Gedung KIA RSUP Prof Ngoerah Diresmikan
Presiden Jokowi: Seperti Masuk Hotel Bintang Lima
DENPASAR, NusaBali - Di sela menghadiri Indonesia-Africa Forum (IAF) II Tahun 2024 di Nusa Dua, Badung, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Gedung Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) RSUP Prof dr I GNG Ngoerah pada, Senin (2/9). Gedung lima lantai ini diharapkan menghadirkan layanan terbaik untuk ibu dan anak di Bali.
Sebelumnya layanan kesehatan RS rujukan Bali dan Nusa Tenggara ini tidak memiliki gedung khusus layanan kesehatan ibu dan anak. Layanan belum terintegrasi dan terpencar di beberapa gedung. Kehadiran Gedung Layanan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan usaha RSUP Ngoerah untuk mengintegrasikan layanan kesehatan ibu dan anak yang selama ini gedungnya terpisah-pisah. Selama ini layanan NICU (Neonatal Intensive Care Unit)/PICU (Pediatric Intensive Care Unit) maupun kamar rawat inap ibu dan anak letaknya di gedung yang berbeda-beda sehingga juga mempengaruhi kesehatan pasien.
Presiden Jokowi tiba di RSUP Sanglah pada pukul 14.33 Wita, antara lain didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, dan Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah dr I Wayan Sudana MKes. Dalam kesempatan ini Presiden Jokowi menyampaikan fasilitas gedung Layanan Kesehatan Ibu dan Anak RS Prof Ngoerah sekelas hotel bintang lima.
“Saya tadi masuk ke gedung baru RS Ngoerah ini seperti masuk hotel bintang lima. Ruang tunggunya sangat bagus sekali, furniture-nya juga ditata sangat bagus sekali, dan peralatan yang tadi ditunjukkan pada saya betul-betul peralatan modern canggih digital,” ujar Presiden Jokowi diikuti tepuk tangan staf RSUP Prof Ngoerah yang hadir.
Gedung megah berlantai 5 ini menghabiskan anggaran Rp 233 miliar dilengkapi 326 tempat tidur. Peralatan kedokteran canggih di dalamnya menghabiskan dana Rp 241 miliar. Sementara untuk pengembangan SDM menghabiskan dana Rp 28 miliar. Presiden Jokowi mengatakan dana sebesar itu tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan kesehatan ibu dan anak-anak di Provinsi Bali atau Indonesia pada umumnya. Pengembangan fasilitas kesehatan ibu dan anak dapat mengurangi angka kematian ibu dan anak yang di Indonesia jumlahnya masih cukup tinggi. “Tapi tidak apa-apa kita menghabiskan Rp 233 miliar plus Rp 241 miliar, asal masyarakat khususnya ibu dan anak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya,” kata Presiden Jokowi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kematian bayi di Indonesia mencapai 78 ribu dari 4,6 juta bayi yang dilahirkan. Angka kematian bayi di Indonesia, menurutnya menjadi salah satu yang tertinggi di dunia dengan perbandingan 15 per 1.000 kelahiran. Sementara di negara maju angka kematian bayi dapat ditekan hingga 2 per 1.000 kelahiran. “Yang paling banyak penyebabnya prematur, disebabkan banyak hal, menikah terlalu cepat, masalah di kandungan dan masalah kelahiran di bawah 37 minggu lahirnya,” kata Budi Sadikin.
Untuk menangani kasus tersebut, saat ini pemerintah membagi perawatan bayi dengan tingkatan berat saat kelahiran untuk menekan angka kematian bayi. Dia pun tidak menjelaskan secara detail terkait dengan mekanisme penanganan bayi di setiap tingkatannya, sehingga berpengaruh terhadap penekanan angka kematian bayi. "Kita sudah bagi, di puskesmas bisa di bawah 2 kilogram, di 514 rumah sakit kabupaten/kota bisa di bawah 1,8 kilogram, rumah sakit provinsi bisa sampai 1 kilogram dan di bawah 1 kg RS vertikal kita," kata dia.
Itulah sebabnya, Kementerian Kesehatan terus membangun lebih banyak pelayanan rumah sakit ibu dan anak untuk menangani kelahiran di bawah rata-rata dan mengurangi kematian bayi. Dia merincikan, setelah pandemi COVID-19 selesai, pemerintah menargetkan ada 17 rumah sakit ibu dan anak yang akan didirikan di Indonesia, salah satunya Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Ngoerah Denpasar yang diresmikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Dari 17 tersebut, ada 12 yang pembangunannya sudah dimulai, sedangkan sisanya akan dimulai pada pemerintah presiden selanjutnya di mana pendanaannya sudah disiapkan. Menurut Menkes, RS Ibu dan Anak menjadi kebutuhan penting untuk segera dibangun mengacu pada data kematian bayi yang banyak terjadi di Indonesia.
Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) RS Prof Ngoerah akan menjadi RS yang diharapkan mampu menangani bayi lahir prematur, bahkan dengan berat lahir di bawah 1 kilogram. Menteri Sadikin mengatakan, pembangunan gedung-gedung baru di RS Prof Ngoerah akan terus dilakukan dalam beberapa tahun mendatang. RS Ngoerah diharapkan akan menjadi RS kebanggaan dan terindah di Bali sehingga juga dapat menarik kunjungan warga mancanegara. “Rencananya akan selesai dalam waktu 14 tahun tapi kita mau beresin dalam waktu 5 tahun,” ungkap Budi Sadikin. 7 a
Komentar