MUTIARA WEDA: Ilusi Pemimpin Ideal
Yathā prajāḥ svabhāvaṁ ca prajānām adhikāriṇām, tathaiva sūryaḥ svabhāvaṁ ca rājānām adhikāriṇām. (Manusmṛti, 7.17)
Sebagaimana matahari memberikan cahaya kepada semua makhluk tanpa membedakan, demikian pula raja seharusnya memberikan perlindungan dan keadilan kepada semua rakyatnya tanpa membedakan.
BAGAIMANA pemimpin ideal diwujudkan? Tidak gampang. Seperti apa pemimpin ideal dideskripsikan? Laksana air bah volumenya. Teks-teks kuno menggambarkannya, para filsuf memberikan dalilnya, para penulis memformulasikannya, para guru mengajarkannya, dan masyarakat memperbincangkannya. Narasinya banyak, tapi praktiknya sedikit. Apakah para pemimpin tidak tahu ada narasi itu? Kita rasa mereka semua tahu, hanya saja hasilnya tidak seperti itu. Mungkin juga mereka sangat tahu ada narasi tentang pemimpin ideal dan mereka merasa sudah seperti itu. Seperti misalnya saat pemimpin membaca teks di atas, segera dirinya merasa telah menjadi seperti matahari, merasa bahwa teks itu mendukung dirinya.
Persoalannya, sekadar merasa seperti matahari dibandingkan memiliki kapasitas seperti matahari jauh beda. Yang kita harapkan adalah pemimpin yang memiliki kapasitas, bukan yang merasa seperti itu. Mengapa banyak orang merasa dirinya telah merasa memiliki kapasitas seperti matahari? Ini terjadi karena beberapa faktor psikologis, sosial, dan struktural. Efek Dunning-Kruger misalnya, adalah alasan yang sering terjadi. Ini adalah bias kognitif di mana individu dengan keterampilan rendah dalam suatu bidang sering kali cenderung melebih-lebihkan kemampuannya. Mereka mungkin tidak memiliki cukup pengetahuan untuk menyadari keterbatasan mereka, sehingga mereka merasa lebih kompeten daripada yang sebenarnya. Seorang pemimpin yang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan dan kompleksitas yang mereka hadapi mungkin merasa bahwa mereka memiliki kapasitas ideal, meskipun kenyataannya tidak demikian.
Selain itu ada juga karena alasan efek halo, yakni fenomena di mana penilaian positif atau negatif tentang satu kualitas seseorang mempengaruhi penilaian terhadap kualitas lain. Jika seorang pemimpin telah menunjukkan kualitas positif dalam beberapa area, mereka mungkin dianggap kompeten di area lain, meskipun tidak benar-benar memiliki kapasitas tersebut. Pemimpin sering kali dinilai secara keseluruhan berdasarkan keberhasilan atau sifat-sifat mereka yang terlihat jelas, sehingga mereka mungkin merasa memiliki kapasitas ideal di luar kompetensi mereka yang sebenarnya.
Di lapangan sering kita menyaksikan bahwa pemimpin sering mendapatkan validasi dan pengakuan dari pengikut, rekan kerja, dan media. Dukungan yang konstan dan pujian dapat memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka memiliki kapasitas ideal, bahkan jika ada kekurangan yang signifikan. Lingkungan yang penuh dengan pujian dan dukungan dapat menciptakan ‘bubble’ di mana pemimpin merasa bahwa mereka ideal tanpa menerima umpan balik yang jujur atau kritis. Selain itu, pemimpin mungkin memiliki motivasi untuk melihat diri mereka sendiri sebagai ideal karena ini mendukung kepercayaan diri dan legitimasinya. Melihat diri sendiri sebagai pemimpin yang ideal dapat meningkatkan motivasi dan membantu mengatasi tantangan. Kebutuhan untuk merasa efektif dan kompeten dapat mendorong pemimpin untuk meyakinkan diri mereka dan orang lain bahwa mereka memiliki kapasitas ideal, meskipun ini tidak selalu mencerminkan kenyataan.
Dalam banyak kasus, pemimpin tidak mendapatkan umpan balik yang jujur dan konstruktif dari bawahannya. Tanpa umpan balik yang konstruktif, mereka tidak akan menyadari kekurangan atau area di mana mereka perlu berkembang. Kekuasaan dapat memengaruhi persepsi seseorang tentang kapasitas mereka. Semakin tinggi posisi seseorang dalam hierarki, semakin besar kemungkinan mereka merasa bahwa mereka memiliki kapasitas ideal karena mereka memiliki otoritas dan kontrol yang lebih besar. Rasa kontrol dan otoritas yang datang dengan posisi kepemimpinan dapat memperkuat perasaan bahwa mereka memiliki kapasitas ideal, terlepas dari seberapa efektif mereka sebenarnya.
Pemimpin mungkin memiliki citra diri yang ideal atau memiliki keyakinan yang kuat tentang kemampuan mereka, yang dapat memengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dan bagaimana mereka bertindak. Citra diri yang kuat dapat menyebabkan pemimpin merasa bahwa mereka adalah pemimpin ideal, bahkan jika ada perbedaan antara persepsi mereka dan kenyataan objektif. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu pemimpin dalam pengembangan diri yang lebih realistis dan konstruktif agar benar-benar memiliki kapasitas seperti matahari. 7
I Gede Suwantana
Direktur Bali Vedanta Institute
1
Komentar