nusabali

Lomba Mural dan Poster Songsong Pilkada 2024

Jangan Rusak Demokrasi Jadi Democrazy!

  • www.nusabali.com-lomba-mural-dan-poster-songsong-pilkada-2024

Fenomena serangan fajar sudah menjadi rahasia umum. Meski begitu efek politik uang tersebut pelan-pelan telah menggeroti demokrasi itu sendiri. Masyarakat menjadi skeptis terhadap kredibilitas Pilkada atau Pemilu.

DENPASAR, NusaBali 
Komang 'Gennetik' Merta Sedana, 34, terlihat serius mengusap kuas di atas media papan di depannya. Komang Gennetik tengah mengikuti lomba mural dan poster yang digelar KPU Bali dalam rangka menyambut Pilkada serentak 2024, Sabtu (14/9). 

Sebagai warga Bali muralis asal Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Tabanan, ini juga merasa punya tanggung jawab terhadap jalannya demokrasi di Pulau Dewata. Bersama rekan satu timnya, Komang Gennetik menggambarkan bagaimana ‘serangan fajar’ atau politik uang sangat membahayakan jalannya demokrasi khususnya di masa pemilihan. 

“Ini saya visualkan ibu-ibu yang kesehariannya jual daging hati atau ampela, tahu-tahu sehari sebelum Pilkada berubah jualan hati nurani dan suara rakyat,” ujarnya. 

Menurut Komang Gennetik, fenomena serangan fajar sudah menjadi rahasia umum. Meski begitu efek politik uang tersebut pelan-pelan telah menggeroti demokrasi itu sendiri. Masyarakat menjadi skeptis terhadap kredibilitas Pilkada atau Pemilu. 

“Merusak demokrasi menjadi democrazy,” ujar pria humoris ini. 

Dengan mural yang dilukisnya, Komang Gennetik ingin menggugah kesadaran masyarakat bahwa Pilkada bukan sekadar ajang pemilihan pemimpin. Tapi pilkada akan memengaruhi jalannya pembangunan Bali lima tahun ke depan. 

Mural, kata Komang Gennetik, merupakan salah satu seni propaganda. Karya-karya muralis mengambil media tembok-tembok bangunan di ruang publik sehingga masyarakat luas lebih mudah melihatnya. 

Komang 'Gennetik' Merta Sedana, Jango, dan I Dewa Gede Agung –IST 

Karya Komang Gennetik sendiri telah menjejak di beberapa sudut Kota Denpasar (Jalan Setiabudi), Seminyak, Canggu, hingga kawasan Bedugul, Tabanan. 

Sama dengan profesi lainnya, menjadi muralis juga punya tantangan. Mencari media corat-coret di ruang publik seringkali harus berbenturan dengan izin dari pihak pemilik bangunan tersebut. Padahal, lokasi bangunan tersebut sangatlah strategis untuk menyuarakan karya-karya seniman mural.  “Kalaupun diizinkan kadang-kadang kita disuruh bayar, karena dikira iklan provider,” ungkapnya. 

Menurut Komang Gennetik, jumlah seniman mural di Bali tidak begitu jelas. Dia sendiri menggambarkan muralis di Bali bergerak di bawah tanah (underground). Seringnya muralis memiliki profesi lain untuk menopang kehidupannya. Komang Gennetik sendiri, selain menggeluti seni lukis, juga mengembangkan usaha tanaman hias. 

Dari pengamatannya para seniman mural saat ini tidak selalu membuat karya-karya propagandis. Untuk menopang hidup para seniman mural ini juga menggarap keinginan pasar yang ingin mengiklankan produknya di area publik atau pun menghias sudut-sudut tempat usaha. “Kayak gambar di hotel-hotel, kafe-kafe,” kata alumnus ISI Denpasar, ini. 

Selain mural, karya seni kartun juga telah dikenal luas dengan daya kritis mengamati keseharian. Dalam lomba mural dan poster ini KPU Bali juga menghadirkan pameran kartun yang sesuai dengan tema lomba ‘Bali yang Diinginkan’. 

Kartunis Bali, Jango Paramartha, yang turut membawa karya-karyanya mengatakan 30 kartun dari para kartunis terbaik Bali menggambarkan harapan-harapan mereka untuk Bali yang lebih baik. “Jangan sampai politik dan adat berbenturan, jangan sampai ada pengangguran,” ujarnya. 

Menurut Jango, para kartunis harus mampu menangkap suara Masyarakat, khususnya di lapisan bawah. Karena itu, kata dia, apa yang diaspirasikan bukan hanya suara pribadi namun juga suara khalayak. 

Jango mengajak masyarakat untuk menjaga sikap kritis di tengah berbagai kemajuan yang telah ada. Menurutnya masih banyak tantangan yang harus dihadapi Bali di masa depan. Dia mengingatkan, Bali masih menghadapi persoalan besar seperti sampah, kemacetan, tata ruang kota, hingga perilaku sebagian wisatawan asing yang melukai hati masyarakat lokal di Bali. Jango berharap para calon pemimpin Bali punya solusi konkret menghadapi persoalan-persoalan tersebut. 

“Harapan saya dalam kampanye nanti pemimpin jangan bilang Bali Jagadhita, Ajeg Bali, tapi saya akan selesaikan sampah dengan cara ini,” tekannya. 

Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan menyampaikan, lomba mural dan poster serta pameran kartun dilakukan untuk menyerap aspirasi para seniman mural di Bali. Melalui media gambar para seniman menyuarakan keresahan dan harapan untuk Bali di masa depan. 

“Hari ini kita melakukan sesuatu yang berbeda dalam rangka menyerap aspirasi dari pada teman-teman seniman pelukis jalanan yang sering corat-coret tembok di mana-mana,” ujar Lidartawan. 

Lidartawan mengungkapkan, karya-karya mural dan poster yang dilombakan akan dipajang di halaman Kantor KPU Bali pada tanggal 23 September 2024 yang merupakan tanggal pengundian nomor urut paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali. Dari sana Lidartawan berharap para calon pemimpin Bali semakin tergerak membawa Bali ke arah yang lebih baik. 

Lidartawan mengatakan, kegiatan lomba mural yang identik dengan anak muda juga diharapkan meningkatkan animo kalangan muda dengan Pilkada serentak 2024. Menurutnya para pemilih muda harus didekati secara berbeda untuk menggunakan hak pilihnya pada 27 November 2024 nanti, sehingga target partisipasi pemilih 75 persen dapat tercapai dalam Pilgub dan Pilwagub Bali. “Untuk menggerakkan 56 persen milenial harus dibuat sesuatu yang beda,” kata mantan Ketua KPU Kabupaten Bangli.7a 

Komentar