Sokasi Bangli, Kerajinan Anyaman yang Terkenal dari Bangli
BANGLI, NusaBali - Bali banyak memiliki daerah yang menjadi kantong- kantong pembuatan produk kerajinan. Diantaranya kerajinan anyaman bambu. Salah satu sentra kerajinan anyaman bambu adalah Desa Kayubihi, Kecamatan/Kabupaten Bangli. Sokasi -anyaman berbentuk persegi, yang lumrah dikenal sebagai ‘sokasi bangli’ diantara jenis kerajinan karya dari perajin Kayubihi.
Keterampilan membuat ‘sokasi bangli’ merupakan bagian dari ‘keahlian’ yang diwarisi para tetua di Kayubihi. “Ya, keahlian menganyam merupakan tetamian (warisan) dari para tetua,” ujar I Wayan Sutirka, salah seorang perajin anyaman sokasi, Kamis (22/8).
Sesitan bambu kecil dan halus dan anyaman yang rapat, menjadikan ‘sokasi bangli’ dikenal dengan kualitas tinggi. Hal itu karena pekerjaannya halus, tidak kaku, namun juga bakuh (kuat). Sempat selama 2 tahun lesu akibat pandemi Covid-19 (2020-2021) kini pembuatan sokasi ‘bergairah’ kembali. Sutirka menuturkan, dalam sepekan setidaknya 15 sampai 20 biji sokasi terjual.
Dengan hitung-hitungan sederhana, Sutirka mengatakan sekitar Rp 2 juta, penjualannya dalam seminggu. “Nggih sekitar Rp 2 juta,” ujarnya. Tentunya belum terhitung produk anyaman bambu lainnya di luar sokasi Bangli. Karena selain menganyam sokasi, perajin Kayubihi juga membuat barang lain berbahan bambu. Diantaranya kepe, wakul, sok pejati maupun yang lain yang sebagian besar merupakan peralatan upakara.
Khusus untuk sokasi Bangli, bisa dikatakan merupakan ikon dari kerajinan anyaman bambu di Kayubihi. “Dinamakan sokasi bangli, karena dibuat di sini (di Bangli),” cerita I Wayan Menir, orang tua Sutirka.
Ditemani Ni Nengah Asih, istrinya, Menir menuturkan ada banyak perajin anyaman sokasi di Kayubihi. Dari awalnya hanya sokasi putih atau polos, berkembang, bervariasi, baik motif maupun pewarnaannya. Itu pula mempengaruhi harga per bijinya. Namun demikian secara umum produk kerajinan ini dibandrol antara Rp200 ribu sampai Rp350 ribu atau bisa lebih.
“Sekarang ini penjualan cukup ramai,” ucap Wayan Menir dan Nengah Asih. Selain pembelian eceran, tidak sedikit yang membeli dalam jumlah banyak. “Ada untuk keperluan sendiri, ada juga yang membeli untuk dijual kembali (reseller),” tambah Nengah Asih. K17
1
Komentar