Dari Pemutaran Film dan Pameran Arsip Maestro I Made Sija, Dalang Ruwat Wayang Arja
Jejak Keteladanan dan Kiprah Sang Maestro dalam Berkesenian
Kegiatan ini berupaya menghadirkan ingatan dan kenangan untuk merayakan cinta, nilai, dan memori kebersamaan dengan sang Maestro I Made Sija
GIANYAR, NusaBali
Sanggar Paripurna menyelenggarakan acara A Tribute to Maestro I Made Sija dengan agenda Pemutaran Film dan Pameran Arsip di Sanggar Paripurna, Banjar Dana, Desa Bona Kelod, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar yang berlangsung pada, Senin (9/9) malam.
Film dokumenter ‘I Made Sija, Sang Guru Loka’ berdurasi 30 menit merupakan karya sutradara Vanesa Martida, alumnus Magister Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Film tersebut mengungkap sosok dan kiprah Maestro Dalang I Made Sija dalam kesehariannya di usia senja, arsip-arsip peristiwa berkesenian selama ini hingga upacara pengabenan saat sang Maestro berpulang pada bulan Juni 2024.
Film dokumenter tersebut digarap dari tahun 2023 hingga bulan Juli 2024. Film ini diproduksi dengan dana hibah dari program Dana Indonesiana Kemendikbudristek dan LPDP Kemenkeu RI pada fasilitasi tahun 2023, dalam bidang Dokumentasi Karya Pengetahuan Maestro (DKPM) dan OPK Rawan Punah. I Made Sidia, selaku putra ketiga Maestro I Made Sija sekaligus pimpinan Sanggar Paripurna mengungkapkan pemutaran film ini bertujuan agar generasi muda nantinya dapat meneladani jejak dan kiprah sang maestro dalam berkesenian serta sikap sosialnya yang senang mengabdi untuk masyarakat.
“Dewasa ini, di era digitalisasi dengan penyebaran informasi yang instan dan beragam, orang-orang cepat sekali lupa, termasuk juga ingatan dan apresiasi seseorang kepada orang lain. Momen ini menjadi sangat penting untuk menghargai Sang Maestro I Made Sija,” ungkap Sidia. Sementara pameran Arsip ‘Sudut Memori Sang Maestro’ dirancang oleh cucu I Made Sija, yakni I Putu Agus Widia Purnamia bersama tim. Tidak hanya memamerkan karya cipta Made Sija berupa karakter wayang khususnya Wayang Arja, juga berbagai jenis topeng, alat musik, dan benda-benda seni lainnya.
Selain itu, juga akan diajak menelusuri kenangan sehari-hari berupa benda-benda yang digunakan sang Maestro saat berada di rumah, ngayah ataupun pentas. Ada cat rambut yang menolak kering, wastra Bali yang bersahaja, rekaman musik, dan benda keseharian yang puitik.
I Made Sija merupakan salah satu maestro Bali asal Desa Bona Kelod, Blahbatuh, Gianyar yang lahir tahun 1933. Ia adalah satu-satunya Dalang di Bali sebagai pencipta Wayang Arja (1975) sekaligus Dalang Ruwat. I Made Sija telah mendedikasikan diri untuk seni wayang dan pedalangan selama puluhan tahun. Ia mendirikan Sanggar Paripurna pada tahun 1990. Sang Maestro telah menerima banyak penghargaan, di antaranya Piagam Dharma Kusuma Madia (1989) oleh Gubernur Bali, Piagam Wija Kusuma oleh Bupati Gianyar (1989), Penghargaan dari Pemerintah Pusat Menteri Lingkungan Hidup (1999), Anugerah Lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup (2006), Penghargaan Seni Tradisi (Maestro) dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI (2007), Penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia (2011), dan lainnya.
Ketertarikan pada seni pedalangan berawal dari kesenangannya menonton pertunjukan wayang semasih kecil. I Made Sija adalah maestro yang tidak hanya fasih dengan satu keahlian. Untuk mendukung kegiatan berkesenian, Sija belajar hampir seluruh jenis kesenian, seperti topeng, arja, calonarang, gender wayang, gamelan, menatah wayang, pemahat topeng, membuat berbagai jenis perangkat upakara di Bali seperti gayah, palagembal, bade, dan lembu upacara ngaben. Wayang Arja diciptakan oleh Sija tahun 1975 atas keprihatinannya terhadap seni pertunjukan arja yang sudah mulai jarang dibawakan karena maraknya pementasan Drama Gong yang populer.
Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat). Sang Maestro berpulang pada tanggal 3 Juni 2024. Lewat ingatan anak-anak, cucu, murid, dan orang-orang terdekatnya, kegiatan ini berupaya menghadirkan ingatan dan kenangan untuk merayakan cinta, nilai, dan memori kebersamaan dengan sang Maestro. Acara pemutaran film dan pameran arsip dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk tokoh budaya, seniman, dan masyarakat umum yang ingin lebih memahami seni dan budaya Bali. 7 nvi
Komentar