OJK : Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil
JAKARTA NusaBali - Otoritas Jasa Keuangan(OJK) menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil yang didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat tensi geopolitik serta perlambatan perekonomian global. Hal tersebut berdasarkan hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Departemen Literasi Keuangan dan Komunikasi OJK, Aman Santosa menyatakan hal tersebut. “Kinerja perekonomian global secara umum masih melemah dengan tingkat inflasi yang cenderung termoderasi,” jelasnya melalui siaran pers, Jumat (6/9).
Kondisi tersebut diiringi dengan cooling down pasar tenaga kerja AS yang mendorong The Federal bersikap dovish ( merangsang aktivitas ekonomi dan lapangan pekerjaan) sehingga meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan di 2024.
Di domestik, pertumbuhan ekonomi tercatat di atas ekspektasi didorong naiknya konsumsi rumah tangga dan investasi. “Tingkat inflasi inti masih terjaga dan surplus neraca perdagangan berlanjut,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi yang masih baik juga tercermin dari peningkatan kinerja emiten di Triwulan 2 2024, antara lain terlihat dari pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang tumbuh masing-masing sebesar 4,94 persen dan 2,73 persen yoy (Triwulan 1 2024: 2,64 persen dan 2,29 persen).
“Namun demikian, perlu dicermati pemulihan daya beli yang saat ini berlangsung relatif lambat,” Aman Santosa mengingatkan. Kinerja fungsi intermediasi perbankan terus melanjutkan tren peningkatan. Pada Juli 2024, secara mtm kredit meningkat sebesar Rp36,21 triliun, atau tumbuh sebesar 0,48 persen mtm.
Sedang secara tahunan, pertumbuhan penyaluran kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 12,40 persen yoy menjadi Rp7.514,6 triliun, didorong o kredit korporasi tumbuh sebesar 18,06 persen.
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,20 persen, diikuti Kredit Modal Kerja 11,60 persen. Sedangkan Kredit Konsumsi 10,98 persen. Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 14,51 persen yoy.
“Sejalan dengan Kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif,” ujarnya Pada Juli 2024, DPK tercatat tumbuh sebesar 7,72 persen yoy menjadi Rp8.686,7 triliun, dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 10,73 persen yoy.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross perbankan yang relatif stabil di level 2,27 persen dan NPL net sebesar 0,79 persen . Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 10,27 persen Rasio LaR tersebut juga mendekati level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019. K17
Komentar