nusabali

Pawacakan Wariga Menjawab Peluang Koster, Giri Prasta dan Rai Mantra di Pilgub Bali 2024

  • www.nusabali.com-pawacakan-wariga-menjawab-peluang-koster-giri-prasta-dan-rai-mantra-di-pilgub-bali-2024

GIANYAR, NusaBali.com - Selain modal politik yang kuat, keberhasilan seseorang dalam pertarungan politik juga dapat dilihat dari bawaan kelahiran. Leluhur orang Bali mewariskan ilmu perbintangan yang bisa menjawab rahasia semesta di balik nasib dan takdir seseorang, termasuk seorang pemimpin.

Jero Mangku Yasa
lantas lanjut menghitung Paarasan (penggolongan sifat) berdasarkan
hitungan urip saptawara dan pancawara. Dari penghitungan ini, Koster
adalah individu yang Lakuning Lintang (sifat bintang), Giri Prasta dan
Rai Mantra sama-sama Lakuning Rembulan (sifat bulan) karena keduanya
lahir Redite Pahing.

Dari hasil pawacakan ini, pemimpin potensial
yang mungkin akan memimpin Bali ke depan adalah Koster dan/atau Giri
Prasta. Penilaian ini didasarkan pada dua Pawacakan Wariga menggunakan
metode Iti Sang Hyang Kmit Tungguh dan Paarasan/Pangarasan.

"Koster
sendiri ada di titik terang tapi tidak terang sekali karena sudah lewat
puncaknya. Giri Prasta ada di titik gelap tapi baru melewati batas
meridian, artinya tidak gelap sekali, baru menuju ke sana. Sedangkan,
Rai Mantra akan memasuki titik tergelap," imbuh Jero Mangku Yasa.

Pria
kelahiran Banjar Tengah, Desa Pakraman Buleleng, Kecamatan Buleleng,
Buleleng ini melempar keputusan akhir ke masyarakat. Ingin Bali dipimpin
seseorang seperti bintang atau yang seperti bulan. Bintang memiliki
sifat lemah hati, kesepian, dan sengsara, namun mandiri dan fokus. Bulan
mengundang simpati semua orang dan juga jadi penyejuk.

Kata Jero
Mangku Yasa, beberapa tokoh tanah air memiliki Paarasan berbeda sesuai
zamannya. Presiden Soekarno disebut memiliki sifat api atau Lakuning
Geni, Presiden Soeharto membawa sifat matahari atau Lakuning
Srengenge/Surya, dan Lakuning Rembulan dibawa Presiden Joko Widodo.

Sifat-sifat
ini tidak ada salah benar sebab memang sesuai dengan tantangan bangsa
pada zamannya masing-masing. Jero Mangku Yasa percaya bahwa tanah
Indonesia dan khususnya tanah Bali itu pingit. Meski pemimpin dipilih
melalui pemilu, semesta tidak pernah lepas tangan untuk ikut memilih
yang sang terpilih. *rat

Komentar