BPBD Sebut karena Sumber Air Berkurang, 28 Desa Terancam Kekeringan
Puncak musim kemarau terjadi dari bulan Juli hingga Agustus 2024. Meski demikian, dari 28 desa yang terancam kekeringan itu hingga kini belum ada yang meminta suplai air bersih ke BPBD Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 28 desa di Kabupaten Buleleng, rawan mengalami kekeringan pada musim kemarau 2024. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng menyebut sumber air yang semakin berkurang hingga alih fungsi lahan menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, bedasarkan kajian risiko bencana kekeringan di Buleleng, ada sebanyak 28 desa yang terancam mengalami kekeringan. Dari puluhan desa itu, sebanyak empat desa ada di Kecamatan Banjar dan dua desa di Kecamatan Busungbiu.
Kemudian yang terbanyak ada di Kecamatan Gerokgak dengan sebelas desa, Kecamatan Kubutambahan lima desa. Lalu masing-masing masing-masing di Kecamatan Sawan, Kecamatan Seririt, dan Kecamatan Sukasada satu desa. Terakhir di Kecamatan Tejakula dua desa.
“Beberapa desa tersebut dominan berpotensi terjadi kekeringan. Walaupun potensi ancaman kekeringan ini terjadi pada beberapa titik di setiap desa, yang umumnya daerah yang jarang dilalui sumber air dan biasanya pada musim kemarau aliran air menjadi berkurang,” jelasnya, dikonfirmasi Senin (6/8) siang.
Ariadi menyebut, puncak musim kemarau di Buleleng terjadi dari bulan Juli hingga Agustus 2024. Meski demikian, dari 28 desa yang terancam kekeringan itu hingga kini belum ada yang meminta suplai air bersih ke BPBD Buleleng. Mengingat beberapa hari sebelumnya, sejumlah wilayah di Buleleng sempat diguyur hujan.
Ariadi pun menyebut kemarau pada tahun ini masih aman. Hal itu dilihat dari belum ada desa yang meminta bantuan suplai air bersih ke BPBD. “Karena sempat hujan sejak tanggal 30 Juli 2024, untuk suplai air bersih belum ada permohonan dari desa,” imbuh Ariadi.
Ariadi menambahkan, meski hingga saat ini belum ada permintaan air bersih akibat kekeringan. Pihaknya mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap bencana musim kemarau, seperti kekurangan air bersih dan kebakaran hutan. Pihaknya pun telah berkoordinasi dengan petugas Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
“Secara umum, semua wilayah di Kabupaten Buleleng berpotensi mengalami kekeringan yang diakibatkan semakin berkurangnya sumber air karena anomali perubahan cuaca. Selain itu, disebabkan adanya perubahan alih fungsi lahan yang dilakukan sehingga siklus hidrologi tidak berjalan dengan baik dan menyebabkan berkurangnya sumber air,” beber dia.
BPBD pun mengimbau pada musim kemarau ini agar masyarakat lebih bijak dalam penggunaan air. Masyarakat juga diminta tidak membuang putung rokok sembarangan terutama pada lahan kosong yang kering, agar tidak terjadi kebakaran lahan maupun hutan.7 mzk
1
Komentar