Banjir Bandang Biluk Poh Berpotensi Terjadi Lagi
BPBD Deteksi Longsor Tutup Badan Sungai di Hulu
NEGARA, NusaBali - Banjir Bandang Sungai Biluk Poh di wilayah Kelurahan Tegal Cangkring-Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, berpotensi kembali terulang.
Sesuai hasil pemantauan terbaru, diketahui ada titik longsor di bagian hulu yang menutup sebagian badan sungai dan dikhawatirkan akan jebol ketika terjadi hujan deras di wilayah hulu.
Ancaman banjir bandang tersebut diakui Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, Minggu (8/9). Jelang musim hujan di akhir tahun 2024 ini, jajarannya sempat turun bersama pihak Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menyelidiki potensi banjir bandang di Daerah Aliran Sungai (DAS) Biluk Poh.
Pemantauan di wilayah hulu Sungai Biluk Poh itu pun dilakukan menggunakan drone. "Ada ditemukan longsor yang menutup sebagian badan sungai. Longsor di hulu itu berpotensi menjadi bendungan alami. Jika hujan deras dan jebol, bisa memicu banjir besar," ujar Agus Artana. Terkait temuan itu, kata Agus Artana, telah berusaha dikoordinasikan ke pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. Namun yang menjadi kendala, titik longsor yang membendung badan sungai itu terjadi di wilayah hulu dan sulit diakses kendaraan. "Mestinya itu dibongkar. Cuman kendalanya akses ke lokasi. Jangankan alat berat. Kalau pakai sepeda motor saja rasanya sulit," ucapnya.
Sebagai langkah antisipasi dampak banjir bandang, Agus Artana menyatakan, dari pihak BWS sempat melakukan upaya normalisasi sungai di seputaran Jembatan Biluk Poh. Namun pihaknya mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Biluk Poh untuk tetap waspada.
Bencana banjir bandang di Sungai Bilukpoh di perbatasan Kelurahan Tegalcangring dan Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini terakhir terjadi 16 Oktober 2022 lalu. Saat itu, banjir bandang akibat meluapnya Sungai Bilukpoh ini menghanyutkan sejumlah rumah, kendaraan, ternak hingga dua jembatan putus. Bahkan sebanyak 127 kepala keluarga (KK) terpaksa harus mengungsi karena rumah mereka diporakporandakan banjir. Parahnya lagi, banjir bandang membuat jalur utama Denpasar-Gilimanuk lumpuh akibat Jembatan Biluk Poh dipenuhi material banjir dan jembatan di jalur alternatif juga terputus.
Saat peristiwa banjir itu, tidak ada hujan di wilayah setempat. Namun luapan air terjadi karena banjir dari wilayah hulu yang akhirnya meluap hingga menyapu rumah ratusan warga di dua wilayah tersebut. "Di sini tidak ada hujan. Cuma banjir dari gunung (hulu) dan airnya terus naik sedikit demi sedikit. Karena saluran sungai di bawah jembatan tertutup kayu, akhirnya air naik. Kayu-kayu juga sampai naik ke jembatan," ujar I Made Ruki,62, warga Lingkungan Biluk Poh Kangin yang rumahnya hancur akibat banjir bandang tersebut, kala itu.
Saat terjadi banjir bandang yang meluap ke pemukiman warga, untungnya tidak sampai menyebabkan korban jiwa maupun korban luka. Sebab, sebelum air naik ke pemukiman warga, mereka sudah dievakuasi ataupun mengungsi ke sejumlah rumah kerabat yang lebih aman. Hanya saja banjir memporak-porandakan rumah ratusan warga. Termasuk menyapu sejumlah kendaraan dan perabotan rumah tangga yang belum sempat dievakuasi warga. 7 ode
1
Komentar