Untuk Hidup, Wayan Karma Sempat Jadi Buruh Bangunan
Masih Banyak Mantan Pembela RI Belum Terima SK
BANGLI, NusaBali
Para pembela RI belum sepenuhnya menerima haknya, dan di Kabupaten Bangli ada sepuluh orang yang masih menunggu SK penetapan sebagai veteran. Salah seorang di antaranya adalah I Wayan Karma, 75, asal Banjar/Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli. Pihaknya sudah mengurus administrasi serta pengajuan sejak dua tahun lalu.
Kepala Seksi Veteran Kantor Administrasi Veteran dan Cadangan (Kanminvetcad) IX/26 Bangli I Ketut Mandi mengungkapkan ada veteran pembela, pejuang kemerdekaan (PKRI). I Wayan Karma masuk golongan pembela, karena mereka menjadi sukarelawan setelah kemerdekaan. “Untuk I Wayan Sukarma sudah masuk dalam daftar nominatif calon vetaran pembela RI. Mudah- mudahan akhir tahun ini prosenya sudah beres,” kata Ketut Mandi, Selasa (15/8).
Dijelaskannya, untuk regulasi pengurusan melalui proses penjenjangan yakni dari usulan Kaminvetcad langsung dikirim ke Babin Minvet dan selanjutnya diproses di Kementerian Pertahanan. “Kami sifatnya hanya mengusulkan,” imbuhnya. Kemudian untuk pembela Dwikora sebanyak tujuh orang yang sudah masuk data nominatif calon veteran pembela RI, satu orang pembela perdamaian, satu orang pembela Timtim (Timor Timur) dan satu orang pembela Trikora.
Ditemui di rumahnya, Wayan Karma menuturkan, dirinya ikut sebagai pembela karena panggilan hati untuk berjuang demi bangsa. Ketika itu ikut berjuang menjadi sukarelawan semasa operasi Ganyang Malaysia di tahun 1963 dan usianya saat itu sekitar 17 tahun.
“Saat itu dicari sukarelawan sebanyak-banyaknya, info pun disebar melalui kodim. Akhirnya saya ikut dan mengikuti beberapa tes,” ujarnya.
Sempat mengikuti latihan militer di Cijantung, sebelum akhirnya ditugaskan ke Pulau Bangka. Selama di Pulau Bangka, Karma mendapat tugas untuk berjaga di kodim. Seiring pergantian kepeminpinan dan terjadinya perdamian antardua negara akhirnya dia bersama teman-temannya kembali pulang. “Saat itu tidak sampai terjadi perang, setelah situasi dirasa aman, saya dan beberapa teman dari Bangli kembali pulang,” kenang ayah tiga anak ini.
Diakui keikutsertaan sebagai relawan membuat orangtuanya khawatir. Namun ia membuktikan dirinya pulang dalam keadaan selamat. Setelah itu, untuk melanjutkan kehidupan Karma bekerja sebagai buruh bangunan, bahkan dia juga bekerja sebagai penebang kayu.
Pada saat menebang kayu, Karma mengalami kecelakaan, jatuh dari pohon kelapa hingga mengalami patah tulang. Kini di usia senja, Karma menderita diabetes. “Saya tidak bisa bekerja sekarang, jadi kerja hanya di rumah saja,” ujarnya.
Saat disinggung terkait perhatian pemerintah, Karma mengaku hingga kini belum pernah mendaptkan semacam pensiunan. Padahal teman-teman satu angkatannya sudah menerima pensiun. “Belum pernah saya terima, padahal sudah lama saya ajukan,” imbuhnya. *e
Kepala Seksi Veteran Kantor Administrasi Veteran dan Cadangan (Kanminvetcad) IX/26 Bangli I Ketut Mandi mengungkapkan ada veteran pembela, pejuang kemerdekaan (PKRI). I Wayan Karma masuk golongan pembela, karena mereka menjadi sukarelawan setelah kemerdekaan. “Untuk I Wayan Sukarma sudah masuk dalam daftar nominatif calon vetaran pembela RI. Mudah- mudahan akhir tahun ini prosenya sudah beres,” kata Ketut Mandi, Selasa (15/8).
Dijelaskannya, untuk regulasi pengurusan melalui proses penjenjangan yakni dari usulan Kaminvetcad langsung dikirim ke Babin Minvet dan selanjutnya diproses di Kementerian Pertahanan. “Kami sifatnya hanya mengusulkan,” imbuhnya. Kemudian untuk pembela Dwikora sebanyak tujuh orang yang sudah masuk data nominatif calon veteran pembela RI, satu orang pembela perdamaian, satu orang pembela Timtim (Timor Timur) dan satu orang pembela Trikora.
Ditemui di rumahnya, Wayan Karma menuturkan, dirinya ikut sebagai pembela karena panggilan hati untuk berjuang demi bangsa. Ketika itu ikut berjuang menjadi sukarelawan semasa operasi Ganyang Malaysia di tahun 1963 dan usianya saat itu sekitar 17 tahun.
“Saat itu dicari sukarelawan sebanyak-banyaknya, info pun disebar melalui kodim. Akhirnya saya ikut dan mengikuti beberapa tes,” ujarnya.
Sempat mengikuti latihan militer di Cijantung, sebelum akhirnya ditugaskan ke Pulau Bangka. Selama di Pulau Bangka, Karma mendapat tugas untuk berjaga di kodim. Seiring pergantian kepeminpinan dan terjadinya perdamian antardua negara akhirnya dia bersama teman-temannya kembali pulang. “Saat itu tidak sampai terjadi perang, setelah situasi dirasa aman, saya dan beberapa teman dari Bangli kembali pulang,” kenang ayah tiga anak ini.
Diakui keikutsertaan sebagai relawan membuat orangtuanya khawatir. Namun ia membuktikan dirinya pulang dalam keadaan selamat. Setelah itu, untuk melanjutkan kehidupan Karma bekerja sebagai buruh bangunan, bahkan dia juga bekerja sebagai penebang kayu.
Pada saat menebang kayu, Karma mengalami kecelakaan, jatuh dari pohon kelapa hingga mengalami patah tulang. Kini di usia senja, Karma menderita diabetes. “Saya tidak bisa bekerja sekarang, jadi kerja hanya di rumah saja,” ujarnya.
Saat disinggung terkait perhatian pemerintah, Karma mengaku hingga kini belum pernah mendaptkan semacam pensiunan. Padahal teman-teman satu angkatannya sudah menerima pensiun. “Belum pernah saya terima, padahal sudah lama saya ajukan,” imbuhnya. *e
Komentar