‘Kopi Dangdut’ Galaxy Bigband Tutup UVJF
GIANYAR, NusaBali - Sthala Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2024 telah berakhir dengan meriah pada, Sabtu (3/8) malam. Penampilan Galaxy Bigband, yang didirikan pada 1992 oleh warga Jepang di Jakarta, menjadi penutup gelaran dua hari. Mereka mengajak penonton lokal dan asing menari bersama mengikuti lagu ‘Kopi Dangdut’ yang diaransemen dalam bentuk jazz, menciptakan suasana yang meriah dan penuh kegembiraan.
Festival yang digelar untuk tahun ke-11 berhasil menarik sekitar kurang lebih 3.000 pengunjung, yang menikmati rangkaian penampilan menakjubkan dari sembilan grup musik jazz internasional dan lokal di tiga panggung, Giri, Padi, dan Subak.
Penampilan yang memukau dari Collective Harmony (Indonesia), Fawr (Indonesia), Eric Chong Trio With Sinuksma & Kanhaiya (Hong Kong-Indonesia), Simon Praticco Trio (Italia), Claude Diallo Trio With Indra Gupta & Gustu Brahmanta (Swiss-Indonesia), New Centropezn Quartet (Rusia), Zagorski-Skowronki Project Feat Kajetan Galas (Polandia), Uwe Plath Quartet (Jerman), dan Galaxy Bigband (Indonesia) membuat festival ini begitu istimewa dan penuh warna.
"Ini adalah kesembilan kalinya saya datang ke festival ini, dan saya sungguh-sungguh menikmatinya. Saya akan terus datang setiap tahunnya. Setiap tahunnya festival ini menghadirkan pengalaman yang berbeda," ujar Marjan seorang pengunjung setia asal Belanda.
Jika ditilik, kelahiran musik jazz di bagian selatan Amerika Serikat memiliki kemiripan dengan sejarah keroncong di Indonesia yang lahir dari jeritan hati di bawah kolonialisasi Portugis di Batavia. Musisi jazz memainkan alat musik apa adanya, meski kini jazz justru dianggap musik borjuis dan elit.
Musik jazz, dengan kekayaannya dalam makna dan interpretasi, bergantung pada persepsi, intelegensia, dan pengalaman pendengar. Jazz mampu memperlihatkan kerumitan teknik yang membuatnya terbuka terhadap interpretasi bebas di tengah keteraturannya.
Jazz mencakup berbagai sub-genre seperti swing, bebop, ragtime, smooth jazz, fusion jazz, hingga yang paling kompleks, free jazz atau avant-garde jazz. UVJF memayungi semua jenis tersebut. "Bukan hanya free jazz, tapi just jazz," ujar Co-founder UVJF Yuri Mahatma.
Dengan segala keindahan dan kelenturan, sekaligus kerumitan tekniknya, jazz terus menjadi wadah ekspresi yang tak terbatas. Meskipun telah berakhir UVJF 2024, meninggalkan jejak kenangan manis dan pengalaman berharga yang akan selalu dikenang oleh para penggemarnya.
"Sampai jumpa di Ubud Village Jazz Festival tahun depan," pungkas Yuri Mahatma, menutup malam dengan janji akan pertemuan yang lebih meriah tahun depan. 7 a
Komentar