Bali Mau Dibawa ke Mana? Muralis Menjawab Lewat Seni Visual
DENPASAR, NusaBali.com - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 semakin dekat. Pemimpin Bali lima tahun ke depan akan ditentukan, nasib Bali lima tahun ke depan juga akan adili. Lantas, Bali mau dibawa ke mana?
Setiap individu di Pulau Dewata ini punya definisi Bali yang ideal atau Bali yang diinginkan. "Dan, itu terkadang tidak mudah diungkapkan kata-kata, seni bisa yang bisa," ungkap Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan, Sabtu (14/9/2024) pagi.
Lidartawan menuturkan, kultur masyarakat Bali yang 'koh ngomong' atau malas berbahas dan tabiatnya sebagai masyarakat tutur menjadikan seni pintu masuk ideal. Pesan yang disampaikan dalam kemasan seni dinilai lebih menarik dan mudah dicerna masyarakat.
Untuk itu, jelang Pilkada Serentak 2024 ini, di mana masyarakat Bali bakal menentukan nasibnya lima tahun ke depan, KPU Bali membuka ruang ekspresi seni. Seniman muda, muralis, diajak mengungkapkan, mau dibawa ke mana pulau kecil ini ke depan.
"Nanti kami lihat muralnya yang bertema 'Bali yang Diinginkan'. Jadi, menurut muralis ini mau jadi apa sih Bali ini ke depan," tutur Lidartawan, ditemui awak media di Sekretariat KPU Bali, Jalan Cok Agung Tresna Nomor 8, Niti Mandala, Denpasar, Sabtu pagi.
Sebanyak 13 muralis diundang melakukan live painting di halaman Sekretariat KPU Bali. Karya mural belasan muralis ini juga dilombakan. Juri AA Gde Bagus Udayana menjelaskan, 13 muralis ini dijaring dari sekitar 75 karya poster-mural yang didaftarkan kontestan.
"Dari sekitar 75 karya yang masuk itu kami menjaring 10 terbaik lomba poster dan 13 terbaik lomba mural. Lomba mural ini bisa disaksikan hari ini di sini," ujar Udayana di sela acara, Sabtu pagi.
Meski bertema 'Bali yang Diinginkan', nyatanya beberapa muralis justru memakai teori paradoks. Alih-alih melukis Bali yang utopia, muralis seperti Komang 'Genetik' Merta Sudana dan I Komang Zico memilih menampilkan kritik terhadap situasi kini yang diharapkan tidak terjadi.
Genetik memvisualisasikan efek serangan fajar yang menyerbu pemilih jerang pencoblosan, hati nurani rakyat terbeli secara instan. "Tanpa memikirkan dampak lima tahun ke depan seperti apa. Saya mengkritisi serangan fajar karena menghancurkan demokrasi," beber Genetik.
Sedangkan Zico mengkritisi janji manis politisi di tahun-tahun politik yang tidak pernah terealisasi. Ia melukis sosok pemimpin di dalam simbol rambu/peringatan larangan yang bermakna memboikot politisi penebar janji tanpa aksi nyata.
"Saya pribadi menginginkan agar pemimpin itu tindak janji semata, menjanjikan kebahagiaan, kemajuan, tapi harus bisa memberikan bukti nyata," tegas Zico yang juga mahasiswa Desain Komunikasi Visual di ISI Denpasar ini.
Sementara itu, Udayana selaku juri mengapresiasi KPU Bali karena telah mewadahi insan kreatif untuk berekspresi via medium seni di tahun politik ini. Ia berharap masukan dalam kemasan seni karya orang-orang kreatif demi masa depan Bali ini bisa bermanfaat.
Selain lomba poster dan mural, KPU juga memamerkan karikatur dengan tema yang sama. Karya-karya para seniman yang sarat pesan kepada calon pemimpin ini akan menghiasi setiap sudut Sekretariat KPU Bali hingga Senin (23/9/2024) nanti.
Senin nanti, bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali yaitu Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta dan Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana akan hadir untuk pengundian nomor urut. Harapannya, pesan yang tersirat pada poster, mural, dan karikatur itu dilihat para calon pemimpin Bali. *rat
Lidartawan menuturkan, kultur masyarakat Bali yang 'koh ngomong' atau malas berbahas dan tabiatnya sebagai masyarakat tutur menjadikan seni pintu masuk ideal. Pesan yang disampaikan dalam kemasan seni dinilai lebih menarik dan mudah dicerna masyarakat.
Untuk itu, jelang Pilkada Serentak 2024 ini, di mana masyarakat Bali bakal menentukan nasibnya lima tahun ke depan, KPU Bali membuka ruang ekspresi seni. Seniman muda, muralis, diajak mengungkapkan, mau dibawa ke mana pulau kecil ini ke depan.
"Nanti kami lihat muralnya yang bertema 'Bali yang Diinginkan'. Jadi, menurut muralis ini mau jadi apa sih Bali ini ke depan," tutur Lidartawan, ditemui awak media di Sekretariat KPU Bali, Jalan Cok Agung Tresna Nomor 8, Niti Mandala, Denpasar, Sabtu pagi.
Sebanyak 13 muralis diundang melakukan live painting di halaman Sekretariat KPU Bali. Karya mural belasan muralis ini juga dilombakan. Juri AA Gde Bagus Udayana menjelaskan, 13 muralis ini dijaring dari sekitar 75 karya poster-mural yang didaftarkan kontestan.
"Dari sekitar 75 karya yang masuk itu kami menjaring 10 terbaik lomba poster dan 13 terbaik lomba mural. Lomba mural ini bisa disaksikan hari ini di sini," ujar Udayana di sela acara, Sabtu pagi.
Meski bertema 'Bali yang Diinginkan', nyatanya beberapa muralis justru memakai teori paradoks. Alih-alih melukis Bali yang utopia, muralis seperti Komang 'Genetik' Merta Sudana dan I Komang Zico memilih menampilkan kritik terhadap situasi kini yang diharapkan tidak terjadi.
Genetik memvisualisasikan efek serangan fajar yang menyerbu pemilih jerang pencoblosan, hati nurani rakyat terbeli secara instan. "Tanpa memikirkan dampak lima tahun ke depan seperti apa. Saya mengkritisi serangan fajar karena menghancurkan demokrasi," beber Genetik.
Sedangkan Zico mengkritisi janji manis politisi di tahun-tahun politik yang tidak pernah terealisasi. Ia melukis sosok pemimpin di dalam simbol rambu/peringatan larangan yang bermakna memboikot politisi penebar janji tanpa aksi nyata.
"Saya pribadi menginginkan agar pemimpin itu tindak janji semata, menjanjikan kebahagiaan, kemajuan, tapi harus bisa memberikan bukti nyata," tegas Zico yang juga mahasiswa Desain Komunikasi Visual di ISI Denpasar ini.
Sementara itu, Udayana selaku juri mengapresiasi KPU Bali karena telah mewadahi insan kreatif untuk berekspresi via medium seni di tahun politik ini. Ia berharap masukan dalam kemasan seni karya orang-orang kreatif demi masa depan Bali ini bisa bermanfaat.
Selain lomba poster dan mural, KPU juga memamerkan karikatur dengan tema yang sama. Karya-karya para seniman yang sarat pesan kepada calon pemimpin ini akan menghiasi setiap sudut Sekretariat KPU Bali hingga Senin (23/9/2024) nanti.
Senin nanti, bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali yaitu Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta dan Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana akan hadir untuk pengundian nomor urut. Harapannya, pesan yang tersirat pada poster, mural, dan karikatur itu dilihat para calon pemimpin Bali. *rat
1
Komentar