nusabali

Kasus DB Meningkat Signifikan

Dinkes Minta Masyarakat Jangan Sepelekan Demam Lebih dari 3 Hari

  • www.nusabali.com-kasus-db-meningkat-signifikan

SINGARAJA, NusaBali - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Buleleng hingga pertengahan tahun ini mengalami lonjakan tajam.

Hingga Agustus lalu, Dinas Kesehatan mencatat jumlah kasus sudah mencapai 1.435 kasus. Tidak hanya kasus yang melonjak DBD juga merenggut nyawa bocah 8 tahun asal Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Buleleng, awal September lalu, akibat keterlambatan penanganan. 
 
Lonjakan kasus di tahun 2024 ini terjadi sejak bulan Maret hingga Juli. Catatan kasus DBD mencapai tiga digit. Bahkan mencapai puncaknya pada bulan April sebanyak 349 kasus dan 319 kasus di bulan Mei. Kasus mulai melandai pada bulan Juli meski masih di angka 106 kasus. 
 
Sedangkan jumlah kasus di tahun 2022 dan 2023 lalu relatif lebih rendah. Pada tahun 2022 total kasus DBD yang tercatat hanya 826 kasus, meningkat sedikit di tahun 2023 sebanyak 878 kasus. Dua tahun sebelumnya kasus DBD mengalami puncak pada awal tahun. Di Bulan Januari  pada tahun 2022, sedangkan tahun 2023 puncak kasus di bulan Februari dan Maret. 
 
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kesehatan Buleleng dr Putu Arya Nugraha mengatakan, jumlah kasus DBD saat ini sudah cenderung menurun. Terlebih saat ini Buleleng sudah memasuki musim kemarau. Hanya saja penurunan jumlah kasus di bulan Agustus lalu jangan sampai membuat lengah. Sebab kasus fatal yang menyebabkan bocah 8 tahun di Desa Dencarik meninggal dunia terjadi saat jumlah kasus sudah menurun. 
 
“Biasanya kasus meningkat saat peralihan musim dari kemarau ke musim hujan, atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Meski cenderung sudah menurun kita tidak bisa lengah, karena kemarin disaat kasus menurun ada komplikasi dan terjadi DSS (Dengue Shock Syndrom) yang berakibat fatal,” ucap Arya Nugraha. 
 
Arya Nugraha pun menghimbau kepada masyarakat agar tidak menyepelekan gejala DBD. Terutama demam yang berkepanjangan. Masyarakat harus melakukan cek DBD jika menderita demam hingga 4 hari berturut-turut. 
 
“Kalau sudah positif jangan menolak rawat inap. Itu untuk memantau kemungkinan terjadi DSS, sehingga lebih cepat intervensi, pemberian cairan ibat, dipindah ke ruang intensif. Kalau kejadian di rumah nanti agak lambat penanganannya,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Dirut RSUD Buleleng ini. 
 
Sementara itu untuk penanganan kasus yang melonjak, Dinas Kesehatan sudah melakukan penanganan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Daerah yang memiliki kasus tinggi, akan dilakukan intervensi fogging untuk penanganan jangka pendek. Namun yang lebih efektif adalah gerakan budaya hidup sehat dan 3M Plus (Menguras genangan air, Menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas yang bisa menimbulkan genangan air) menghindari gigitan nyamuk.7 k23

Komentar