Benih Bioteknologi Jawaban Atas Ancaman Krisis Pangan Indonesia
JAKARTA, (ANTARA) - Benih bioteknologi, yang dihasilkan melalui rekayasa genetika, menjadi salah satu harapan dan jawaban bagi permasalahan pangan di Indonesia, termasuk mencegah risiko krisis pangan.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, dalam tayangan video yang ditampilkan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (31/7/2024), mengatakan Indonesia tengah menghadapi tantangan dalam memastikan keamanan pangan di tengah populasi yang diperkirakan akan terus bertambah.
Dengan proyeksi peningkatan penduduk sebesar 50 juta jiwa dalam dua dekade mendatang, ketersediaan pangan di Indonesia semakin terancam. Hal ini disebabkan oleh penurunan kualitas tanah dan berkurangnya jumlah petani, yang berakibat pada penurunan produksi serta kenaikan harga pangan.
Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam produktivitas beras beberapa dekade terakhir, pertumbuhan ini dinilai stagnan dalam 10-15 tahun terakhir.
Degradasi tanah, terutama disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, telah menjadi perhatian utama, khususnya di wilayah seperti Jawa.
Menurut data Bulog, ancaman krisis pangan kian terasa, khususnya dari sisi penurunan produksi tanaman pangan. Sebagai contoh, produksi beras nasional dari Januari—April 2024 menurun 17,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari 22,55 juta ton menjadi 18,55 juta ton.
Untuk itu, Bayu menyatakan perlu ada intervensi untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi.
Ia mengatakan data menunjukkan bahwa penerapan bioteknologi dalam pertanian telah berhasil meningkatkan pendapatan petani secara signifikan. Sebagai contoh, pada 1996 hingga 2018, bioteknologi mampu meningkatkan nilai produksi pertanian sampai 225 miliar dolar AS.
“Tapi kuncinya, teknologi itu harus bisa diterapkan dan digunakan oleh para petani. Karena pada akhirnya yang memproduksi pangan adalah para petani,” ujar Bayu.
Sementara itu, Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Ismariny, menyatakan pihaknya mendorong lebih banyak sinergi peningkatan ketahanan pangan nasional di berbagai lini.
Ia menyebut kementeriannya sudah mulai menggagas beberapa program untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia, seperti supply peningkatan produksi, diversifikasi pangan, efisiensi distribusi pangan, hingga penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas pangan.
Biotechnology and Seed Manager CropLife Indonesia, Agustine Christela, menambahkan bahwa penerapan benih bioteknologi memungkinkan petani untuk meminimalisir potensi kehilangan hasil.
Benih bioteknologi dirancang untuk memiliki sifat unggul. Artinya, ketika ditanam, tanaman yang dihasilkan bisa lebih resisten terhadap hama, gulma, penyakit ataupun kondisi lingkungan ekstrem.
Menurut Agustine, dengan pemanfaatan benih bioteknologi, potensi kehilangan hasil pertanian bisa ditekan hingga 10 persen, yang berarti ada peningkatan produksi panen yang signifikansi bagi petani di lahan terbatas.
1
Komentar