Bank Mandiri Sasar Kredit Sektor Pertanian di Bali
Portofolio kredit mikro di Bali hingga Juli 2024 mencapai Rp 2,5 triliun. Sebanyak 20 persen di antaranya diserap sektor pertanian atau sekitar Rp 500 miliar.
TABANAN, NusaBali
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Bank Mandiri menyasar penyaluran kredit sektor pertanian di Provinsi Bali. Hal ini sebagai bentuk diversifikasi pasar pembiayaan selain sektor pariwisata.
“Kami targetkan realisasi kredit pertanian naik menjadi sekitar 30 persen,” kata Assistant Vice President Bank Mandiri Bali dan Nusa Tenggara Sony Ardo di Desa Gadungan, Kecamatan Slemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Jumat (9/8) seperti dilansir Antara.
Sony Ardo mengungkapkan portofolio kredit mikro di Bali hingga Juli 2024 mencapai Rp 2,5 triliun. Sebanyak 20 persen di antaranya diserap sektor pertanian atau sekitar Rp 500 miliar.
Ada pun skema pembiayaannya, lanjut dia, yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga enam persen per tahun. “Jadi kami arahkan ke kredit produktif, bisa ke industri, perdagangan dan pertanian,” imbuhnya.
Kredit ke sektor pertanian, kata dia, diharapkan dapat menopang komposisi kredit di Bali, sehingga penyaluran menjadi lebih merata.
Perbankan saat ini banyak belajar setelah pandemi Covid-19 melanda Bali dan mengakibatkan hampir seluruh sektor ekonominya mati suri karena bertumpu lebih besar ke sektor akomodasi, makan dan minum atau pariwisata.
Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali untuk realisasi kredit termasuk dari BPR di Bali dan Nusa Tenggara selama periode Januari-Mei 2024 mencapai Rp 219,54 triliun atau tumbuh 10,69 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2023 mencapai Rp 198 triliun. Dari sisi penggunaannya, sebesar 57,90 persen kredit di Bali dan Nusa Tenggara disalurkan kredit produktif yakni sebesar 37 persen berupa kredit modal kerja dan 20,2 persen lainnya kredit investasi.
Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) atau dana nasabah yang dikumpulkan pada periode itu mencapai Rp 263,38 triliun atau naik 16,29 persen dibandingkan periode sama 2023 mencapai Rp 226 triliun.
Untuk kredit bermasalah di Bali dan Nusa Tenggara tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 2,83 persen. 7 ant
Komentar