Bos AirAsia Bakal Temui Luhut, Bahas Mahalnya Harga Tiket Pesawat RI
JAKARTA, NusaBali - CEO AirAsia Tony Fernandes mengatakan bakal bertemu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk membahas solusi mahalnya harga tiket pesawat Indonesia.
Menurutnya, banyak masyarakat yang menyalahkan maskapai, termasuk AirAsia karena harga tiket mahal. Padahal ada banyak faktor yang menyebabkan tarif tinggi, termasuk kebijakan pemerintah.
"Banyak orang menyalahkan maskapai untuk tarif tiket. Kenyataannya kita harus membayar bahan bakar, kita harus menghadapi nilai tukar dan itu di luar kendali kita, yang mana kita ingin bicarakan dengan Pak Luhut nanti," ujarnya di Hotel Fairmont Jakarta, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Kamis (5/6).
Tony menyebutkan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi harga tiket pesawat. Pertama, bahan bakar avtur yang harganya di Indonesia sangat mahal, sehingga tarif tiket mengikuti.
"Harga bahan bakar di Indonesia jauh lebih tinggi daripada negara-negara Asean lainnya, sekitar 28 persen lebih tinggi. Bahkan lebih tinggi dibanding negara manapun, atau tertinggi di dunia," jelasnya.
Kedua, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlipat. Pajak ini tidak hanya untuk maskapai, tapi juga dikenakan kepada turis hingga pembelian suku cadang.
"Turis, industri, sparepart, semua dikenakan pajak. Padahal kita telah berbicara dengan Kementerian Keuangan selama beberapa tahun untuk menghapus pajak impor spare part ini," imbuhnya.
Ketiga, kebijakan penerapan tarif batas atas dan bawah. Menurutnya, kebijakan tersebut bukannya membuat harga tiket pesawat murah, tapi malah jadi mahal karena maskapai cenderung menggunakan tarif paling tinggi.
"Pembatasan justru membuat harga tiket menjadi lebih mahal. Jadi sebaiknya menghapus batas atas tarif," pungkasnya.
Mahalnya harga tiket pesawat Indonesia memang pernah disinggung Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Menurutnya, harga tiket pesawat Indonesia menjadi termahal kedua di dunia, hanya kalah dari Brasil. Bahkan, di negara Asean harga tiket pesawat dalam negeri paling mahal.
"Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara berpenduduk tinggi, harga tiket penerbangan Indonesia jadi yang termahal kedua setelah Brasil," ujar dia dalam unggahan di Instagram resmi pada Kamis (11/7) silam.
Karenanya, Luhut menilai pemerintah harus mencari cara untuk menurunkan harga tiket pesawat dengan cara mengevaluasi komponen pembentuk harga.
Komponen pembentuk harga yang akan dievaluasi paling awal adalah Cost Per Block Hour (CBH) karena porsinya paling besar dalam membentuk tarif. Ia menilai perlu diidentifikasi kembali rincian pembentuknya.7
Komentar