Bank Indonesia Ingatkan Kenaikan Harga Jelang Galungan
Ajak Kabupaten/Kota di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi
DENPASAR, NusaBali
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengingatkan beberapa risiko yang harus diwaspadai terkait inflasi pada bulan September ini.
Diantaranya potensi kenaikkan harga jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Galungan dan Kuningan. Kemudian berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat berkurangnya pasokan di Bali.
Selain itu juga belum masuknya musim panen padi, kenaikan HET (harga eceran tertinggi) ‘Minyak Kita’. Serta kenaikkan harga avtur.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja mengingatkan hal tersebut, Selasa (3/9).
“Kenaikkan HET HET ‘Minyak Kita’ berpotensi merambat pada kenaikan harga minyak goreng lainnya, “ ujarnya. Sedangkan kenaikan harga avtur berpotensi menyebabkan kenaikan tarif angkutan udara.
Namun demikian Erwin Soeriadimadja juga menyampaikan potensi stabilitas harga tetap terjaga. Hal itu sejalan dengan panen bawang merah di Bima (NTB) sebagai salah satu sumber pasokan bawang di Bali. Kemudian penurunan kembali harga Pertamax, dan beroperasinya RMU (rice milling unit) Modern di Badung pasca diresmikan pada Agustus 2024.
Untuk merespon potensi risiko inflasi ke depan, KPw BI Provinsi Bali terus mengajak seluruh Kabupaten/Kota di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi secara konsisten, serta memperkuat inovasi dan sinergitas.
Konsistensi seluruh TPID di Bali dalam pengendalian inflasi diwujudkan melalui kebijakan 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif). Antara lain operasi pasar murah dan Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik Pemprov.
“Langkah lain yang dilakukan termasuk penguatan anggaran transportasi untuk pengiriman bahan pokok dari Klungkung daratan ke Nusa Penida,”terangnya .
Selanjutnya pengoperasian RMU Modern di Badung, bantuan bibit babi di Tabanan, peningkatan insentif pekaseh di Denpasar, dan kerja sama antara Perumda Swatantra dengan Kelompok Tani Cabai di Buleleng.
“Melalui langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5 persen ±1 persen.” kata Erwin. .
Sebelummnya BPS Provinsi Bali merilis perkembangan harga Provinsi Bali pada Agustus 2024 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm). Besaran inflasi tersebut stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun dari 2,53 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 2,32 persen (yoy) dan tetap berada pada kisaran target inflasi nasional 2,5 ± 1 persen.
“Inflasi Bali yang tetap terjaga terwujud sebagai hasil dari terus berlanjutnya kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), baik di tingkat provinsi Bali maupun kota/kabupaten. Inflasi yang terjaga terjadi di seluruh kota sampel inflasi,” terangnya.
Secara spasial, Kota Singaraja mengalami deflasi sebesar -0,18 persen (mtm) atau 1,69 persen (yoy). Sementara, Kabupaten Badung mengalami deflasi, sebesar -0,09 persen (mtm) atau 2,05 persen (yoy). Lebih lanjut, Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,26 persen (mtm) atau 2,95 persen (yoy).
Adapun Kabupaten Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,28 persen (mtm) atau 1,68 persen (yoy). Kelompok Pendidikan menjadi penyumbang inflasi utama pada Agustus 2024.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari daging babi, biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi, kopi bubuk, beras, dan biaya pendidikan SMP. Kenaikan harga daging babi didorong berkurangnya pasokan akibat virus ASF dan pengiriman daging babi ke luar daerah khususnya Sulawesi Utara dan Kalimantan.
Adapun kenaikan harga kopi bubuk disebabkan kenaikan harga kopi dunia karena penurunan produksi kopi dari Brazil dan Pakistan, sedangkan kenaikan biaya pendidikan sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru. K17.
1
Komentar