Puncak Ngaben Massal, Desa Adat Batuan Gelar Upacara Nilapati
GIANYAR, NusaBali - Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar menggelar Pitra Yadnya Mamukur/Nyekah Nilapati pada Sukra Pon Julungwangi, Jumat (13/9) hingga Saniscara Wage Julungwangi, Sabtu (14/9) hari ini. Nilapati digelar sebagai puncak prosesi penyucian serta peningkatan roh leluhur. Ini menjadi tahapan terakhir rangkaian upacara Pitra Yadnya ngaben massal di Desa Batuan.
Ketua Umum I Wayan Sudha seizin Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan menjelaskan prosesi ini diikuti 104 Puspa Sekah dan 1 Sangge Bhatara Lingga. Nilapati digelar dengan harapan Hyang Pitara dapat menyatu dengan Brahman. Menyatu dengan sang pencipta atau disebut dengan moksa. “Karena sesungguhnya tujuan agama Hindu adalah Moksartham Jagadhita ya Ca Iti Dharma,” jelas Wayan Sudha.
Dalam pelaksanaan upacara Nilapati, daksina linggih yang menyimbolkan Bhatara Hyang akan dipralina dengan cara dibakar. Abunya dimasukkan ke dalam bungkak nyuh gading lalu ditanam di belakang palinggih Rong Tiga. Hal ini menyimbolkan bahwa Dewa Pitara atau Hyang Pitara dijadikan konsep menuju nol atau kosong (sunia). Maka Bhatara Hyang yang telah disucikan dilinggihkan atau ditempatkan di ruang paling tengah palinggih Rong Tiga. “Dengan harapan Hyang Pitara bisa menyatu dengan Brahman,” ujar pensiunan ASN Pemkab Gianyar ini.
Rangkaian prosesi Nilapati dimulai dari ngangkid di Pantai Purnama yang dipuput Ida Pandita Mpu Kidul Dwija Maha Sidhi Manik Mas Griya Sakti Kidul Pancaka Tirta Manik Mas Batuan. Dilanjutkan dengan ngajum sekah di Bale Payadnyan, jaba Pura Dalem Alas Arum, nunas toya ning di Pura Beji, mendak lembu, ngaub puspa, mapetik, lan mapurwadhaksina. Selanjutnya Puspa munggah ring Petak dipuput 4 sulinggih. Setelah itu pangaskara, puja pitra, pamrelina, dan ngeliwet dipuput 3 sulinggih. “Malamnya mralina sekah atau ngeseng, ngambe lan ayaban Sekah Tunggal,” jelasnya.
Sebelumnya telah berlangsung puncak ngaben massal yang diikuti 30 sawa pada Saniscara Paing Warigadean, Sabtu (7/9). Ngaben massal di Desa Adat Batuan tidak menggunakan petulangan mewah berupa lembu, singa, atau bentuk lainnya. Hanya bebean, petulangan sederhana. “Pertimbangannya kesetaraan dan kebersamaan. Tujuan kita kan untuk kebersamaan, menekan ego,” terang Sudha.
Upacara Pitra Yadnya ini dibiayai sebagian besar dari Desa Adat Batuan. Komposisinya, 50% dana desa adat, 30% dana LPD Batuan, sisanya pangarep dan punia dari pemerintah maupun swasta. Perkiraan biaya yang dihabiskan Rp 300 juta. “Desa menyiapkan dana hampir mendekati Rp 300 juta lebih,” jelasnya. Sesuai pararem, upacara Pitra Yadnya massal digelar rutin setiap 3 tahun sekali. 7 nvi
1
Komentar