nusabali

Masyarakat Diimbau Tetap Waspada

Januari-Juli 2024, BBMKG Catat 4.700 Kali Gempa Bumi

  • www.nusabali.com-masyarakat-diimbau-tetap-waspada

Indonesia memang tempat yang lumayan rawan untuk terjadi Gempa. Tapi dari pengamatan, gempa di Bali dan sekitarnya itu relatif kecil, di bawah 5 magnitudo.

MANGUPURA, NusaBali
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mencatat sekitar 4.700 gempa bumi terjadi di wilayah Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT) selama periode Januari hingga Juli 2024. Gempa tersebut terdiri dari berbagai magnitudo, dengan rata-rata berada di kisaran 3-4 magnitudo.

Ketua Pokja Manajemen Operasi Geofisika BBMKG Wilayah III Denpasar Ein Nuzulul Laily, menyatakan gempa tersebut umumnya tidak dirasakan oleh masyarakat. Banyaknya catatan gempa ini karena, Indonesia sendiri merupakan wilayah yang berada di Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire yang dikenal memiliki aktivitas tektonik yang tinggi, sehingga menjadikan Bali dan Nusa Tenggara sebagai wilayah dengan tingkat seismisitas yang cukup tinggi.

“Indonesia sendiri memang tempat yang lumayan rawan untuk terjadi Gempa. Tapi dari pengamatan kami, gempa di Bali dan sekitarnya itu relatif kecil, dengan magnitudo di bawah 5, jadi sekitar 3-4 magnitudo karena aktivitas tektonik,” ujar Ein saat ditemui di ruang kerjanya, Jalan Raya Tuban, Tuban, Kuta, pada Rabu (21/8) siang.

“Untuk masyarakat Bali dihimbau untuk tetap tenang saja karena gempa-gempa kecil ini tidak memiliki dampak, namun jika merasakan gempa kuat lebih dari 20 detik, segera tinggalkan bangunan dan jika berada di pantai segeralah menuju tempat yang lebih tinggi,” imbaunya.

Dia juga menekankan bahwa gempa kecil yang terjadi secara berkala tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas di darat maupun di laut. “Justru semakin sering gempa kecil terjadi, sebenarnya semakin baik, karena energi yang dilepaskan lebih sering terjadi juga, sehingga potensi terjadinya gempa besar lebih kecil,” kata Ein.

Dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi, Ein mengatakan Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Jepang, yang juga berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Di Jepang, edukasi mitigasi bencana sudah dimulai sejak usia dini, bahkan di tingkat PAUD, dengan simulasi yang dilakukan rutin setiap bulan. Hal ini membuat masyarakat Jepang lebih terbiasa dan siap menghadapi situasi darurat.

Sebaliknya, di Indonesia, termasuk Bali, program edukasi dan simulasi mitigasi bencana belum merata dan intensitasnya masih rendah. “Di Bali, kami sudah bekerjasama dengan BPBD untuk memberikan edukasi, sering menjadi narasumber di hotel-hotel, dan menyelenggarakan program seperti Sekolah Lapang Gempa Bumi serta BMKG Goes to School. Namun, cakupannya masih terbatas dan belum bisa mencakup seluruh sekolah,” ungkapnya.

Sedangkan, Staf Operasional di Pusat Gempa Regional III BMKG Denpasar I Gusti Ketut Satria Bunaga menambahkan bahwa meski saat ini gempa yang tercatat di Bali didominasi oleh gempa dengan magnitudo 3-4, potensi terjadinya gempa signifikan dengan magnitudo mencapai 8,5 tetap ada. “Potensi gempa megathrust di Bali itu sama dengan di sepanjang Pulau Sumatra, Jawa, Bali, NTT, dan NTB. Hal ini mencuat setelah gempa besar yang terjadi di Jepang, di mana zona sumber gempa di sana mirip dengan yang ada di selatan Bali. Ini menjadi peringatan bagi kita semua,” ujar Satria.

Menurutnya, meski gempa yang sering terjadi di Bali saat ini masih tergolong wajar, masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Zona megathrust adalah daerah penunjaman lempeng yang sangat luas dan memiliki karakteristik yang berbeda di setiap wilayahnya. Di Bali, sudut penunjaman lempeng lebih besar, sehingga frekuensi gempa lebih sering terjadi, namun dengan magnitudo yang lebih kecil.

“Artinya, wajar jika terjadi gempa dengan magnitudo sedang seperti 3-4, itu menunjukkan kondisi lempengan yang masih stabil. Namun, kita tetap memiliki potensi gempa besar, dan ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat, tetapi sebagai literasi kebencanaan,” jelasnya.

“Kami baru bisa memprakirakan kawasan yang memiliki potensi gempa bumi. Jika ada yang bisa menyatakan memprediksi tanggal dan waktu pasti terjadinya gempa, itu bisa dipastikan hoaks,” tegasnya. 7 cr79

Komentar