Belum Sebulan Skatepark Keropos
Dikeluhkan Banyak Atlet dan Tak Penuhi Standart
Banyak atlet yang tergabung dari berbagai komunitas mengeluhkan terkait kondisi skatepark yang tak memenuhi standar, bahkan sudah mulai rusak.
DENPASAR, NusaBali
Fasilitas olahraga skatepark di Lapangan Lumintang, Denpasar, banyak dikeluhkan para atlet. Pasalnya, pembangunan arena tersebut dinilai tidak memenuhi standar dan sudah mengalami berbagai kerusakan. Hal itu membuat para atlet rentan cedera. Lebih miris lagi, fasilitas yang dibangun dengan anggaran Rp 1,7 miliar lebih itu baru selesai dikerjakan awal Agustus lalu.
Sekertaris Umum Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Sepatu Roda (Perserosi) Bali, Putu Rio Rahdiana, tidak memungkiri banyak atlet yang tergabung dari berbagai komunitas mengeluhkan terkait kondisi skatepark yang tidak memenuhi standar, bahkan sudah mulai rusak itu. Keluhan itu disampaikan beberapa atlet kepada pihaknya dan disikapi dengan melihat kondisi di lapangan.
"Kami terima keluhan dari mereka (atlet) yang sering memanfaatkan fasilitas itu. Ya, memang kita lihat memang semennya itu sudah rusak alias terkelupas. Ada beberapa pipa besi yang harusnya dipasang menonjol di bibir arena, tapi justru dipasang kurang menonjol, sehingga tidak optimal saat atlet akan melakukan atraksi/trik, dan bahkan cenderung membahayakan jiwa ," kata Rio Rahdiana, Kamis (22/8).
Padahal, kata Rio Rahdiana, pembangunan arena skatepark itu hasil komunikasi pihaknya dengan Pemerintah Kota Denpasar untuk memfasilitasi para atlet khususnya dari Perserosi, yang menaungi sepatu roda dan skateboard untuk berlatih. Namun, dalam pengerjaannya oleh pihak kontraktor kurang koordinasi terkait standar yang perlu diterapkan dan dikerjakan dalam fasilitas itu. Hal ini pun terbukti kalau pembangunan yang menelan biaya cukup besar, yakni Rp 1,7 miliar lebih itu, sudah mulai rusak.
"Kami dari Perserosi sangat berterimakasih kepada pak Walikota dan Wakil Walikota yang sudah mengakomodir kebutuhan kami di cabor sepatu roda dan skateboard. Karena kami lah yang meminta untuk pemanfaatan fasilitas itu. Namun, pengerjaan oleh pihak kontraktor itu kurang koordinasi dan setiap diberi masukan tidak dilakukan dalam pengerjaan fasilitas itu. Ya, hasilnya seperti saat ini, banyak dikeluhkan," tegas Rio Rahdiana.
Dalam pembangunan fasilitas itu, sejatinya sudah diarahkan oleh dinas terkait agar pihak kontraktor selalu berkomunikasi dan disesuaikan kebutuhan cabang olahraga. Tapi, setelah dimulainya pengerjaan tidak ada lagi komunikasi lanjutan. Alhasil, arena yang mulai dikerjakan pada 22 April hingga 20 Juli 2024 itu kini mulai rusak. Saat ini, para atlet dari berbagai komunitas memang masih menggunakan fasilitas tersebut, meski disadari rentan terjadi cedera karena semennya mulai mengelupas.
"Kalau sekedar digunakan saja itu bisa. Tapi, di lapangan memang tidak sesuai dengan standarnya. Kalau atlet tidak hati-hati, tentunya bisa saja cidera. Ini yang kita khawatirkan," Rio Rahdiana, lagi.
Dia pun berharap adanya perhatian serius dalam pembangunan fasilitas olahraga, bukan hanya skatepark, namun cabor lainnya. Karena yang memanfaatkan itu adalah atlet yang nantinya akan mewakili daerahnya atau bahkan Bali pada berbagai kejuaraan. Atau bisa saja kegiatan itu berlangsung di Denpasar dan menggunakan fasilitas yang dibangun, namun sayangnya pembangunannya tidak sesuai standar untuk digunakan dalam kompetisi atau kejuaraan.
"Kalau memang kontraktor tidak tahu, tentu itulah adanya kita untuk kasi masukkan, tapi tidak didengar juga. Kalau pun tidak mau dengan kita, kontraktor sejatinya menggunakan konsultan mereka sendiri dan menggunakan yang memang ahli di bidang itu," pungkas Putu Rio Rahdiana. Dar
Komentar