Prof Sudewi Pimpin Unud
Dalam pemilihan Rektor Unud, Prof Raka Sudewi kebagian 107 suara, Prof Damriyasa dapat 106 suara, dan Dr Gunawan raih 32 suara
Unggul Cuma 1 Suara, Jadi Rektor Perempuan Pertama
MANGUPURA, NusaBali
Kursi Rektor Unud lagi-lagi direbut akademisi dari Fakultas Kedokteran. Ini setelah Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K), 60, secara mengejutkan sukses menangkan pemilihan Rektor 2017-2021, Jumat (11/8), dengan menyingkirkan dua kandidat lainnya: Prof Dr Drh I Made Damriyasa MS, 55 (dari Fakultas Kedokteran Hewan) dan Dr Drs AA Ngurah Gunawan MT, 55 (dari Fakultas MIPA). Prof Raka Sudewi pun ukir sejarah sebagai perempuan pertama yang terpilih jadi Rektor Unud.
Dalam pemilihan Rektor Unud melalui voting yang digelar di Auditorium Widya Sabha Rektorat Unud, Kampus Bukit Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Jumat kemarin, Prof Raka Sudewi memperoleh 107 suara. Dia hanya unggul 1 suara dari Prof Damriyasa, yang mendulang 106 suara. Sedangkan Dr Ngurah Gunawan (yang kini menjabat Kepala Laboratorium Fisika Fakultas MIPA Unud) hanya kebagian 32 suara.
Ada 166 suara Senat Unud plus 86 suara Menteri yang diuperebutkan dalam voting pemilihan Rektor kemarin. Hanya saja, yang hadir memberikan suara cuma 159 orang alias 9 pemilik suara absen. Dari total 245 suara ini, Prof Raka Sudewi berhasil mendominasi 107 suara.
Kemenangan Prof Raka Sudewi (yang masih menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Unud) ini terbilang mengejutkan. Pasalnya, saat proses seleksi tanpa melibatkan kehadiran suara Menteri, 7 Juli 2017 lalu, Prof Raka Sudewi berada di posisi kedua dengan raihan hanya 64 suara Senat. Kala itu, Prof Made Damriyasa (yang kini Wakil Rektor I Bidang Akademik Unud) di posisi teratas dengan dominasi 93 suara Senat. Sebaliknya, Dr Gunawan saat itu hanya kebagian 1 suara Senat.
Berdasarkan analisis seorang pentolan tim sukses Prof Sudewi, 86 suara Menteri diperkirakan dibagi merata masing-masing 28 suara untuk ketiga kandidat. Dr Gunawan diperkirakan dapat limpahan 3 suara Senat dari pendukung Prof Damriyasa, sehingga total raih 32 suara (termasuk 1 suara dari Senat saat seleksi). Sedangkan Prof Raka Sudewi, kata dia, diprediksi pertahankan 64 suara Senat saat seleksi, plus dapat 28 suara Menteri, dan limpahan 15 suara Senat dari pendukung Prof Da-mriyasa.
Betulkah? “Mengenai suara Menteri ini, kita tidak tahu diberikan sepenuhnya kepada satu calon atau didistribusikan? Yang jelas, dari penggabungan suara Senat dan Menteri, itulah hasilnya,” ungkap Ketua Panitia Pemilihan Rektor Unud, Prof Gede Mahardika, kepada NusaBali.
Prof Mahardika mengatakan, hasil pemilihan ini akan diserahkan kepada Menteri Ristek Dikti, untuk selanjutnya dibuatkan di SK. Sementara untuk tampuk kepemimpinan masih dijabat sementara Dr Ir Patdono Suwignjo MEngSc selaku Dirjen Kelembagaan Iptek Dikti di Kemenristekdikti. Dr Patdono ditunjuk sebagai Plt Rektor Unud sejak 12 Juli 2017 lalu, bersamaan dengan berakhirnya masa tugas Rektor sebelumnya, Prof Dr dr Ketut Suastika. “Nantinya, posisi Wakil Rektor akan dipilih langsung oleh Rektor Unud terpilih, paling lambat sebulan setelah diangkat,” katanya.
Sementara, Prof Raka Sudewi mengukuhkan sejarah sepagai perempuan pertama yang terpilih jadi Rektor Unud. Akademisi kelahiran 15 Februari 1959 asal Puri Kelodan, Desa/Kecamatan Ubud, Gianyar ini juga praktis mengukuhkan dominasi Fakultas Kedokteran sebagai Rektor Unud. Sepanjang sejarah sejak 1962, dari 11 tokoh yang berkuasa, tercatat hanya 2 orang Rektor Unud dari luar Fakultas Kedok-teran, yakni Prof Dr IB Mantra (dari Fakultas Sastra) dan Prf Dr Ir Nyoman Sutawan (dari Fakultas Pertanian).
Kepada NusaBali, Prof Raka Sudewi mengaku bersyukur dirinya terpilih menjadi Rektur Unud melalui prfosews yang berlangsung demokratis. Dia pun bangga menyandang predikat sebagai Rektor Unud pertama dari kaum perempuan. “Bagi saya, keberhasilan duduk sebagai puncak tertinggi di Universitas Udayana merupakan amanah untuk menyatukan Unud ke depan,” tandas Prof Raka Sudewi.
Dia menegaskan, kberhasilan ini sebagai bukti bahwa perempuan mampu. Jika dilihat dari kemampuan perempuan di Unud dalam menyelesaikan masa studinya, selalu mendominasi. “Baik dari segi prestasi akademik maupun masa tempuh studi di Unud selalu didominasi oleh perempuan. Jadi, kaum perempuan itu jaga mampu,” katanya.
Sementara itu, Prof Damriyasa menyatakan kekahalananya yang hanya 1 suara dari Prof Raka Sudewi, sangat dipengaruhi oleh suara Menteri. “Menteri punya 35 persen (86 suara) dari total suara yang diperebutkan. Itulah yang mempengaruhi suara dari saat proses penyaringan. Dulu saya kan dapat 93 suara waktu penyaringan. Mungkin terjadi pergeseran suara,” jelas Prof Damriyasa kepada NusaBali seusai pemilihan kemarin.
“Saya sama sekali tidak menyangka hasil ini. Tapi, sudah terjadi seperti ini, ya kita harus terima. Saya tidak kecewa, malah saya bersyukur akhirnya pemilihan Rektor Unud tidak diundur lagi, karena nggak baik terlalu lama ada kekosongan kepemimpinan,” lanjutnya.
Prof Damriyasa menegaskan, setelah kalah dalam perebutan kursi Rektor Unud dan purna tugas sbagaio Wakil rektor I, dirinya akan kembali ke fakultas (FKH) untuk mengajar dan melakukan penelitian yang selama ini terbengkalai. “Kerjasama selama ini yang banyak saya tinggalkan, seperti dengan Jerman, Italia, dan Inggris, bisa kita lakukan lagi. Itu bisa signifikan untuk menjadikan Unud lebih maju.”
Sebaliknya, Dr Gunawan mengaku telah berkomitmen bahwa siapa pun yang memenangkan tampuk kepemimpinan Unud, akan senantiasa didukung untuk kemajuan ke depan. “Ini adalah bagian dari demokrasi akademik. Siapa pun yang jadi Rektor Unud, pasti kita dukung,” tandas Dr Gunawan. *in
MANGUPURA, NusaBali
Kursi Rektor Unud lagi-lagi direbut akademisi dari Fakultas Kedokteran. Ini setelah Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K), 60, secara mengejutkan sukses menangkan pemilihan Rektor 2017-2021, Jumat (11/8), dengan menyingkirkan dua kandidat lainnya: Prof Dr Drh I Made Damriyasa MS, 55 (dari Fakultas Kedokteran Hewan) dan Dr Drs AA Ngurah Gunawan MT, 55 (dari Fakultas MIPA). Prof Raka Sudewi pun ukir sejarah sebagai perempuan pertama yang terpilih jadi Rektor Unud.
Dalam pemilihan Rektor Unud melalui voting yang digelar di Auditorium Widya Sabha Rektorat Unud, Kampus Bukit Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Jumat kemarin, Prof Raka Sudewi memperoleh 107 suara. Dia hanya unggul 1 suara dari Prof Damriyasa, yang mendulang 106 suara. Sedangkan Dr Ngurah Gunawan (yang kini menjabat Kepala Laboratorium Fisika Fakultas MIPA Unud) hanya kebagian 32 suara.
Ada 166 suara Senat Unud plus 86 suara Menteri yang diuperebutkan dalam voting pemilihan Rektor kemarin. Hanya saja, yang hadir memberikan suara cuma 159 orang alias 9 pemilik suara absen. Dari total 245 suara ini, Prof Raka Sudewi berhasil mendominasi 107 suara.
Kemenangan Prof Raka Sudewi (yang masih menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Unud) ini terbilang mengejutkan. Pasalnya, saat proses seleksi tanpa melibatkan kehadiran suara Menteri, 7 Juli 2017 lalu, Prof Raka Sudewi berada di posisi kedua dengan raihan hanya 64 suara Senat. Kala itu, Prof Made Damriyasa (yang kini Wakil Rektor I Bidang Akademik Unud) di posisi teratas dengan dominasi 93 suara Senat. Sebaliknya, Dr Gunawan saat itu hanya kebagian 1 suara Senat.
Berdasarkan analisis seorang pentolan tim sukses Prof Sudewi, 86 suara Menteri diperkirakan dibagi merata masing-masing 28 suara untuk ketiga kandidat. Dr Gunawan diperkirakan dapat limpahan 3 suara Senat dari pendukung Prof Damriyasa, sehingga total raih 32 suara (termasuk 1 suara dari Senat saat seleksi). Sedangkan Prof Raka Sudewi, kata dia, diprediksi pertahankan 64 suara Senat saat seleksi, plus dapat 28 suara Menteri, dan limpahan 15 suara Senat dari pendukung Prof Da-mriyasa.
Betulkah? “Mengenai suara Menteri ini, kita tidak tahu diberikan sepenuhnya kepada satu calon atau didistribusikan? Yang jelas, dari penggabungan suara Senat dan Menteri, itulah hasilnya,” ungkap Ketua Panitia Pemilihan Rektor Unud, Prof Gede Mahardika, kepada NusaBali.
Prof Mahardika mengatakan, hasil pemilihan ini akan diserahkan kepada Menteri Ristek Dikti, untuk selanjutnya dibuatkan di SK. Sementara untuk tampuk kepemimpinan masih dijabat sementara Dr Ir Patdono Suwignjo MEngSc selaku Dirjen Kelembagaan Iptek Dikti di Kemenristekdikti. Dr Patdono ditunjuk sebagai Plt Rektor Unud sejak 12 Juli 2017 lalu, bersamaan dengan berakhirnya masa tugas Rektor sebelumnya, Prof Dr dr Ketut Suastika. “Nantinya, posisi Wakil Rektor akan dipilih langsung oleh Rektor Unud terpilih, paling lambat sebulan setelah diangkat,” katanya.
Sementara, Prof Raka Sudewi mengukuhkan sejarah sepagai perempuan pertama yang terpilih jadi Rektor Unud. Akademisi kelahiran 15 Februari 1959 asal Puri Kelodan, Desa/Kecamatan Ubud, Gianyar ini juga praktis mengukuhkan dominasi Fakultas Kedokteran sebagai Rektor Unud. Sepanjang sejarah sejak 1962, dari 11 tokoh yang berkuasa, tercatat hanya 2 orang Rektor Unud dari luar Fakultas Kedok-teran, yakni Prof Dr IB Mantra (dari Fakultas Sastra) dan Prf Dr Ir Nyoman Sutawan (dari Fakultas Pertanian).
Kepada NusaBali, Prof Raka Sudewi mengaku bersyukur dirinya terpilih menjadi Rektur Unud melalui prfosews yang berlangsung demokratis. Dia pun bangga menyandang predikat sebagai Rektor Unud pertama dari kaum perempuan. “Bagi saya, keberhasilan duduk sebagai puncak tertinggi di Universitas Udayana merupakan amanah untuk menyatukan Unud ke depan,” tandas Prof Raka Sudewi.
Dia menegaskan, kberhasilan ini sebagai bukti bahwa perempuan mampu. Jika dilihat dari kemampuan perempuan di Unud dalam menyelesaikan masa studinya, selalu mendominasi. “Baik dari segi prestasi akademik maupun masa tempuh studi di Unud selalu didominasi oleh perempuan. Jadi, kaum perempuan itu jaga mampu,” katanya.
Sementara itu, Prof Damriyasa menyatakan kekahalananya yang hanya 1 suara dari Prof Raka Sudewi, sangat dipengaruhi oleh suara Menteri. “Menteri punya 35 persen (86 suara) dari total suara yang diperebutkan. Itulah yang mempengaruhi suara dari saat proses penyaringan. Dulu saya kan dapat 93 suara waktu penyaringan. Mungkin terjadi pergeseran suara,” jelas Prof Damriyasa kepada NusaBali seusai pemilihan kemarin.
“Saya sama sekali tidak menyangka hasil ini. Tapi, sudah terjadi seperti ini, ya kita harus terima. Saya tidak kecewa, malah saya bersyukur akhirnya pemilihan Rektor Unud tidak diundur lagi, karena nggak baik terlalu lama ada kekosongan kepemimpinan,” lanjutnya.
Prof Damriyasa menegaskan, setelah kalah dalam perebutan kursi Rektor Unud dan purna tugas sbagaio Wakil rektor I, dirinya akan kembali ke fakultas (FKH) untuk mengajar dan melakukan penelitian yang selama ini terbengkalai. “Kerjasama selama ini yang banyak saya tinggalkan, seperti dengan Jerman, Italia, dan Inggris, bisa kita lakukan lagi. Itu bisa signifikan untuk menjadikan Unud lebih maju.”
Sebaliknya, Dr Gunawan mengaku telah berkomitmen bahwa siapa pun yang memenangkan tampuk kepemimpinan Unud, akan senantiasa didukung untuk kemajuan ke depan. “Ini adalah bagian dari demokrasi akademik. Siapa pun yang jadi Rektor Unud, pasti kita dukung,” tandas Dr Gunawan. *in
1
Komentar