Langkah Desak Rita, Atlet Panjat Tebing asal Bali Terhenti di Perempat Final Olimpiade Paris
Gagal Melaju ke Semi Final, Akui Lawan Lebih Cepat
Hasil ini memperkecil peluang Indonesia meraih medali karena tinggal menyisakan Veddriq Leonardo di nomor speed kategori putra dalam babak perempat final hari ini
PARIS, NusaBali - Langkah atlet panjat tebing di nomor speed putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi terhenti di babak perempat final Olimpiade 2024 yang berlangsung di Le Bourget Sport Climbing Venue, Paris, Prancis, Rabu (7/8). Di babak tersebut, Desak Rita kalah dari atlet China, Deng Lijuan. Deng mencatatkan waktu 6,363 detik. Sementara catatan waktu Desak Made Rita 6,369 detik. Hasil tersebut, membuat Desak Rita gagal melaju ke babak semifinal.
"Saya enggak tahu mau ngomong apa lagi. Saya tadi sudah cepat, tapi lawan saya akui lebih cepat. Saya akan berjuang lagi di Los Angeles 2028," ujar Desak Rita.
Desak Rita mengucapkan terima kasih atas dukungan seluruh masyarakat Indonesia. "Terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia, terima kasih atas dukungan dan doanya untuk tim panjat tebing Indonesia. Terus dukung kami, besok masih ada Bang Veddriq, semoga bisa naik podium tertinggi di Olimpiade," kata atlet asal Banjar Dinas Banjar Anyar, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini.
Sementara, atlet Indonesia lainnya, Rajiah Sallsabillah, sempat menjaga asa Indonesia untuk bisa meraih medali dalam cabang olahraga itu. Sebab di perempat final, perempuan berumur 25 tahun itu menang menghadapi wakil dari Amerika Serikat (AS) Emma Hunt sehingga lolos ke babak semifinal. Pada babak itu, Rajiah melawan Deng Lijuan yang merupakan lawan Desak Made saat babak perempat final. Duel keduanya berlangsung sengit karena kecepatan mereka berimbang.
Atlet panjat tebing putri Indonesia Made Rita Kusuma Dewi (kiri) beradu cepat dengan atlet China Lijuang Deng. –ANTARA
Namun, saat hampir berakhir Deng Lijuan mampu mengungguli Rajiah. Hasilnya atlet China itu masuk ke final dengan catatan waktu 6,38 detik, sementara Rajiah membukukan waktu 6,41 detik. Meski kalah, perempuan kelahiran Banten itu tetap memiliki kesempatan untuk meraih medali karena bertanding dalam small final atau memperebutkan perunggu melawan wakil Polandia Aleksandra Kalucka. Rajiah tampil di jalur B dan mengawali aksinya dengan tidak mulus. Dia bahkan sempat terpeleset sebelum menyerah dan mengakui keunggulan lawan. Rajian mengakhiri aksinya di small final dengan catatan waktu 8,24 detik. Sedangkan Kalucka melaju mulus untuk mencatatkan waktu 6,53 detik. Kalucka keluar sebagai peraih medali perunggu, sedangkan hasil itu menutup peluang Indonesia menambah perolehan medali dari nomor speed kategori putri. Final cabang olahraga itu mempertemukan Aleksandra Miroslaw asal Polandia menghadapi Deng Lijuan dari Cina.
Miroslaw sebagai pemegang rekor dunia dan rekor Olimpiade itu membuktikan kapasitasnya dengan mengalahkan Deng Lijuan. Ia memastikan raihan medali emas dengan catatan waktu 6,10 detik atau unggul 0,08 detik dari lawannya, sekaligus memecahkan rekor dunia yang diraihnya sendiri sebelumnya, yakni 6,24 detik.
Kedua hasil itu memperkecil peluang Indonesia meraih medali karena tinggal menyisakan Veddriq Leonardo di nomor speed kategori putra dalam babak perempat final yang digelar pada Kamis (8/8). Sementara langkah satu atlet putra lainnya, Rahmad Adi Mulyono, telah terhenti lebih cepat sebab kalah dalam kualifikasi babak penyisihan eliminasi.
"Sedih sebenarnya, tapi karena saya sendiri masih ada babak selanjutnya jadi nahan untuk tetap fokus. Tapi saya berterima kasih sama diri sendiri sudah bisa ada di titik ini. Kalau kecewa ya kecewa, karena tadi ada kesempatan, tapi Allah belum kasih. Kalau ada kesempatan masih mau berjuang lagi di LA 28," kata Sallsabillah.
Chef de Mission (CdM) Anindya Bakrie menyebut masih ada peluang untuk meraih medali di Olimpiade Paris 2024.
"Tadi kita lihat perjuangan Desak Made dan Sallsabillah, tapi memang belum membuahkan hasil dari doa kita. Kita harus memberikan dukungan moril dengan lebih menyemangati atlet-atlet kita selanjutnya. Ada Eko Yuli, Veddriq, Rizki Juniansyah dan Bernard van Aert. Jadi kita harus tetap tegar menghadapi semua ini, bagaimana caranya supaya pada akhirnya berujung baik," ungkap Anin. Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari atau biasa disapa Okto menambahkan, bahwa olahraga adalah proses yang berbuah hasil.
"Ini adalah Olimpiade, paripurnanya prestasi olahraga. Kita mengapresiasi dan menghargai semua proses yang telah dilewati atlet kita. Kalau hasilnya berbeda, ini bukan akhir segala-galanya," jelas Okto. Bagi Okto, walau belum mendapat medali di panjat tebing di bagian speed putri, tapi atlet Indonesia tetap masih diperhitungkan. "Tadi saya ngobrol langsung sama Presiden International Sport Climbing, Marco Scolaris. Katanya, Indonesia itu selalu menjadi negara yang selalu diperhitungkan di panjat tebing, khususnya speed climbing," ucapnya. Babak final sendiri mempertemukan atlet Polandia Aleksandra Miroslaw dan atlet Cina, Deng Lijuan. Hasilnya, Miroslaw berhasil meraih medali emas dengan waktu 6,10 detik dan Deng Lijuan 6,18 detik. 7 k22
1
Komentar