SLF II Angkat Tema Energi Ibu Bumi, Hidupkan Intelektualitas Gedong Kirtya
Made Adnyana Ole
Direktur SLF
Kadek Sonia Piscayanti
Singaraja Literary Festival (SLF) II
Museum Lontar Gedong Kirtya
SINGARAJA, NusaBali - Singaraja Literary Festival (SLF) II kembali akan hadir kali kedua pada 23-25 Agustus mendatang. Kegiatan yang didedikasikan untuk literasi dan sastra di Buleleng ini mengambil tema Dharma Pamaculan atau Energi Ibu Bumi. Intelektualitas, masyarakat Bali di masa lampau akan dibahas lewat pusat pengarsipan tertua di Nusa Tenggara yakni Museum Lontar Gedong Kirtya.
Direktur SLF Kadek Sonia Piscayanti Minggu (18/8) kemarin mengatakan, tema Energi Ibu Bumi dipilih berdasarkan judul dari sebuah lontar terkait peradaban pertanian Bali yang direstorasi di Gedong Kirtya. Namun tema ini dipastikannya tidak terbatas hanya dengan isu pertanian, namun juga perluasannya pada isu ekologi secara umum.
“SLF tahun ini akan menghadirkan 50-an pembicara yang akan terlibat di 20-an panel diskusi, 9 workshop, 13 pertunjukan seni. Mulai dari seni tari, teater, musik, 4 kolaborasi nasional dan internasional, serta ratusan seniman dan budayawan nasional dan internasional. Seperti Dee Lestari, Henry Manampiring, Sugi Lanus, Aan Mansyur, Willy Fahmi, Oka Rusmini, Pranita Dewi, Sally Breen, Sudeep Sen, Mags Webster, Phillip Cornwell Smith, Nerisa del Carmen Guevara, dan banyak lainnya,” ucap Sonia.
Sejumah pementasan sastra yang sudah dirancang, seluruhnya akan mengacu pada penerjemahan lontar Dharma Pamaculan. Sonia menambahkan SLF dalam transformasinya, dapat dilihat sebagai proses pembentukan pengetahuan secara kolektif yang juga partisipatif. Festival juga melaksanakan lomba pembacaan puisi yang akan melibatkan seluruh siswa dan mahasiswa se-Provinsi. Puluhan agenda festival akan dilaksanakan di Museum Buleleng, Sasana Budaya, Gedong Kirtya, dan Puri Kanginan.
Dosen Undiksha Singaraja ini menyebut festival tahun kedua ini juga menjadi salah satu yang spesial, dengan kolaborasi bersama Asia Pacific Writers and Translators melalui workshop penulisan kreatif. Selain juga ada kerjasama penulisan akademik dengan Jurnal Kajian Bali yang produknya adalah artikel terindeks Scopus.
Sementara itu pendiri SLF Made Adnyana Ole menjelaskan, tema besar yang bersumber dari lontar, sebuah upaya pendekatan kekinian dalam mempelajari ilmu pengetahuan dari lontar. Lontar yang selama ini dianggap sakral, magis dan tidak bisa disentuh sembarang orang, tetap bisa dipelajari. Caranya dengan pengalihwahanaan pengetahuan dalam lontar melalui film, seni pertunjukkan atau bentuk lainnya.7 k23
1
Komentar