nusabali

Mengenal Katjong Seleman, Tokoh Heroik asal Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Badung

Sosok 'Nakal' yang Dikenang Warga Sebagai Pahlawan Kemerdekaan

  • www.nusabali.com-mengenal-katjong-seleman-tokoh-heroik-asal-desa-darmasaba-kecamatan-abiansemal-badung

Secara kemiliteran Katjong Seleman adalah bagian dari Pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai yang berpangkat militer Kopral Satu (Koptu)

MANGUPURA, NusaBali
I Katjong Seleman adalah tokoh heroik yang dikenang warga Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Badung khususnya di Banjar Bersih, Desa Adat Tegal yang merupakan kampung halamannya. Sosoknya diabadikan dalam bentuk patung monumen di areal Balai Banjar Bersih.

Seleman terlibat pergerakan pada era perang Kemerdekaan RI (1945-1949). Kala itu, ia dikenal sebagai pejuang 'penyingkiran' atau gerilyawan yang memerangi tentara Pemerintahan Sipil Hindia Belanda (NICA) yang ingin menancapkan kembali cakar kolonialnya usai kekalahan Jepang di Perang Dunia II. 

Made Taram,55, tokoh masyarakat Banjar Bersih, Desa Adat Tegal, Darmasaba menuturkan masyarakat mengenang Seleman sebagai tokoh heroik yang gugur karena menolak menyerah di tangan musuh. Sampai akhirnya, kegigihannya itu diredam peluru panas dari senapan musuh yang menembus raganya. 

"Beliau dulu akrab dipanggil Tjong Selem (anak muda, hitam kulitnya). Beliau sudah terpojok saat persembunyiannya terbongkar di sawah Pasanggrahan (SDN 5 Darmasaba) tapi menolak menyerah, tetap mengacungkan senjata dan akhirnya ditembak musuh," ujar Taram ketika ditemui di kediamannya, Jalan Katjong IV, Banjar Bersih, Darmasaba, Senin (12/8/2024). 

Kata Taram yang juga mantan Kelian Dinas Banjar Bersih (2003-2013) dan Perbekel Darmasaba (2013-2019) ini, sepenggal kisah tentang Seleman yang tetap gigih meskipun hidupnya dihadapkan pada moncong senapan musuh inilah yang secara umum dikenang warga. 

Di samping itu, secara kemiliteran Seleman adalah bagian dari Pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai. Ia berpangkat militer Kopral Satu (Koptu) yang tercatat wafat 2 Desember 1947 sesuai catatan tugu nomor 929 di Taman Pujaan Bangsa Margarana. 

Sementara itu, menurut generasi ketiga (cucu) Seleman, ia adalah sosok kakek yang 'nakal' dan jarang di rumah karena situasi perang dan perjuangan kala itu. Kata I Wayan Ariawan,39, cucu tertuanya, sang kakek digambarkan sebagai pria jangkung setinggi 180-an centimeter, berkumis jempe (tebal), berbadan kekar dan hitam. Ariawan menuturkan, ayahnya I Nyoman Katon (alm) tidak mengingat wajah Seleman karena sudah ditinggal sang kakek ketika masih merah (bayi). Sampai saat ini, keluarga juga tidak mewarisi peninggalan apa pun dari Seleman, khususnya bukti dokumentasi yang dapat menjadi pintu masuk menelusuri kisahnya. 

I Wayan Ariawan, Cucu dari Katjong Seleman. –NGURAH RATNADI 

Akan tetapi, menurut cerita generasi lampau yang diceritakan kembali ke Ariawan oleh orangtuanya, sang kakek memanglah sosok nakal yang kadang menipu dan bahkan mencuri. Semua itu dilakukan untuk bertahan hidup di zaman yang apa pun serba susah dan langka apalagi bagi seorang pejuang yang selalu dikejar moncong senapan musuh. "Jadi, tidak kisah baiknya saja, jeleknya juga ada. Tapi, kita paham bahwa dalam kondisi genting seperti itu, pejuang itu juga butuh makan," beber Ariawan ketika ditemui di kediamannya, Jalan Katjony Seleman I, Banjar Bersih, Darmasaba, Senin siang. 

Seleman disebut pernah membarter barang dengan 'babi dalam karung,' yang mana karung itu terlihat bergerak dan berbunyi seperti babi. Namun, setelah dibuka, ternyata yang dijadikan barter bukanlah babi, melainkan buah kelapa. Warga pun disebut banyak yang terjebak kenakalan Seleman ini. "Kakek saya bukanlah sosok yang sempurna, yang 100 persen baik polos. Tapi, di luar itu, ia adalah tokoh yang memilih memerangi penjajah untuk keselamatan lingkungannya juga. Saat itu pilihannya cuma berjuang atau hidup tanpa harga diri diinjak-injak musuh," tegas Ariawan yang juga pemilik usaha suplier daging lokal dan impor Baruna Vasutama ini. 

Selain itu, kematian Seleman menurut Ariawan tidak sesederhana ditembak musuh, kisahnya disebut tragis karena pengkhianatan. Sang kakek yang meski nakal tapi tetap setia sebagai gerilyawan Ciung Wanara, dicurangi oleh rekan sebangsanya. Yang pada akhirnya membuat persembunyian Seleman bocor. Kemudian, Taram menambahkan, meski Seleman telah tertembak di sawah Pasanggrahan yang kini telah menjadi SDN 5 Darmasaba, sosok heroik itu masih bertahan dan sempat berjalan menuju rumahnya. Sayangnya, setelah tertatih-tatih, Seleman sudah tidak kuat lagi, terjatuh, dan menghembuskan napas terakhir di depan Balai Banjar Bersih. 

"Di Balai Banjar Bersih lama, sebelum selesai dipugar 2019 lalu, monumen Katjong Seleman sudah ada di depan balai banjar. Kemudian, dibuat yang baru dan dipindahkan ke selatan, terpisah dari bangunan balai banjar," ungkap Taram.  Kisah Katjong Seleman dijadikan pelajaran oleh keturunannya, terutama Ariawan. Sosok heroiknya dijadikan tauladan dan kebanggaan. Sedangkan, sisi gelapnya seperti sosok nakal dan terkesan menelantarkan keluarga karena keadaan kala itu dijadikan pembelajaran untuk lebih memerhatikan anak dan cucu di masa kini. 7 ol1

Komentar