Banyak Dikirim Keluar, Harga Daging Babi Meroket
Pedagang
Daging Babi
Pasar Badung
Hari Raya Galungan
Hari Raya Kuningan
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH)
Nurul Hadiristiyantri
Akibat tingginya harga daging babi di pasaran, penjualan terutama untuk eceran terdampak.
DENPASAR, NusaBali
Harga babi jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan meroket. Dari yang sebelumnya rata-rata harga Rp 70.000 sampai Rp 75.000 per kilogram, kini menanjak jadi Rp 85.000 sampai Rp 90.000 per kilogram. Malah untuk bagian tertentu seperti bagian yang disebut samsam bisa tembus Rp 100.000 per kilogram. Sedangkan harga babi hidup antara Rp 50.000 sampai Rp 52.000 per kilogram.
Sejumlah pedagang menduga harga daging meroket lantaran banyak babi yang dikirim ke luar Pulau Bali. “Kalau tidak dikirim keluar, tidak begini harga daging,” ujar Ni Ketut Nonik, salah seorang pedagang babi di Denpasar, Jumat (6/9).
Kendati demikian, lanjutnya, kalangan pedagang harus mematuhi harga pasaran yang berlaku. Tujuannya agar tetap bisa berjualan, melayani masyarakat dan konsumen. Bila tak berani membeli dengan harga yang sama dengan yang dikirim keluar, pedagang tidak akan mendapatkan babi dipotong untuk dijual. “Dibilang dah tak ada barang (babi), padahal sebenarnya babi tersedia,” ucap Nonik.
Akibat tingginya harga daging babi di pasaran, penjualan terutama untuk eceran terdampak. Pembelian daging dirasakan berkurang. Banyak masyarakat yang biasanya beli daging babi, beralih pada produk lain, sebagai pengganti untuk memenuhi kebutuhan dapur. “Kalau dulu bisa beli be celeng (daging babi), sekarang mungkin beli yang lain,” kata Nonik.
Hal senada disampaikan I Ketut Wantara, pedagang daging lainnya. Menurut dia, harga daging babi saat ini ditengarai imbas dari banyaknya pengiriman keluar daerah. “Nggih (iya) karena banyak (babi) yang dikirim ke luar,” ujarnya.
Foto: Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Nurul Hadiristiyantri, S.Pt. MP. -NATA
Beruntung di tengah melemahnya pembelian eceran, penjualan dalam jumlah besar tetap jalan, di antaranya memasok keperluan restoran, rumah makan dan lainnya. “Kalau hanya mengandalkan penjualan di pasar, tidak begitu banyak. Kecuali hari raya baru lebih banyak,” ungkap Wantara.
Terkait harga daging babi untuk kebutuhan Hari Raya Galungan, pada hari Buda Keliwon, Wuku Dunggulan, Rabu (25/9) dan Kuningan, pada hari Saniscara Keliwon, Wuku Kuningan, Sabtu (5/10), para pedagang tak berani berandai-andai. “Kalau tetap babinya segitu, segini dah harganya. Kalau harga babi (hidup) naik, harga daging babi tentu ikut naik dengan sendiri,” ucapnya.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Nurul Hadiristiyantri, menyatakan kenaikan harga daging babi di pasaran saat ini bisa dibilang ada kaitannya dengan banyaknya pengiriman babi keluar daerah. “Kita banyak mengeluarkan (babi) untuk memenuhi daerah Kalimantan dan Sulawesi,” ujarnya. Sayangnya, tak disebutkan berapa banyak babi dari Bali yang dikirim ke luar daerah.
Disinggung jumlah populasi babi, Nurul mengatakan mengacu pada 2023, jumlah babi yang ada sekitar sekitar 380.000 ekor atau hampir mendekati 400.000 ekor. “Masih memenuhi (untuk kebutuhan di Bali),” katanya.
Di sisi lain, terkait ancaman penyakit ASF, Nurul mengatakan sampai saat ini tidak ada laporan. “Jadinya kalau dibilang, Bali saat ini masih aman dari ASF,” tegasnya.
Walaupun dari Kepmentan (Keputusan Menteri Pertanian) No 311 Tahun 2023 tentang Penetapan Status Situasi Penyakit Hewan, Bali masih berstatus tertular. “Namun saat ini kondisi di lapangan terkendali. Tidak ada penyakit ASF. Kasus tidak ada,” imbuh Nurul.
Walau demikian, Nurul mengimbau peternak tetap melakukan antisipasi. “Kita tetap menganjurkan masyarakat untuk membersihkan kandangnya, melalui bio security. Walaupun sebetulnya peternak sudah berpengalaman agar tak terkena ASF,” ucapnya. 7 k17
1
Komentar