SDN 1 Sukawati Olah Eco Enzim Jadi Sabun Cair
Sampah organik dari lingkungan sekolah seluruhnya masuk ke dalam teba modern dan lubang biopori.
GIANYAR, NusaBali
Sekolah Dasar Negeri 1 Sukawati, Gianyar komitmen melakukan pengelolaan sampah dari sumber. Selain memiliki 15 lubang biopori dan 1 teba modern, sekolah di Banjar Gelulung utara Pasar Seni Pagi Sukawati ini aktif memilah sampah. Sejak setahun terakhir, SDN 1 Sukawati berhenti langganan truk sampah desa karena masalah sampah mereka selesai di sekolah. Bahkan menghasilkan cuan untuk sampah kertas dan sampah plastik. Setiap satu bulan sekali, siswa membuat eco enzim. Cairan eco enzim diolah menjadi sabun cair yang kaya manfaat.
Kasek SDN 1 Sukawati Putu Edi Sumertayasa SPd menjelaskan pengelolaan sampah gencar dilakukan sejak setahun terakhir. “Sejak kami mengenal Pakyan Gabler dari Yayasan Kedas Pertiwi Resik yang juga Ketua Komunitas Toltol,” ungkap Putu Edi di sela praktik pembuatan sabun eco enzim, Jumat (9/8). Edukasi pemilahan sampah rutin digaungkan setiap saat. Secara khusus dibentuk kader UKS yang perannya mirip dengan OSIS. “Kader UKS sebagai contoh agar anak-anak yang lain ikut menjaga lingkungan. Kader UKS juga kami tugaskan melakukan sidak kebersihan di kelas,” jelasnya.
Sampah organik dari lingkungan sekolah seluruhnya masuk ke dalam teba modern dan lubang biopori. Untuk menampung sampah plastik, sekolah menyiapkan beberapa tempat sampah khusus. Sampah residu berupa tisu dan kertas minyak juga disiapkan satu tempat sampah. Mendukung sekolah bersih dan sehat, Putu Edi mewajibkan kantin sekolah menjual makanan minuman sehat, minim sampah plastik. “Kantin tidak menjual snack yang digantung. Hanya makanan fresh seperti nasi jinggo, rujak buah, jeli, dan sebagainya. Es teh tidak dibungkus, kantin menyiapkan gelas. Habis jajan, anak-anak dibiasakan mencuci langsung gelas tersebut baru dikembalikan ke ibu kantin,” terangnya. Kasek asal Kintamani ini berharap siswa terbiasa bertanggungjawab atas sampah yang dihasilkan sendiri. Tidak saja di sekolah, namun bisa diterapkan di rumah maupun lingkungan masyarakat.
Ketua Komunitas Toltol I Wayan Suastika yang akrab disapa Yan Gabler mengatakan ada 3 sekolah binaannya yang Melakukan pengelolaan sampah mandiri. Selain SDN 1 Sukawati, ada SDN Hindu 4 Batuan dan SDN 6 Mas Kecamatan Ubud. Di awal, pihaknya memberikan edukasi terkait manfaat pemilahan sampah. Kemudian siswa diajari membuat eco enzim dan cara membuat sabun eco enzim. Pembuatan sabun eco enzim cukup mudah. Terdiri dari campuran bahan mes (Methyl Ester Sulponate) atau ekstrak minyak kelapa sawit, garam, air, dan cairan eco enzim. Sabun cair ini memiliki banyak manfaat. Dipakai keramas untuk menghilangkan ketombe, sabun mandi, mencuci kendaraan, dan mencuci perabotan dapur. “Saya setiap hari pakai sabun eco enzim,” ujar Yan Gabler.
Praktisi lingkungan ini berkeinginan setiap sekolah di Gianyar menerapkan hal yang sama. Dengan adanya pengelolaan sampah sendiri, Yan Gabler yakin volume sampah yang biasanya berakhir di TPA Temesi menjadi berkurang. Apalagi setiap rumah maupun akomodasi wisata punya pemikiran yang sama. “Seharusnya pemerintah menganggarkan pembuatan teba modern. Minimal di sekolah-sekolah. Ini terbukti membantu kok,” ujar Yan Gabler. 7 nvi
1
Komentar