Denpasar Perlu Menambah Infrastruktur Menuju Kota Wisata Nyaman bagi Wisatawan
DENPASAR, NusaBali.com - Kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara pasca Covid-19 ke Bali, khususnya Kota Denpasar kini meningkat tajam. Hal itu bisa dilihat dari tingginya aktivitas pariwisata belakangan ini. Namun, sebagai destinasi wisata popular, Kota Denpasar masih menghadapi sejumlah tantangan untuk menjadi kota yang nyaman bagi wisatawan.
Berbagai tantangan yang dihadapi itu misalnya kemacetan dan polisi udara. Tantangan-tantangan ini membutuhkan solusi berupa kebijakan hingga insfrastruktur pendukung. Hal ini terungkap dalam diskusi yang digelar Bisnis Indonesia perwakilan Bali dengan tema "Memaksimalkan Potensi Pariwisata dengan Mewujudkan Denpasar yang Nyaman” di Hotel Griya Santrian Sanur, pada Kamis (29/8).
Diskusi ini menghadirkan narasumber Pejabat Fungsional Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Denpasar Ketut Suparta, Senior Economist Bali Tourism Board (BTB) Trisno Nugroho, dan dr Tri Budhi Baskara selaku pakar kesehatan serta diikuti jurnalis, dan pelaku industri pariwisata di Kota Denpasar.
Menurut Ketut Suparta, Kota Denpasar sudah sangat berbenah dalam beberapa tahun ini yang ditunjukkan dengan berbagai pembangunan untuk mendukung pengalaman berlibur wisatawan. Namun demikian dirinya mengakui peningkatan infrastruktur tersebut belum cukup. Disparda terus bekerja sama dengan pelaku wisata untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.
Pejabat Fungsional Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Denpasar ini mengatakan, tantangan berat yang dihadapi Kota Denpasar antara lain berupa kemacetan hingga polusi udara. Pemecahan masalah ini membutuhkan kolaborasi berbagai pihak, tidak hanya pemerintah. Dikatakannya, pemerintah memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengatasi semua permasalahan.
"Tantangan Kota Denpasar itu mulai dari kemacetan, sampah hingga polusi udara. Pergerakan masyarakatnya zigzag, dan setiap hari itu berbeda jumlah masyarakat karena ada juga warga dari luar Denpasar yang masuk bekerja disini. Perlu kebersamaan dalam menyelesaikan masalah pariwisata di Kota Denpasar,” jelasnya.
Sementara dr Tri Budhi Baskara mengatakan faktor kenyamanan memiliki pengaruh terhadap pengalaman berlibur para wisatawan. Oleh karena itu, menurutnya sudah saatnya pelaku industri pariwisata memperhatikan faktor ini. Kenyamanan dalam hal ini meliputi banyak hal, mulai dari keamanan, kebersihan, hingga kesehatan.
Ia berpendapat, kenyamanan yang tidak kalah penting adalah penyediaan infrastruktur pendukung yang mampu membuat wisatawan betah berlibur di Kota Denpasar. Penyediaan sarana ini menjadi penting, karena kebutuhan wisatawan ketika berlibur sangat bervariasi seiring perkembangan zaman.
“Kenyamanan sangat penting bagi wisatawan untuk length of stay. Hal ini mencakup jaminan keamanan, kebersihan hingga kesehatan. Kesehatan ini meliputi banyak aspek, mulai dari fasilitas kesehatan hingga udara yang bersih dari polusi. Sebagai contoh, polusi dari asap rokok pun bisa mempengaruhi kenyamanan wisatawan,” ujarnya.
Sementara itu Senior Economist BTB Bali, Trisno Nugroho menekankan, Kota Denpasar harus mampu mempertahankan diri sebagai kota budaya sekaligus wisata. Menurutnya, semua pihak harus menjaga Sanur sebagai jantung dari pariwisata Ibukota Bali ini.
Trisno menekankan akan lebih bagus untuk menjaga dengan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah ada saat ini, seraya membenahi kekurangan yang ada. Dengan kondisi sekarang saja, industri pariwisata menghadapi disrupsi dan perkembangan sangat cepat. Salah satu contohnya budaya wisatawan yang berubah, mulai dari cara memesan kamar secara digital hingga perilaku mereka ketika di tempat wisata.
Sebagai pelaku industri pariwisata, Trisno mengamini pelaku pariwisata juga perlu berubah dalam memberikan kenyamanan. Perubahan ini bisa dimulai dari hal kecil seperti memberikan layanan internet yang cepat dan fasilitas tempat merokok yang memadai.
"Saya mengusulkan agar mengadopsi regenerative tourism tidak hanya sustainable tourism. Kalau regenerative tourism itu meningkatkan yang sudah baik menjadi baik lagi supaya turis tidak datang sekali tapi tahun depan mau datang lagi. Karena wisatawan ke Sanur itu kebanyakan repeat order,” jelasnya. *pol
1
Komentar