Dradjad Wibowo: Hilirisasi Sektor Pertanian Krusial untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Berikan Kuliah Umum di Fakultas Pertanian Unud
DENPASAR, NusaBali.com - Hilirisasi atau proses pengolahan bahan baku mentah menjadi barang jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi, menjadi fokus utama dalam upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Dr Dradjad Hari Wibowo, ekonom senior dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) sekaligus Ketua dan Pendiri Indonesia Forestry Certification Cooperation (IFCC), dalam kuliah umum di Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali
Penulis : Mao
Editor : lan
Dalam kuliah umum dengan tema 'Hilirisasi sebagai Perubahan Struktural dan Pentingnya Kelestarian: Pengalaman Hilirisasi Pertanian dan Non Pertanian di Indonesia' tersebut, Dradjad menekankan bahwa hilirisasi menjadi sangat penting agar Indonesia tidak kehilangan potensi pendapatan negara, termasuk dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat. "Jika hilirisasi tidak dilakukan, potensi kehilangan pendapatan negara akan sangat besar," tegas Dradjad.
Ia kemudian memberikan contoh konkret dari sektor kayu lapis, yang pernah menjadi salah satu industri besar Indonesia namun mengalami kemunduran karena kurangnya perhatian terhadap kelestarian sumber daya. "Saya sudah tunjukkan hilirisasi kayu lapis itu hasilnya sangat besar sekali, tapi karena kita tidak menjaga kelestarian, akhirnya industri tersebut ambles," ungkapnya.
Dradjad juga mengkritisi kurangnya hilirisasi di sektor minyak dan gas (migas) yang menyebabkan Indonesia kehilangan potensi ekonomi besar, tidak hanya di masa lalu tetapi juga saat ini.
"Efeknya, industri tekstil kita ikut jadi korban karena kita tidak punya industri PET (polyethylene terephthalate) yang memadai," ujar Dradjad. Ia menambahkan, "Indonesia harus impor dari Singapura karena tidak ada pengilangan minyak yang bagus, yang menyebabkan kerugian negara yang cukup panjang."
Lebih lanjut, Dradjad menekankan pentingnya hilirisasi di sektor pertanian, yang menurutnya harus dilakukan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam.
"Pertanian itu berasal dari sumber daya yang terbarukan, kita tidak bisa mengulangi kesalahan yang terjadi pada industri kayu lapis. Kita harus belajar dari industri bubur kertas, memenuhi syarat kelestarian bukan hanya di Indonesia, tetapi juga kelestarian global," tuturnya.
Dradjad menjelaskan bahwa hilirisasi di sektor pertanian harus memenuhi tiga syarat kelestarian: kelestarian produksi, sosial, dan ekologi. "Lestari produksi dilihat dari sisi ekonomi, sementara kelestarian sosial harus melibatkan masyarakat adat dan tak ada diskriminasi gender. Kemudian, kelestarian ekologi harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan lingkungan, termasuk di Bali yang tidak boleh bergantung hanya pada turis saja," jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya menjaga kelestarian sumber daya air di Bali. "Bali sangat krusial karena Bali tergantung dengan turis. Turis perlu air, kalau Bali tidak menjaga kelestarian air, lama-lama orang jadi tidak mau ke Bali karena kurang air," kata Dradjad.
"Belum lagi kebutuhan air untuk penduduk. Kelestarian air harus dijaga di Bali. Turis datang ke Bali karena alamnya, karena sawah yang cantik, pantai yang indah, dan lainnya. Kalau itu tidak dijaga, turis akan kabur. Kelestarian adalah sumber bagi pertumbuhan," pungkasnya.
Kuliah umum ini mendapat sambutan hangat dari para mahasiswa dan dosen, yang semakin memahami pentingnya hilirisasi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Komentar