Dewi Soekarno Tandatangani Prasasti Monumen Kudatuli
DENPASAR, NusaBali - Di sela-sela kunjungannya ke Bali bersama sejumlah artis ternama Jepang, istri keenam Presiden Indonesia Soekarno, Ratna Sari Dewi Soekarno yang biasa dipanggil Dewi Soekarno diundang Ketua Yayasan Kepustakaan Bung Karno, Gus Marhaen untuk menandatangani prasasti Monumen Kudatuli (Tragedi Berdarah 27 Juli 1996) yang dibangun di Jalan Bypass Ida Bagus Mantra No 119 Denpasar Timur, Sabtu (27/7).
Meski sudah berusia 84 tahun, Dewi Sukarno tampak masih energik dan bersemangat ketika disambut Gus Marhaen bersama Sekretaris Yayasan Kepustakaan Bung Karno Dr Shri I Gusti Ngurah Wira Wedawitry Wedasteraputra Mahendradatta Suyasa. Gus Marhaen mengatakan, kehadiran Dewi Soekarno ke Pulau Dewata merupakan momen yang sangat sakral karena bertepatan dengan peringatan peristiwa penyerbuan Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 atau disebut peristiwa Kudatuli. “Peristiwa Kudatuli ini merupakan tonggak kebesaran Megawati Soekarnoputri dan momentum munculnya beliau dalam politik Indonesia. Dari peristiwa ini ada catatan sejarah republik yang perlu dikenang. Nah, kami dari The Mega Center dan Yayasan Kepustakaan Bung Karno ingin memonumenkan itu,” ujar Gus Marhaen.
Dan, pada momen yang tepat, kata Gus Marhaen, Ratna Sari Dewi yang merupakan istri Presiden pertama RI, Sukarno hadir di Bali sehingga dirinya tertarik mengundangnya untuk menandatangani prasasti Monumen Kudatuli tersebut. “Beliau (Dewi Soekarno) yang merupakan istri Sang Proklamator merupakan saksi sejarah perjalanan bangsa ini yang masih hidup. Jadi, saya rasa sangat tepat kalau beliau saya minta untuk menandatangani prasasti monumen Kudatuli ini,” kata Gus Marhaen. Dia menambahkan dari cerita sejarah, Orde Baru pernah ‘merayu’ Dewi Soekarno untuk menikah lagi setelah sang suami Bung Karno meninggal dunia pada tahun 1970 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Tapi, saat itu, Dewi Soekarno menolak permintaan itu.
“Nah, dari cerita sejarah itu, saya melihat bagaimana cintanya Dewi Soekarno dengan Bung Karno yang kekeh tidak mau menikah lagi. Mungkin saja kalau beliau menikah lagi, nama besarnya sebagai istri Presiden RI Sukarno akan luntur, tidak seperti sekarang ini yang masih dikagumi,” imbuh Gus Marhaen.
Selain Monumen Kudatuli, di gedung The Mega Center (Pusat Kajian Mega) juga menyajikan galeri yang memajang momen-momen bersejarah. “Ya, seperti perjalanan Megawati dari saat beliau berada di rahim Ibu Fatmawati yang merupakan Ibu Negara hingga jadi ketua partai dan presiden perempuan pertama di negeri ini,” jelas Gus Marhaen. Sementara itu, Dewi Sukarno mengaku sangat senang bisa kembali berkunjung ke Bali. Menurutnya, kedatangannya ke Pulau Dewata bersama sejumlah artis Jepang ini untuk syuting film dokumenter perjalanan hidupnya ketika menjadi istri orang nomor satu di Indonesia.
“Tadi saya sempat berkunjung ke Istana Kepresidenan Tampaksiring,” ujar wanita yang menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika dia berumur 22 tahun. Dewi Soekarno mengajak sejumlah artis ternama Jepang sekaligus untuk memperkenalkan tempat-tempat pariwisata di Bali. Nah, terkait undangan dari Gus Marhaen, Dewi Soekarno yang kini bermukim di Jepang, mengaku sangat senang dan terharu. Apalagi, kata dia, Gus Marhaen merupakan pendiri dari Museum Agung Bung Karno yang menyimpan peninggalan bersejarah yang berhubungan dengan Soekarno yang tak lain merupakan suaminya.
“Saya ucapkan terimakasih atas undangannya, sangat senang dan terharu,” ucapnya ketika ditemui NusaBali dalam jamuan makan malam yang digelar di Kopi Bali House, Jalan Bypass Ngurah Rai, Sanur, Denpasar. 7 isu
1
Komentar