Khaddafi dan Dewa Nida Saling Sodok
Ribut Soal Dukungan Cabup-Cawabup Karangasem
Khaddafi mempersoalkan sikap membelot terhadap kebijakan partai di Pilkada Karangasem 2024. Dewa Nida menuding ada manuver politik yang membuat rekomendasi DPP Golkar berubah.
AMLAPURA, NusaBali
Dua kader senior Partai Golkar saling sodok gara-gara beda dukungan Cabup-Cawabup di Pilkada Karangasem 2024. Adalah Wakil Sekretaris Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPD I Golkar Bali Muammar Khaddafi menyodok kader senior Dewa Made Widiasa Nida yang cawe-cawe mengantar pasangan Cabup-Cawabup Karangasem I Gede Dana–I Nengah Swadi yang diusung PDIP, Gerindra, Hanura, dan Partai Perindo mendaftar ke KPU Karangasem, Kamis (29/8). Padahal Partai Golkar di Pilkada Karangasem 2024 mengusung pasangan I Gusti Putu Parwata–Pandu Prapanca Lagosa (Gus Par–Pandu Lagosa).
Khaddafi mempersoalkan sikap Dewa Nida yang mantan pengurus DPP Golkar sebagai sikap membelot terhadap kebijakan partai di Pilkada Karangasem 2024.
“Kalau mengaku masih sebagai kader Partai Golkar, mesti taat perintah DPP,” ucap Khaddafi usai menghadiri pertemuan di Sekretariat GMT (Gerakan Masyarakat Terpadu) Karangasem, Jalan Ahmad Yani Amlapura, Sabtu (31/8).
Sekretariat GMT merupakan markas dari paslon Parwata–Pandu Lagosa yang diusung Partai Golkar, NasDem, dan parpol pendukung yakni PKS, PPP, PBB, dan Partai Buruh.
Menurut Khaddafi, Partai Golkar sudah jelas mengusung paket Gus Par–Pandu Lagosa di Pilkada Karangasem, 27 November 2024 mendatang. Kata dia, sebelumnya memang sempat terjadi beda pandangan dan alotnya proses rekomendasi Cabup–Cawabup usungan ‘Beringin’ (julukan Partai Golkar) di Pilkada Karangasem 2024.
“Namun, setelah terbit SK dari DPP untuk Gus Par–Pandu Lagosa, semua kader wajib mengamankan. Lebih lanjut, nanti saya berkomunikasi dengan teman-teman yang menghadiri pendaftaran paket I Gede Dana dan I Nengah Swadi,” kata eks Caleg DPRD Bali Dapil Denpasar di Pileg 2024 ini.
Selain Dewa Nida, beberapa kader senior Golkar juga menghadiri pendaftaran Dana–Swadi ke KPU Karangasem. Ada kader senior Golkar yang eks pengurus DPP Golkar, Putu Yuda Suparsana. Politisi asal Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem yang mantan Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar ini hadir dengan seragam Partai Golkar bersama eks Ketua DPD II Golkar Karangasem Made Sukerana. Foto-foto kehadiran Yuda Suparsana, Dewa Nida, dan Sukerana di pendaftaran Dana–Swadi beredar di media massa.
Serangan Khaddafi ini membuat Dewa Nida geram. Politisi asal Desa Akah, Kecamatan/Kabupaten Klungkung ini balik menuding adanya manuver politik yang membuat rekomendasi DPP Golkar mengalami perubahan di Pilkada Karangasem 2024.
Dewa Nida yang masih menjabat Wasekjen DPP MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) juga mempertanyakan kapasitas Khaddafi memasalahkan dirinya hadir di pendaftaran Cabup-Cawabup Dana–Swadi. “Saya datang karena diundang hadir,” ujar Dewa Nida secara terpisah, Sabtu kemarin.
Dewa Nida mengaku kehadiran dalam acara pendaftaran paslon Dana–Swadi sekaligus sebagai bentuk protes atas kebijakan Ketua DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry yang berjuang ke DPP Golkar mengubah rekomendasi Cabup-Cawabup Karangasem. Kata dia, awalnya, DPP Golkar sudah memberikan rekomendasi kepada pasangan Dana–Swadi. Namun, menurut Dewa Nida, karena manuver Sugawa Korry, rekomendasi DPP Golkar justru berbalik jatuh kepada Gus Par–Pandu Lagosa.
Disebutkan Dewa Nida, turunnya rekomendasi untuk Dana–Swadi sebelumnya melalui proses panjang dengan mengacu hasil survei. “Sebelumnya SK untuk I Gede Dana dan I Nengah Swadi telah turun dari DPP. Tapi, justru berubah menjadi paket Gusti Putu Parwata dan Pandu Prapanca Lagosa pada Selasa (27/8) pagi,” tandas mantan Wakil Ketua DPRD Klungkung 1999–2004, ini.
Bukan hanya di Karangasem, kata Dewa Nida, perubahan rekomendasi juga terjadi di Pilkada Bangli, Gianyar, dan Tabanan. “Kalau sampai pasangan I Gede Dana dan I Nengah Swadi menang di Pilkada Karangasem, Ketua DPD I Golkar Bali harus bertanggungjawab,” ujar keponakan dari Anggota DPR RI Dapil Bali dari Partai Golkar di era Orde Baru, Dewa Putu Suparta Nida, ini.
Dewa Nida menekankan, pernyataannya ini, tidak bermaksud melawan kebijakan DPP, tetapi sebagai bentuk protes atas rekomendasi yang sebelumnya turun kepada pasangan Dana–Swadi, namun berbalik ke pasangan Gus Par–Pandu Lagosa. Kata dia, jika rekomendasi DPP dari awal jatuh ke pasangan Gus Par–Pandu Lagosa, tentu saja dirinya akan datang mengantar pasangan tersebut saat mendaftar ke KPU Karangasem.
Seperti diketahui, rekomendasi untuk pasangan Gus Par–Pandu Lagosa dari DPP Partai Golkar dibuktikan dengan Surat Keputusan Nomor Skep-546/DPP/GOLKAR/VIII/2024, per 24 Agustus 2024 yang ditandatangani Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sekjen M Sarmuji. Pasangan Gus Par–Pandu Prapanca Lagosa diusung Partai Golkar dengan kekuatan 8 kursi DPRD Karangasem dan Partai NasDem dengan kekuatan 5 kursi DPRD Karangasem.
Sehingga total kekuatan kursi di parlemen dari koalisi Golkar-NasDem ini menjadi 13 kursi atau 28,88 persen dari total 45 kursi di DPRD Karangasem. Sementara syarat minimal untuk mengusung paslon di Pilkada Karangasem yakni dengan 9 kursi atau 20 persen dari 45 kursi DPRD Karangasem.
Sementara terkait dengan tudingan Dewa Nida bahwa Ketua DPD I Golkar Bali harus bertanggungjawab di Pilkada Karangasem, Sugawa Korry belum bisa dimintai komentar. Saat dikonfirmasi NusaBali, Sabtu (31/8), belum direspons. 7 k16, nat
1
Komentar