Ngaben Massal di Banjar Sari, Talibeng: Pelaksanaan Setiap 5 Tahun Sekali
AMLAPURA, NusaBali.com – Karya ngaben massal telah digelar di Banjar Sari, Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen, Karangasem pada Sabtu, 24 Agustus 2024. Upacara ini menjadi momen penting bagi masyarakat setempat yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali, dengan melibatkan berbagai keluarga dan pangempon merajan.
I Gusti Ngurah Sukarsana, salah satu tokoh dari Banjar Sari yang juga merupakan pangempon Merajan Daging (Pasemetonan Arya Wang Bang Sukakhet Banjar Sari), mengungkapkan bahwa ngaben massal kali ini diikuti oleh 18 sawa (jenazah) dari tiga merajan, yaitu Merajan Dangin Arya Wang Bang Sukakhet, Merajan Kebon, dan Merajan Sidemen.
"Pada tanggal 24 Agustus 2024 ini merupakan puncak karya ngaben massal, tidak hanya di merajan kami, tetapi juga di tempat lain karena hari tersebut merupakan duwasa ayu (hari baik) untuk melaksanakan kegiatan ngaben atau Pitra Yadnya," kata Sukarsana.
Karya ngaben massal di Banjar Sari ini mengedepankan prinsip gotong royong, baik dalam hal biaya maupun tenaga. Sukarsana menjelaskan bahwa kontribusi dari masing-masing keluarga bervariasi, mulai dari Rp10 juta hingga Rp125 juta, tergantung kemampuan. Setelah prosesi ngaben, upacara dilanjutkan dengan ngeroras atau memukur, yang melibatkan lembu putih sebagai petulangan (simbol) untuk membakar tulang dan sekah (tempat abu).
Anggaran biaya keseluruhan untuk ngaben massal ini mencapai Rp 600 juta, yang terkumpul dari 182 kepala keluarga (KK). Selain itu, ada pula sumbangan dari warga yang tidak memiliki keluarga yang diaben, tetapi tetap medana punia (berdonasi) sebesar Rp 1 juta hingga Rp 10 juta sebagai bentuk solidaritas.
Sukarsana berharap bahwa karya ngaben massal ini dapat terus dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua melalui Pitra Yadnya, serta menjaga keseimbangan antara sakala (dunia nyata) dan niskala (dunia spiritual) melalui pelaksanaan yadnya. "Kami berusaha mengikuti perkembangan zaman tanpa mengurangi makna dan pakem budaya itu sendiri," ujar Sukarsana.
Pada karya ngaben massal kali ini, selain prosesi ngaben dan memukur, juga dilakukan upacara ngeruwak kerorun, yaitu upacara untuk janin yang gugur dalam kandungan.
Sukarsana menjelaskan bahwa perubahan dari 5 tahun lalu, di mana tulang-tulang jenazah dulu dibawa ke tanggun desa dengan membuat pondok, kini tulang-tulang tersebut dibakar dan diaplikasikan dengan cendana dan ambengan menyerupai sekah yang dibuat dari rangkaian bunga, yang disebut sawa keresian tanpa menggunakan wujud fisik.
Ngaben massal ini tidak hanya untuk orang tua, tetapi juga untuk semua jenazah dari tingkat muda hingga tua, dengan perlakuan yang adil. "Kami berharap kegiatan ngaben massal ini dapat menjalin kekompakan antar sesama dan membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia, Tuhan, dan lingkungan," pungkas Sukarsana.
Dengan demikian, karya ngaben massal di Banjar Sari, Desa Talibeng ini diharapkan dapat terus terlaksana dan berkembang di masa mendatang, menjaga tradisi sekaligus beradaptasi dengan perubahan zaman.*m03
Komentar