Kampung Atlet Paralimpiade Diakui Memuaskan
JAKARTA, NusaBali - Kontingen Indonesia memuji sederet fasilitas di kampung atlet Paralimpiade 2024. Kenyamanan saat beristirahat membantu proses adaptasi Leani Ratri Oktila dkk di Paris, Prancis. Paralimpiade 2024 akan dibuka pada Rabu (28/8).
Indonesia memasang target satu medali emas, dua perak dan tiga perunggu. Kontingen Indonesia yang dipimpin Cheff de Mission (CdM), Reda Manthovani itu, langsung bergerak setibanya di Paris, Rabu (21/8). Reda juga memantau kampung atlet di Saint-Denis, Paris.
Reda menilai kampung atlet yang ditempati 35 wakil Indonesia dari 10 cabang olahraga ini cukup memuaskan. Ada deretan fasilitas pendukung yang dipantaunya untuk mendukung atlet Paralimpiade 2024.
"Saya sudah mengecek perkampungan atlet, dimana atlet kita ditampung. Kita juga bisa melihat tempat untuk kesehatan dan tempat untuk para wartawan. Semua dalam kondisi yang siap," kata Reda Manthovani, Kamis (22/8) malam.
Pada Olimpiade 2024, ada banyak keluhan tentang ketiadaan pendingin ruangan di kampung atlet. Reda menilai, hal tersebut tak berlaku pada Paralimpiade 2024.
"Kita tidak perlu pendingin ruangan sekarang, karena memang sudah dingin. Mungkin yang perlu nanti malah penghangat ruangan supaya tidak kedinginan. Tetapi Insya Allah sampai September awal ini dinginnya tidak ekstrim, cuma bagi orang Indonesia memang cukup mengganggu," jelas Reda.
Reda memastikan 34 atlet yang akan bertarung pada Paralimpiade 2024 dalam kondisi baik. Hanya atlet para menembak, Bolo Triyanto, yang sempat batuk-batuk karena perubahan cuaca menjadi 12 derajat pada Kamis siang.
"Saat kita datang masih panas (sampai 27 derajat), tetapi kemudian turun jadi dingin. Mudah-mudahan sebentar lagi minum obat sudah sembuh," ucap Reda.
Leli Marlina yang mengikuti nomor tunggal putri TT5 mencoba meja yang digunakan untuk bertanding. Pelatih Para Tenis Meja Indonesia, Andre Gunaya, mengatakan adaptasi pantulan meja menjadi faktor penting.
"Kita harus benar-benar memaksimalkan sesi latihan ini untuk merasakan apa yang beda, seperti ketika kita latihan di Indonesia," jelas Andre Gunaya.
Menurut Andre, ada perbedaan dari sisi meja. "Karena karakter meja di Indonesia pantulan bolanya tidak sekencang di sini. Makanya kita banyak uji coba terus agar dapat feelingnya," kata Andre. k22
1
Komentar