IICC 2024: Anjangsana Jejak Masa Lalu Pertemuan Budaya India dan Nusantara
DENPASAR, NusaBali.com - Budaya yang diwarisi Nusantara kala ini tidak lepas dari pengaruh peradaban yang lebih maju. Satu di antaranya adalah yang dibawa dari tanah anak benua, India.
Ramayana dan Mahabharata kini masih dilestarikan di Nusantara, terlepas latar belakang budaya dan agama. Dua itihasa ini berasal dari tanah India yang masing-masing digubah Maharsi Walmiki dan Wyasa di dua zaman berbeda.
Bali sendiri mengenal perjalanan Rsi Markandeya yang jejaknya masih ada di Desa Taro, Tegallalang, Gianyar. Perjalan sang rsi berangkat dari Kolkata, ke Odhisa, India sampai ke Walidwipa (Bali) dan mendirikan Pura Agung Besakih sekitar abad ke-13 Masehi.
Hubungan dari masa lalu ini ada karena India dan Nusantara terhubung Samudera Hindia. Perdagangan menjadi mungkin, pertukaran penduduk, budaya berjalan seiring, hingga menumbuhkan peradaban baru seperti kerajaan yang akhirnya membina kesenian, arsitektur, sastra, dan keagamaan.
Jejak masa lalu ini mempengaruhi budaya khususnya di Nusantara kiwari dan masa depan. Untuk itu, puluhan akademisi dan praktisi kebudayaan berkumpul di Hyatt Regency Sanur, Denpasar, Minggu (15/9/2024) untuk India Indonesia Cultural Conference (IICC) 2024.
"Di masa kini, kita melupakan jejak masa lalu itu. Orang bilang jangan tersandera masa lalu, tapi nyatanya masa lalu itu mencuri perhatian, yang jadi dasar hubungan kita di masa kini dan membantu membangun masa depan," ujar Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty, ditemui di sela acara.
Diplomat senior yang bertugas di tanah air sejak 2023 ini menyadari bahwa India dan Indonesia memiliki banyak kesamaan budaya dan peradaban. Hal ini telah belaku sejak berabad-abad lalu yang sama-sama memperkaya kebudayaan kedua negara.
Kata Sandeep, cendekiawan Indonesia dan India akan duduk bersama menganjangsana jejak pertemuan kedua budaya dan peradaban di masa lalu. Di mana, buah dari pertemuan ini kini bisa ditelusuri di berbagai bidang kebudayaan seperti seni, kuliner, sastra, bangunan, dan lain-lain.
Tokoh persahabatan Indonesia-India yang juga pendiri Ashram Gandhi Puri, Ida Rsi Putra Manuaba menuturkan, menganjangsana pertemuan budaya kedua negara tidak saja soal masa lalu. Tetapi soal masa kini dan persiapan membangun masa depan.
Kata Ida Rsi, sejarah telah membuktikan bahwa khususnya Bali dan India terhubung dari masa lalu, seperti perjalanan Rsi Markandeya. "Untuk itu, kita berpikir masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bagaimana juga kita agar melihat hubungan ini dari dua sisi tidak sepihak-sepihak," imbuh Ida Rsi.
Pengagum dan penghayat nilai Mahatma Gandhi ini menggagas program Titi Banda untuk membangun hubungan antarmasyarakat Indonesia-India. Program ini untuk memperkaya perspektif masyarakat terhadap kedua negara secara dua arah.
"Dari 1992 sampai sekarang, saya bisa melihat bagaimana perkembangan teknologi di India yang luar biasa. Untuk itu, ke depan kita harus berpikir bagaimana bisa membangun jembatan (jejak masa lalu) itu kembali," beber Ida Rsi di sela acara konferensi.
Sementara itu, Konsul Jenderal India di Bali Dr Shashank Vikram menjelaskan, IICC 2024 bertajuk Echoes across the Waves: Revisiting the Intersections of India and Indonesia’s Shared Cultural Heritage ini menghasilkan Deklarasi Bali yang dimotori Institute of Social and Cultural Studies (ISCS) India dan Maulana Abul Kalam Azad Institute of Asian Studies (MAKAIAS).
"Selain Deklarasi Bali, di akhir acara juga akan ada penandatanganan tujuh nota kesepahaman antara ISCS dengan empat perguruan tinggi di Bali. Ini terlihat ringkas tapi sudah dipersiapkan sejak enam bulan terakhir," tutur Dr Vikram kepada NusaBali.com usai acara pembukaan IICC 2024, Minggu pagi.
Empat perguruan tinggi di Bali yang disebut Dr Vikram menandatangani nota kesepahaman itu adalah Politeknik Negeri Bali, Universitas Dwijendra, UHN IGB Sugriwa Denpasar, dan Universitas Udayana.
Untuk diketahui, IICC 2024 sendiri dimotori oleh beberapa instansi asal India seperti Konsulat Jenderal India di Bali di bawah Kedutaan Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste, MAKAIAS di bawah Kementerian Kebudayaan India, Indian Ocean Research Centre, dan ISCS.*rat
Bali sendiri mengenal perjalanan Rsi Markandeya yang jejaknya masih ada di Desa Taro, Tegallalang, Gianyar. Perjalan sang rsi berangkat dari Kolkata, ke Odhisa, India sampai ke Walidwipa (Bali) dan mendirikan Pura Agung Besakih sekitar abad ke-13 Masehi.
Hubungan dari masa lalu ini ada karena India dan Nusantara terhubung Samudera Hindia. Perdagangan menjadi mungkin, pertukaran penduduk, budaya berjalan seiring, hingga menumbuhkan peradaban baru seperti kerajaan yang akhirnya membina kesenian, arsitektur, sastra, dan keagamaan.
Jejak masa lalu ini mempengaruhi budaya khususnya di Nusantara kiwari dan masa depan. Untuk itu, puluhan akademisi dan praktisi kebudayaan berkumpul di Hyatt Regency Sanur, Denpasar, Minggu (15/9/2024) untuk India Indonesia Cultural Conference (IICC) 2024.
"Di masa kini, kita melupakan jejak masa lalu itu. Orang bilang jangan tersandera masa lalu, tapi nyatanya masa lalu itu mencuri perhatian, yang jadi dasar hubungan kita di masa kini dan membantu membangun masa depan," ujar Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty, ditemui di sela acara.
Diplomat senior yang bertugas di tanah air sejak 2023 ini menyadari bahwa India dan Indonesia memiliki banyak kesamaan budaya dan peradaban. Hal ini telah belaku sejak berabad-abad lalu yang sama-sama memperkaya kebudayaan kedua negara.
Kata Sandeep, cendekiawan Indonesia dan India akan duduk bersama menganjangsana jejak pertemuan kedua budaya dan peradaban di masa lalu. Di mana, buah dari pertemuan ini kini bisa ditelusuri di berbagai bidang kebudayaan seperti seni, kuliner, sastra, bangunan, dan lain-lain.
Tokoh persahabatan Indonesia-India yang juga pendiri Ashram Gandhi Puri, Ida Rsi Putra Manuaba menuturkan, menganjangsana pertemuan budaya kedua negara tidak saja soal masa lalu. Tetapi soal masa kini dan persiapan membangun masa depan.
Kata Ida Rsi, sejarah telah membuktikan bahwa khususnya Bali dan India terhubung dari masa lalu, seperti perjalanan Rsi Markandeya. "Untuk itu, kita berpikir masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bagaimana juga kita agar melihat hubungan ini dari dua sisi tidak sepihak-sepihak," imbuh Ida Rsi.
Pengagum dan penghayat nilai Mahatma Gandhi ini menggagas program Titi Banda untuk membangun hubungan antarmasyarakat Indonesia-India. Program ini untuk memperkaya perspektif masyarakat terhadap kedua negara secara dua arah.
"Dari 1992 sampai sekarang, saya bisa melihat bagaimana perkembangan teknologi di India yang luar biasa. Untuk itu, ke depan kita harus berpikir bagaimana bisa membangun jembatan (jejak masa lalu) itu kembali," beber Ida Rsi di sela acara konferensi.
Sementara itu, Konsul Jenderal India di Bali Dr Shashank Vikram menjelaskan, IICC 2024 bertajuk Echoes across the Waves: Revisiting the Intersections of India and Indonesia’s Shared Cultural Heritage ini menghasilkan Deklarasi Bali yang dimotori Institute of Social and Cultural Studies (ISCS) India dan Maulana Abul Kalam Azad Institute of Asian Studies (MAKAIAS).
"Selain Deklarasi Bali, di akhir acara juga akan ada penandatanganan tujuh nota kesepahaman antara ISCS dengan empat perguruan tinggi di Bali. Ini terlihat ringkas tapi sudah dipersiapkan sejak enam bulan terakhir," tutur Dr Vikram kepada NusaBali.com usai acara pembukaan IICC 2024, Minggu pagi.
Empat perguruan tinggi di Bali yang disebut Dr Vikram menandatangani nota kesepahaman itu adalah Politeknik Negeri Bali, Universitas Dwijendra, UHN IGB Sugriwa Denpasar, dan Universitas Udayana.
Untuk diketahui, IICC 2024 sendiri dimotori oleh beberapa instansi asal India seperti Konsulat Jenderal India di Bali di bawah Kedutaan Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste, MAKAIAS di bawah Kementerian Kebudayaan India, Indian Ocean Research Centre, dan ISCS.*rat
1
Komentar