Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita Jadi Prioritas Perhatian Dinkes
SINGARAJA, NusaBali - Kasus kematian ibu, bayi, dan balita yang menjadi persoalan nasional, mendapat prioritas perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng.
Meski secara rasio tidak terlalu tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia, namun kasusnya tetap ada setiap tahun. Dinas Kesehatan bersama rumah sakit daerah, rumah sakit swasta bersinergi untuk dapat menekan angka kematian pada ibu, bayi, dan balita.
Menurut Satu Data Buleleng, angka kematian ibu yang tercatat pada tahun 2023 lalu berjumlah 7 kasus. Tiga orang ibu meninggal saat kondisi hamil, 1 orang saat bersalin dan 3 orang saat fase nifas. Namun angka kematian lebih tinggi pada bayi dan balita. Dari total bayi lahir di tahun 2023 tercatat di semua faskes 9 kecamatan dan rumah sakit sebanyak 9.711 orang, 67 bayi diantaranya meninggal saat dilahirkan.
Jumlah itu belum termasuk kematian neonatal (usia bayi 0-28 hari) sebanyak 112 kasus, kematian bayi 146 kasus dan kematian balita 155 kasus. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr Putu Arya Nugraha mengatakan, kasus angka kematian ibu, bayi, dan balita masih menjadi perhatian khusus secara nasional. Angka kematian ibu, bayi, dan balita di Indonesia masih menduduki angka tinggi, selain kasus stunting dan Tuberkulosis (TBC).
Menurut dr Arya, Pemerintah Buleleng sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kematian pada ibu, bayi, dan balita. Seperti penyiapan program peningkatan kesehatan ibu dan anak lewat Posyandu di desa dan kelurahan. Selain juga menyiapkan pelayanan terpadu ibu dan bayi baru lahir melalui Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) RSUD Buleleng.
Seluruh fasilitas kesehatan (faskes) Puskesmas di sembilan kecamatan juga disebutnya sudah memiliki tenaga kesehatan yang memadai. Termasuk dua rumah sakit daerah tipe D milik Pemkab Buleleng. Meskipun belum semuanya memiliki dokter spesialis kandungan.
“Sarana dan prasarana dan tenaga ahli yang diperlukan sudah memadai dan tersedia. Tetapi kami masih terus mendorong rumah sakit C dan D memperkuat penanganan kasus kehamilan, geografis Buleleng yang luas dan nyegara gunung, agar tidak ada kasus fatal karena keterlambatan penanganan,” terang Arya Nugraha yang juga Dirut RSUD Buleleng ini.
Namun yang lebih penting, menurutnya, kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan, persalinan dan masa pertumbuhan anak, juga perlu ditingkatkan. Menurutnya, dari kasus-kasus yang terjadi, memang masih didominasi faktor ekonomi. Ibu hamil karena tidak punya biaya, tidak bisa memeriksakan diri dan bayinya. Di sisi lain, juga ada beberapa kasus, pasangan mengabaikan pemeriksaan dan cek kehamilan karena tidak mengalami keluhan yang berarti.
“Tentu persoalan ini bukan hanya tugas pemerintah. Kami yakin, dengan kerjasama yang baik, kita dapat mencapai target-target kesehatan ibu dan anak yang lebih baik di masa depan,” imbuh Arya Nugraha.7 k23
Komentar