nusabali

Mantan Dharma Upapathi PHDI Diupacarai Maca Mana

  • www.nusabali.com-mantan-dharma-upapathi-phdi-diupacarai-maca-mana

AMLAPURA, NusaBali - Layon (jenasah) mantan Dharma Upapathi PHDI Karangasem 2024-2019, Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Dwaja, 86, diupacarai Munggah Maca Mana. Upacara ini untuk para walaka (bukan jenasah sulinggih) bernama munggah tumpang salu. Pelaksanaan upacara Maca Mana dipuput tiga pedanda di Geria Jelantik Dauh Pasar, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Redite Pon Kulantir, Minggu (4/8).

Ketiga Ida Pedanda yang muput upacara Maca Mana, yakni Ida Pedanda Gede Jelantik Adnyana dari Geria Buddha Tegal Celuk, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Ida Pedanda Gede Wayan Demung dari Geria Demung, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem dan Ida Pedanda  Gede Made Jelantik Sidemen dari Geria Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.

Prosesi diawali nunas tirta ening di Pura Sempol, Desa Budakeling selanjutnya prosesi nyiramang layon Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Dwaja, turut mendampingi beberapa Ida Pedanda itu dalam prosesi itu, adalah sang istri almarhum Ida Pedanda Istri Wayan Jelantik Dwaja, usai melakukan prosesi nyiramang layon berlanjut 11 sulinggih yang merupakan putra didharma Ida Pedanda Gede Nyoman Djelantik Dwaja ngaturang pamuspaan satu persatu. 

Ke-11 sulinggih yakni, Ida Pedanda Istri Anom Bawana, Ida Pedanda Gede Made Jelantik Dwija Gotama, Ida Pedanda Gede Kerta Yoga, Ida Pedanda Gede Wana Yoga, Ida Pedanda Gede Mahardika, Ida Rsi Agung Sabha Sangia, Ida Pedanda Gede Ketut Adnyana, Ida Pedanda Gede Swabawa Karang Adnyana, Ida Rsi Gede Bajra Bang Sidemen, Ida Pedanda Gede Jelantik Sogata dan Ida Rsi Dukuh Satya Sogata.

Kemudian, Ida Pedanda silih berganti nibakang tirtha (memercikkan tirtha) di atas layon Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Dwaja. Selanjutnya ngeringkes layon, kemudian diusung ditempatkan di bale dangin, yang merupakan puncak upacara munggah maca mana.

Berlanjut menggelar pamuspaan bersama. Ida Pedanda Gede Swabawa Karang Adnyana dari Geria Karang, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem yang merupakan salah satu putra didharma almarhum, memaparkan, upacara maca mana itu, merupakan tingkatan yang utama untuk Ida Pedanda, sebelum dipalebon. “Maca Mana itu tingkatan utama untuk Ida Pedanda, sebelum dipalebon. Jika walaka namanya, upacara munggah tumpang salu,” jelas Ida Pedanda Gede Swabaya Karang Adnyana.

Nampak puluhan Ida Pedanda Siwa dan Buddha, menyaksikan prosesi upacara maca mana termasuk 11 putra didharma Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Dwaja. Upacara palebon diagendakan pada Anggara Wage Matal, Selasa (3/8), rangkaian palebon melaspas padma, macan putih, wisuda bumi, melaspas bale gumi, narpana, muspa  munggah ring padma, berlanjut ngeseng (membakar) layon. Berlanjut Buda Kliwon Matal, Rabu (4/12), nuduk (mengambil) galih (tulang) ngreka berlanjut ngasti (nganyut).

Ida Pedanda saat walaka bernama Ida Nyoman Djelantik, lebar di RSUD Karangasem, Rabu (10/7). Istri almarhum, Ida Pedanda Istri Wayan Jelantik Dwaja ditemui di Geria Jelantik Dauh Pasar, menuturkan, mulai masuk RSUD Karangasem bertepatan tumpek wayang, Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (22/6), sempat dua hari pulang, kembali masuk rumah sakit.

Almarhum tutup usia, karena menderita penyakit, saraf, jantung, paru, dan dalam. Sekitar Januari 2024, almarhum sempat jalani dua kali operasi, pr0stat, dan ambeien. Belakangan indera pendengarannya terganggu, tidak mampu mengenali setiap orang yang menemuinya dan tidak kuat berjalan. Sehingga sejak tahun 2019, tidak lagi katuran muput upacara. Almarhum semasih walaka dikenal sebagai seniman wayang kulit, topeng, drama, arja, gambuh, masekaa gong dan sebagai sutradara pementasan drama atau arja.

Dilahirkan tahun 1938, jadi sulinggih tahun 1998, di keluarga merupakan putra ketiga dari 8 bersaudara, selama pernikahannya tidak punya keturunan, tetapi punya anak angkat. Sedangkan putra didarma yang telah dia lahirkan,  sebanyak 11 putra didarma, sehingga bergelar nabe.

Semasih aktif sebagai seniman, sempat tiga periode jadi anggota DPRD Karangasem dari Golkar, masa bhakti 1977-1982, 1982-1987 dan 1987-1992. Saat jadi anggota DPRD Karangasem 1977-1982 anggota DPRD sebanyak 29 orang, 1982-1987 sebanyak 32 orang dan 1987-1992 sebanyak 35 orang.

Setelah sulinggih sempat dipercaya sebagai Dharma Upapati PHDI Karangasem 2014-2019, selanjutnya digantikan Ida Pedanda Gede Wayan Buruan dari Geria Buruan, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat.7k16

Komentar