Mengulik Perjalanan Karier Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf RI
Awali Karier dari Jadi ‘Keroco’ hingga Jabat Deputi Menteri
Ni Made Ayu Marthini
Deputi Menteri
Kemenparekraf RI
Festival Niti Raja Sasana
Sastra Saraswati Sewana
Keroco
GIANYAR, NusaBali - Ni Made Ayu Marthini adalah salah satu perempuan Bali yang sukses di panggung nasional, khususnya di bidang pemerintahan.
Sejak 3 Oktober 2023 lalu, dia mengemban salah satu jabatan tertinggi yang bisa diduduki seorang aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Kelompok III, yakni Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Ayu Marthini sudah 28 tahun di dunia pemerintahan sejak dia bergabung menjadi ASN pada tahun 1996 silam. Kata dia, posisi yang dia raih sekarang ini berawal dari proses belajar menjadi ‘keroco’ yang membantu tugas atasan sekaligus mencuri ilmu dari tokoh yang sudah berpengalaman. Setelah lulus sebagai ASN, Ayu Marthini yang juga jebolan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta ini mulai menjelajahi kariernya di Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Kemudian, dia dikirim ke New York, Amerika Serikat untuk jadi diplomat muda di Perwakilan Tetap RI (PTRI) untuk PBB pada tahun 2001 silam. Selama di PTRI, Ayu Marthini mengaku belajar banyak, terutama ketika ia jadi bagian dari tim sukses RI untuk menjadikan Mari Elka Pangestu sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBB. Kata dia, sebagai diplomat muda yang langsung didapuk jadi sekretaris tim, skill-nya ditempa dengan menjadi keroco dari tokoh-tokoh yang jauh lebih senior.
“Saya keroco waktu itu, diplomat baru ditunjuk jadi sekretaris dan mendampingi tokoh-tokoh penting dari Indonesia, itu bagusnya. Menjadi keroco itu kadang-kadang penting, saya bisa belajar dengan membantu misi itu,” kata Ayu Marthini ketika jadi pembicara di hadapan anak muda Bali di Festival Niti Raja Sasana, Sastra Saraswati Sewana, Ubud, Gianyar, Senin (22/7) lalu. Tahun 2004, periode pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mari Elka Pangestu ditarik pulang ke tanah air untuk menjadi Menteri Perdagangan. Dua tahun kemudian, Ayu Marthini juga ditarik ke Kementerian Perdagangan dan menjadi Asisten Menteri di Kantor Mendag selama enam tahun.
Ayu Marthini sempat dipertanyakan mengapa memilih keluar Kemlu dan masuk di Kemendag. Ia menjawab bahwa untuk berkembang perlu mempelajari hal baru dan agar terarah, mentor diperlukan. Mari Elka Pangestu yang menjabat Menteri Perdagangan (Mendag) kala itu adalah mentor kelas wahid yang tidak bisa ia sia-siakan; ekonom perempuan pertama Indonesia yang meraih gelar doktor. Urusan perdagangan atau ekonomi bukanlah hal baru bagi Ayu Marthini. Sebab, selama di Kemlu sebelum dikirim ke PTRI, ia bertugas di Direktorat Kerja Sama Ekonomi Multilateral, Ditjen Hubungan Ekonomi Luar Negeri. Selain sebagai asisten, di Kemendag, ia juga pernah menjabat Kepala Bidang Berita dan Publikasi di Pusat Hubungan Masyarakat.
"Selama 17 tahun saya berada di Kemendag. Sempat dikirim ke Washington DC sebagai Atase Perdagangan, jadi diplomat lagi setelah keluar dari Kemlu. Akhirnya 2016 pulang menjadi Direktur Perundingan Bilateral Kemendag," tutur Ayu Marthini. Sebagai Direktur Perundingan Bilateral, Ayu Marthini jadi negosiator yang mengamankan kepentingan dagang Indonesia dan di saat yang sama juga tetap ‘win win’. Selama menjabat di posisi ini hingga 2021, banyak negosiasi dagang digarap bersama para diplomat muda, mulai dari negosiasi dengan European Free Trade Association (EFTA) hingga Australia dan Chile.
Dari proses negosiasi yang memerlukan strategi yang tepat sesuai isu dan karakter mitra perundingan, dia mengedepankan paradigma negosiasi ‘tough on issue, soft on people’. Boleh keras ketika membicarakan substansi tapi jangan sampai memusuhi orang karena perbedaan pendapat. “Contohnya, ketika saya berunding dagang dengan Jepang dan Korea, orang-orangnya tough selalu bilang no. Kemudian, coba didekati dengan budaya mereka yang suka makan, sambil mengobrolkan isu yang ada. Akhirnya, besoknya itu perundingan lancar tidak seperti hari pertama karena waktu makan malam sudah selesai dibahas,” beber Ayu Marthini.
Hal ini juga diterapkan ke para tim negosiatornya yang rata-rata anak muda. Mereka diajak berkembang melalui berbagai pelatihan sehingga cakap ketika berunding. Berkat gaya kepemimpinannya, Ayu Marthini diganjar Piala Adhigana kategori Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Pratama Teladan di Anugerah ASN 2021 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sejak tahun lalu, Ayu Marthini memulai babak baru di dalam perjalanan kariernya. Ia keluar dari Kemendag dan masuk ke Kemenparekraf, bidang kerja yang tidak terlalu jauh beda dengan kualifikasinya di Kemlu sebagai diplomat dan di Kemendag sebagai juru runding. Ia masih harus bersinggungan dengan aktivitas diplomasi dan perdagangan.
Membidangi lini pemasaran pariwisata, Ayu Marthini dihadapkan pada keterbatasan dana. Tapi ia tidak mau inovasi dibatasi uang. Sejak mulai menjabat Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf, collaborative marketing (pemasaran gotong-royong) diperkenalkan dengan melibatkan berbagai pihak tanpa harus bergantung pada dana dari APBN.
“Ke Kemenparekraf, saya ingin maju karena sebelumnya sudah (menjabat) direktur (di Kemendag). Untuk bisa naik ke Eselon I, saya mendaftar untuk ikut seleksi selama 30 hari, diuji oleh Menteri, Wakil Menteri, dan panelis. Ini tentu tidak mudah tapi saya mau karena passion, passion sebagai pelayan publik, untuk kepentingan Indonesia,” ungkap Ayu Marthini. 7 ol1
Komentar