Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Ngejot Bantu Masyarakat Kurang Mampu
SINGARAJA, NusaBali - Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja, kembali menggelar kegiatan ngejot (berbagi) kepada sejumlah warga di di lingkungan kampus.
Total ada 40 sasaran penyaluran bantuan paket sembako, di Desa Petandakan, Desa Penglatan, Lingkungan Padangkeling dan Lingkungan/Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Ketua Panitia Widya Yeni, Minggu (8/9) kemaron mengungkapkan, ngejot ini dimulai tahun lalu yang dirangkaikan dengan kegiatan HUT HMPS Ilmu Komunikasi. Program ini tercetus karena kepedulian mahasiswa kepada masyarakat yang masih banyak hidup dalam himpitan kesulitan ekonomi.
Panitia pun melakukan penggalangan dana di internal kampus. Selain juga menggandeng komunitas sosial, Buleleng Sosial Community (BSC) dan Yayasan Sesama. Target sasaran yang dituju pun dikomunikasikan sebelumnya dengan perangkat desa dan kelurahan. Hal ini untuk memastikan bantuan yang diberikan tepat sasaran dan benar-benar membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan uluran tangan.
“Kami prioritaskan yang sudah lansia, kemudian hidup sendiri dan sudah kesulitan untuk mencari nafkah karena keterbatasannya. Walaupun bantuannya tidak seberapa, tetapi kami berharap bisa membantu meringankan beban barang beberapa hari untuk pemenuhan pangan,” terang Widya.
Hal mendasar lain yang menjadi tujuan ngejot menurut Widya lebih pada menggugah rasa kepedulian mahasiswa sebagai generasi penerus terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa juga dituntut memiliki kepekaan sosial masyarakat yang tinggi, sebagai bekal nanti berbaur di masyarakat. Widya pun berharap melalui kegiatan sederhana mereka bisa menginspirasi dan menggugah orang lain untuk peduli sesama.
Sementara itu salah satu penerima bantuan Luh Setiari, 75, warga Lingkungan Padangkeling, Kelurahan Banyuning, Buleleng, merasa sangat bersyukur dibantu mahasiswa STAHN Mpu Kuturan. Setiari sejak ditinggal suaminya yang telah berpulang ke rumah Tuhan hidup sebatang kara. Dia tidak memiliki keturunan, sehingga tidak ada yang menanggung jawabkan hidupnya di usia renta.
Keterbatasan fisik di usia tua membuat Setiari tidak dapat mencari nafkah maksimal. Tidak ada penghasilan tetap yang bisa diandalkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beruntung selama ini banyak tetangga dan keponakannya yang peduli berbagi rejeki untuk menyambung hidupnya.7 k23
Komentar