Kaum Disabilitas Tuntut Pendidikan Layak
Sebagai wujud implementasi program kepedulian sosial Jay’s Villas Umalas menggelar kunjungan sosial ke Yayasan Cahaya Mutiara Ubud, Jalan Sasibrata, Banjar Kawan Tengah Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Selasa (15/8).
Jay’s Villas Umalas Kunjungi
Yayasan Cahaya Mutiara
GIANYAR, NusaBali
Manajemen dan staff Jay’s Villas tampak akrab dalam suasana kekeluargaan dengan para penyandang disabilitas.
General Manajer Jay’s Villas Umalas Cokorda Raka Tisnu Yudana di sela-sela kunjungan sosial menjelaskan, program ini merupakan agenda tetap tahunan. “Kami rencanakan dua kali dalam setahun,” jelasnya. Pihaknya berharap kunjungan sosial disertai pemberian sembako dan peralatan sehari-hari tersebut bisa bermanfaat. “Dengan kunjungan ini, kami juga berharap manajemen dan staff kami secara personal bisa tergugah rasa empatinya pada sesama,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga menularkan semangat pantang menyerah kepada penyandang disabilitas. Bahwa segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan. “Kekuatan manusia bukan semata-mata pada fisiknya. Akan tetapi pada sikap, kerja keras, sabar, keteguhan hati dan kemauan untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya, diam diri adalah ciri orang gagal,” ucapnya memotivasi.
Cok Raka Tisnu Yudana pun mengaku salut dengan perjuangan para penyandang disabilitas ini. Terutama keaktifan dalam bidang olahraga dan kesenian. “Melihat kalian, kami merasa terinspirasi. Bahwa kalian adalah sebuah keluarga yang saling menerima satu sama lain,” jelasnya.
Ketua Yayasan Cahaya Mutiara I Ketut Budiarsa menyambut baik kedatangan para manajemen dan staff Jay’s Villas Umalas. Dalam kesempatan tersebut, Budiarsa yang seorang pelukis ini mengutarakan tentang perjuangan kaumnya yang menuntut akses pendidikan, fasilitas umum dan lapangan pekerjaan yang layak. “Mungkin lewat bapak dan ibu yang hadir kali ini, harapan kami bisa disampaikan. Kami masih merasa didiskriminasi,” ujarnya.
Budiarsa menyampaikan, selama ini masih ada penolakan oleh sekolah formal untuk siswa yang memiliki keterbatasan fisik. “Kesempatan sekolah untuk kami sangat terbatas. Alasannya, sekolah tak punya fasilitas untuk penyandang disabilitas. Padahal keinginan kami supaya bisa mengenyam pendidikan yang setara dengan orang normal, itu ada,” terangnya.
Selain akses sekolah, Budiarsa juga mengungkap selama ini fasilitas umum yang layak untuk penyandang masih minim. Nah ketika dua akses ini terhambat, satu kendala lain muncul yakni hilangnya peluang kerja bagi penyandang disabilitas. “Sering kali kami dipandang sebelah mata. Tidak berpendidikan dan sulit menjangkau tempat kerja, sehingga otomatis lapangan kerja hilang. Maka itu, kami harap suara kami ini didengar. Terpenting supaya kami bisa menjangkau pendidikan formal dengan mudah,” harapnya. *nvi
Komentar