Bupati Kaget Ada Murid SMP Belum Fasih Baca Tulis Hitung
Masih adanya murid sekolah menengah pertama (SMP) yang belum fasih membaca, menulis, dan menghitung (calistung) di beberapa sekolah di wilayah Bangli, membuat kaget Bupati Bangli I Made Gianyar bersama Sekda Bangli Ida Bagus Giri Putra.
BANGLI, NusaBali
Selama ini Bupati belum menerima laporan terkait kondisi tersebut. Bupati Made Gianyar mengatakan akan segera memanggil kepala SMPN 2 Tembuku —yang memiliki empat murid baru tahun ajaran 2017/2018 yang kurang fasih calistung— untuk memastikan kondisi siswa yang dikatakan belum fasih calistung.
“Kami akan mendatangi sekolah dan memastikan siswa tersebut lulusan sekolah dasar (SD) mana,” ungkap Bupati Made Gianyar, Selasa (15/8). Pihaknya berharap para pendidik mengoptimalkan proses belajar mengajar, terlebih lagi bagi siswa yang masih kurang.
Terlepas dari pembelajaran di sekolah, orangtua siswa diminta lebih memperhatikan kegiatan belajar putra-putri di rumah. “Anak-anak diarahkan untuk belajar, orangtua ikut mengawasi. Kemudian saat anak-anak belajar diusahakan tidak ada gangguan seperti televisi nyala,” ujarnya.
Bupati Made Gianyar tidak menampik bahwa di Bangli ditemui persoalan adanya anak yang tidak mau sekolah, malah dibiarkan oleh orangtuanya. Dengan kondisi seperti ini harapkan peran serta masyarakat di lingkungan sekitarnya, mengingat ada beberapa anak yang putus sekolah malah diamini orangtuanya. “Peran kelian yang notabene dituakan di wilayah masing-masing bisa memberikan pemahaman bahwa pendidikan sangat penting. Jangan sampai ada anak yang merupakan penerus bangsa tidak sekolah," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya Kepala SMPN 2 Tembuku I Made Degdeg, mengemukakan, dari total jumlah siswa baru tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 158 siswa, empat siswa di antaranya belum fasih membaca. Bahkan di antaranya ada yang belum mengenal huruf. “Siswa saat membaca saja mereka harus mengeja, seperti siswa kelas 1 SD,” ungkapnya. Melihat kondisi tersebut pihak sekolah berupaya memberikan pelajaran tambahan kepada siswa, dengan mencarikan waktu belajar saat jam istirahat. “Siswa kami ini tetap mengikuti pelajaran seperti siswa lainnya. Untuk pelajaran tambahan dilakukan pada jam istrihat,” tutur Made Degdeg.
Diakui pula bila setiap tahunnya ada saja siswa yang diterima di SMPN 2 Tembuku, belum fasih calistung. Dengan kondisi seperti ini pihaknya berharap bisa dibangun ruang inklusi, sehingga proses belajar bagi siswa yang belum fasih bisa lebih optimal. *e
Komentar