA Gde Mayun) untuk Pilkada Gianyar 2018. *lsa
GIANYAR, NusaBali
Ketua DPC PDIP Gianyar Made Agus Mahayastra menilai, majunya salah seorang tokoh Puri Agung Ubud, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, sebagai Cabup pada Pilkada Gianyar 2018, merupakan hal biasa bagi dirinya. Majunya Cok Ibah juga tak akan membuat krusial bagi PDIP dan Paket Aman (Made Agus Mahayastra-AA Gde Mayun) dalam pertarungan di Pilkada Gianyar, 27 Juni 2018.
“PDIP dan Paket Aman tak pernah mempersoalkan dan menargetkan ‘tak ada tokoh Puri Agung Ubud yang maju’ untuk Pilkada Gianyar tahun 2018,’’ jelasnya kepada NusaBali, Selasa (8/8).
Pernyataan politisi asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar ini sekaligus meluruskan anggapan banyak pihak di Gianyar, bahwa jajaran PDIP sangat ingin Cok Ace (tokoh Puri Agung Ubud lainnya, Red) digandeng Wayan Koster untuk maju di Pilgub Bali 2018. Dengan tandem ini, Puri Agung Ubud akan bulat dan hanya mengusung satu tokohnya, yakni Cok Ace di Pilgub Bali, serta tak ada tokoh Puri Agung Ubud lainnya maju di Pilkada Gianyar.
Mahayastra yang Wakil Bupati Gianyar (2013-2018), membantah asumsi politik itu, yakni dengan memakai Cok Ace di Pilgub Bali 2018, maka Cok Ace bisa mencegah tokoh Puri Agung Ubud lainnya tak maju di Pilkada Gianyar. “Dari PDIP, tak pernah menargetkan agar Cok Ace mengerem saudaranya di Puri Ubud agar tak maju di Pilkada Gianyar. Dari awal pun, kami di PDIP dengan Cok Ace, tak pernah ada pembicaraan seperti itu,’’ jelasnya.
Menurut Mahayastra, Wayan Koster, bakal cagub Bali yang didukung mayoritas PAC dan DPC se-Bali, sangat mengharapkan Cok Ace jadi tandemnya dengan mempertimbangkan banyak hal. Antara lain, Bali adalah daerah pariwisata, sehingga Koster yang akan memimpin Bali ke depan, perlu didukung oleh komponen pariwisata. Koster juga mencari tokoh yang memahami budaya Bali, dan jantung seni budaya Bali ada di Kabupaten Gianyar. Tokoh sesuai kriteria itu dan kebetulan berasal dari Gianyar adalah Cok Ace. Cok Ace, lanjut dia, salah seorang dosen di Fakultas Teknik Unud, dan mantan Bupati Gianyar (2003-2008) bergelar doktor Kajian Budaya. “Dari pertimbangan itu, Pak Koster inginkan didampingi Cok Ace, tanpa mengkebiri hak-hak politik keluarga Cok Ace yang lain,’’ jelasnya.
Mahayastra menegaskan, PDIP tak pernah memakai Cok Ace sebagai alat untuk menekan hak-hak politik keluarga Puri Agung Ubud. Lebih-lebih, lanjut dia, Cok Ibah yang akan maju pada Pilkada Gianyar nanti, meniti karier politik (di Golkar) sejak lama. “Membungkus Puri Ubud agar maju satu tokoh (di Pilgub atau Pilkada Gianyar, Red) kan tak boleh,’’ ujarnya.
Mahayastra mengakui dirinya politisi yang sudah lama berjuang di PDIP. Untuk memenangkan Paket Aman, jelas dia, dirinya tak perlu melihat pihak lain. ‘’Saya harus berani berdiri sendiri. Saya harus maju, tanpa harus melihat ke belakang dan kesamping atau siapa yang saya lawan,’’ jelasnya.
Oleh karena itu, Mahayastra mengakui tak akan ada pengaruhnya bagi Paket Aman, antara Cok Ace direkomendasi PDIP untuk mendampingi Wayan Koster, atau tidak direkomendasi. Mahayastra meyakini, masyarakat menilai wajar dirinya meningkatkan karier politik ke jenjang bupati. Karena dirinya merintis karier di politik sejak jadi kader PDIP, menjabat Ketua DPC PDIP, jadi anggota DPRD Gianyar, Ketua DPRD Gianyar 2004-2009 dan 2009-2013, lanjut Wakil Bupati Gianyar (2013-2018).
Dihubungi terpisah, tokoh Puri Agung Ubud Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace, mengakui saat adiknya, Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De digadang-gadang KGB (Koalisi Gianyar Bangkit) maju jadi cabup untuk Pilkada Gianyar 20018, dirinya dengan tegas menyatakan Puri Agung Ubud tak ingin menyakiti jajaran PDIP. ‘Tak menyakiti jajaran PDIP’ dimaksud adalah, jelas dia, Cok De tak akan maju di Pilkada Gianyar jika dirinya direkomendasi PDIP. Cok Ace mengaku tak sanggup menjaminkan sameton atau tokoh Puri Agung Ubud lainnya, secara keseluruhan, tak maju Pilkada Gianyar. “Apalagi, Cok Ibah mengaku bukan mencalonkan diri, tapi jadi calon bupati karena ditugaskan oleh partai (Golkar,Red). Kan, tak bisa seorang ksatria makelid (menghindar, Red) jika disuruh untuk berperang. Mungkin ini filosofi yang dianut Cok Ibah,’’jelasnya.
Jelas Cok Ace, jika dirinya dipakai PDIP bertandem dengan Wayan Koster, pasti akan meraih dukungan sameton puri dan masyarakat di Ubud. “Karena kartu atau surat suara kan ada dua (untuk Pilgub dan Pilkada Gianyar). Saya kira tak ada intervensi (antara Cok Ace dan Cok Ibah), meskipun dalam pemilihannya bersamaan. Tiyang (saya), yakin sameton Puri Agung Ubud tak mempersoalkan hal itu,’ jelasnya.
Dalam sebuah percakapannya dengan Cok Ibah, Cok Ace mengaku, dirinya dan Cok Ibah tetap menjaga persaudaraan meski masing-masing dapat penugasan oleh partai berbeda.
Sebagaimana diketahui, pada 19 Desember 2016, jajaran PDIP Gianyar dan Bali di Wantilan Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, mendeklarasikan Paket KBS-Cok Ace untuk Pilgub Bali 2018 dan Paket Aman (Made Mahayastra-AA Gde Mayun) untuk Pilkada Gianyar 2018. *lsa
Komentar