nusabali

Di Balik Semarak Karya Panca Wali Krama Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang, Jawa Timur (1)

Pelaksanaan Karya Kolaborasi Umat Hindu Tengger dan Bali

  • www.nusabali.com-di-balik-semarak-karya-panca-wali-krama-pura-mandhara-giri-semeru-agung-lumajang-jawa-timur-1

Pembagian kerja panitia Bali dan Hindu Tengger berjalan baik, bebantenan Bali panitia Bali yang siapkan, dan bebantenan Tengger disiapkan warga Tengger

LUMAJANG, NusaBali
Karya Panca Wali Krama Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Desa/Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur sedang berlangsung. Ini adalah karya Panca Wali Krama yang ketiga sejak diresmikannya Pura Mandara Giri Semeru Agung pada tahun 1992. Persiapan dan pelaksanaan karya melibatkan kolaborasi umat Hindu Tengger, Jawa Timur dan umat Hindu seluruh Bali, khususnya Puri Ubud, Kabupaten Gianyar selaku Pangempon Pura. 

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Lumajang, Teguh Widodo mengungkapkan rangkaian Karya telah diawali dengan Mupuk Pedagingan, Melasti, Tawur Panca Wali Krama, dan Puncak Karya bertepatan dengan rahina Purnama Kasa, Saniscara Pon Sinta, Sabtu (20/7), dan Nyineb bertepatan Tilem Kasa pada Redite Pon Kulantir, Minggu (4/8) nanti. Karya kali ini menggunakan sarana 13 ekor kerbau. 

Ketua PHDI Lumajang, Teguh Widodo. –NOVI ANTARI 

"Pelaksanaan Panca Wali Krama Tahun 2024 ini kita laksanakan dengan solid. Kita berkolaborasi dengan semeton panitia Bali dan juga panitia Pura Mandhara Giri Semeru Agung," jelasnya ditemui di sela bhakti penganyar dari Pemkab Gianyar, pada Rabu (24/7) lalu. Berkenaan dengan Panca Wali Krama ini, umat Hindu Tengger di Kabupaten Lumajang terlibat langsung mulai prosesi Melasti yang dipuput oleh dua Romo Dukun Pandita. "Pada saat Tawur Labuh Gentuh juga dipuput dua Romo Dukun Pandita. Puncak Karya dipuput tiga Romo Dukun Pandita Tengger. Nyineb akan dipuput empat Romo dukun Pandita Hindu Tengger," jelasnya. 

Dalam hal pembagian kerja, panitia Bali dan Hindu Tengger berjalan dengan baik bahkan sejak diresmikan Pura Mandhara Giri Semeru Agung ini tahun 1992 silam. "Jadi, bebantenan dari Bali tetap panitia Bali yang siapkan. Bebantenan Hindu Tengger kami yang menyiapkan. Dan untuk semeton Hindu Lumajang, semuanya kerja sama dalam persiapan Karya ini," jelasnya. 
Saat ini sedikitnya tercatat ada sebanyak 7.000 jiwa umat Hindu yang tersebar di Kabupaten Lumajang. Dari segi mata pencarian cukup bervariasi namun lebih dominan berkebun. Bebantenan yang dimaksud, memiliki makna yang hampir mirip hanya saja berbeda penyebutan maupun piranti yang digunakan. Sebut saja salah satunya banten Pejati. "Di Bali disebut Pejati, di Jawa disebut Ayon-ayon atau Gedang Ayu," imbuhnya. 

Sementara itu, dilihat dari antusiasme pamedek yang tangkil, Karya Panca Wali Krama kali ini menyedot ribuan umat Hindu se Jawa Timur dan umat Hindu se Bali. Setiap hari dilaksanakan bhakti penganyar secara bergilir dari Kabupaten/Kota di Jawa Timur maupun Bali. 

Rombongan yang hadir bisa sampai berpuluh-puluh bus dari jajaran OPD, Desa Adat, Lembaga maupun sekaa demen. "Antusias masyarakat Bali tahun ini sangat luar biasa ketimbang Pujawali yang rutin digelar setiap setahun sekali. Saat ini sangat membeludak atau banyak sekali," ungkapnya. Untuk diketahui, Pura Mandhara Giri Semeru Agung berada di kaki Gunung Semeru. Salah satu pura yang dituakan di Indonesia ini dibangun sekitar tahun 1970-an. Awalnya pura ini dibangun seluas 25x60 meter, lalu diperluas menjadi hampir 3 hektare saat ini. Pura Mandhara Giri Semeru Agung diresmikan pada Juli 1992. 7 nvi

Komentar